Dua Belas

21.7K 756 3
                                    

Bagi mahasiswa yang aktivitasnya di kampus kuliah rapat-kuliah rapat, hari Sabtu sekalipun libur mereka tetap ke kampus untuk latihan dan berbagai macam kegiatan di UKM. Begitu juga dengan Sava yang hari ini tetap ke kampus sekalipun tengah libur, berkumpul dengan anggota lembaga mempersiapkan majalah kampus mereka.

Hari ini mereka akan melihat cover majalah yang dibuat oleh Azka. Contoh covernya telah dikirim Azka di grup lembaga, memperlihatkan kepada seluruh anggota  cover yang Azka buat.

"Gimana sama covernya? Ada yang mau diperbaiki?" tanya Azka pada seluruh anggota lembaga yang kini tengah fokus pada ponsel mereka masing-masing.

"Menurut gue ini warna backgroundnya gak sesuai," ucap Andri dengan menatap layar ponselnya.

Untuk background majalah berwarna hitam polos dengan ornamen bumi ukuran lebih besar di tengah-tengah yang dikelilingi oleh beberapa ornamen pendukung. Seperti buku, pena, laptop, gambar lampu, almamater kampus, gambar kampus, dan gambar kumpulan orang berkerumun dengan memakai almamater. Semua ornamen tersebut menggambarkan kampus mereka.

Novia mengangguk membenarkan, begitu juga dengan Sava yang memang menyadari warnanya kurang cocok dengan cover mereka.

"Suram banget, Ka. Hidup lo kayak penuh sama kegelapan," tegur Sava diselingi candaan, membuat mereka semua tertawa mendengarnya.

"Iyalah, suram. Gara-gara lo, Novia nolak gue, makanya suram banget," balas Azka.

Sementara orang yang namanya disebut hanya diam saja. Sava yang menyadari kalau Azka menyindir Novia, langsung bertanya pada anggota lain, hal itu dilakukan untuk mengalihkan pembicaraan.

"Yang lain gimana? Warna yang cocok apa?"

"Kalau warna krem gitu cocok, gak? Gue rasa ini lebih cocok warna krem sih," saran Bisma dari tim layout.

"Tosca juga kayaknya cocok, deh," timpal Alfian.

"Gak sinkron dengan dengan warna almet kita. Warna almet merah, loh. Warna krem kayak saran Bisma cocok," timpal Andri.

"Ada saran lain gak?" tanya Sava. Semuanya diam, beberapa mungkin ada yang tak berani mengeluarkan opininya, beberapa mungkin ada yang tak begitu memperhatikan.

"Kalau udah gak ada, kita bisa voting. Saran warna ada dua, tosca dan krem. Jadi gimana?" lanjut Sava bertanya.

"Langsung voting aja," kata Azka membuat yang lainnya pun setuju.

Sava kemudian memulai voting perihal warna background majalah kampus mereka. Adapun hasil voting mereka, warna krem lebih unggul dibandingkan warna tosca dan keputusan mereka, warna background majalah adalah warna krem.

Kini masalah cover telah selesai, Sava bernapas lega. Akhirnya satu beban rasanya terangkat di pundaknya, tersisa naskah dan layout saja.

"Sisa naskahnya, yah. Buat teman-teman nanti kalau naskahnya udah ada, setor sama gue, bagi divisi selain tim wartawan selalu ingatkan tim wartawan untuk setor naskah apabila udah selesai. Hari ini cukup sampai sini dulu, kita ketemu lagi hari Selasa." Sava menutup rapat lembaga dengan mengingatkan pada seluruh anggota untuk saling mengingatkan mengumpulkan naskah.

Setelah semuanya keluar dari ruangan satu per satu, Azka mendekati Sava, lalu berbisik pelan, "Gue tadi nebeng sama bang Afka."

Sava mengernyit heran, dia menatap Azka dengan tatapan bertanya. Lalu kalau tadi Azka menumpang dengan Afkari, apa yang perlu dia lakukan?

"Barangkali mau ikutan nebeng," lanjut Azka berbisik.

Sava melotot, dia seketika memukul pundak Azka cukup keras, membuat si empunya meringis kesakita.

Choice (END)Where stories live. Discover now