Empat Puluh

24K 849 16
                                    

"Kak," panggil Azka membuat Sava yang tadinya sibuk dengan laptopnya langsung menoleh.

Gadis itu berbalik badan hingga berhadapan dengan Azka, kemudian melihat Azka dengan kening mengernyit heran.

"Kenapa?" tanya Sava membuat Azka menghela napasnya.

Sadar kalau Azka ingin membicarakan hal yang berhubungan dengan Afkari, Sava kembali bersuara, menginterupsi Azka.

"Kalau lo kemari mau bahas tentang pak Afkari, mending gak usah. Gue gak mau."

"Memang tujuan gue setiap ketemu sama lo apa? Cuma satu, 'kan? Bahas bang Afka," balas Azka, tak mengelak perkataan Sava. Dia memang setiap bertemu Sava, selalu membahas perihal Afkari, tak ada yang lain.

"Berhenti aja, deh, Ka. Sekuat apapun usaha lo biar gue sama dia bisa balik lagi, semuanya gak akan sama. Cantika lebih baik buat pak Afkari," tutur Sava membuat Azka berdecak kesal.

Cantika benar-benar sukses membuat kakak sepupunya dan Sava sakit hati. Azka kalau berada di posisi Afkari atau Sava, dia sudah akan menghajar Cantika, tak peduli Cantika itu seorang perempuan.

"Gue kemari cuma mau nyampein pesan tante Bella," ujar Azka seketika membuat Sava diam tak bergeming.

Gadis itu juga mendongak menatap Azka yang berdiri di depannya sementara dia yang duduk. Apa tadi? Pesan dari Bella?

"Bang Afka sakit, sekarang lagi dirawat di rumah sakit Agung Perwira. Bang Afka pas tidur terus manggil nama lo, demamnya juga belum turun. Kalau ada waktu, sempetin jenguk dia," jelas Azka.

Demam Afkari semalam sama sekali tak turun, membuat Bella membawa anaknya ke rumah sakit agar mendapatkan perawatan yang lebih baik. Azka juga mendapat pesan dari Bella untuk menyampaikan pada Sava agar Sava datang menjenguk Afkari. Selain itu, Azka juga tadi sempat mendapatkan pesan dari Bella, berupa video Afkari tidur sambil menyebut nama Sava. Bukankah itu menunjukkan bahwa Afkari butuh Sava saat ini?

"Ada Cantika, 'kan? Kenapa harus gue?"

"Semalam dia datang, tapi diusir tante Bella."

"Bohong banget lo. Gue tahu gimana orang tua pak Afkari yang begitu mengagungkan Cantika," kata Sava mencoba untuk tak percaya dengan perkataan Azka, bisa saja itu hanya jebakan Azka seperti dulu.

"Gue gak bohong, lo bisa lihat sendiri," ujar Azka seraya menunjukkan pesan Bella padanya. Azka juga menunjukkan video yang Bella kirimkan padanya.

Sava yang melihat itu, seketika mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dia tak mampu melihat video itu, hal itu sudah menunjukkan seberapa menderita Afkari. Namun, itu bukan salah Sava, Sava sudah melakukan yang terbaik demi keduanya. Lantas, kenapa Afkari masih saja menderita? Sava rasa, dengan Afkari kembali bersama Cantika, Afkari akan bahagia.

"Bang Afka menderita, begitu juga sama lo," kata Azka lemah. Dia sungguh tak sanggup melihat kakak sepupunya itu menderita.

"Lo gak tahu apa-apa," lirih Sava.

"Gue tahu, gue tahu gimana sakitnya jadi lo dan bang Afka. Dia berusaha untuk mengobati luka di hati lo yang ditorehkan om Nolan. Setidaknya, kasih kakak gue kesempatan kedua," pungkas Azka.

Hal itu jelas membuat Sava terdiam seribu bahasa, kemudian tanpa Sava sadari, air matanya jatuh, menetes satu per satu. Kenapa sesakit ini memiliki perasaan pada Afkari? Apa dia tak bisa merasakan kebahagiaan walau itu hanya sesaat saja?

***

Sava menggigit kecil bibir bawahnya, matanya juga menatap pada pintu ruang rawat inap Afkari. Di dalam mungkin ada kedua orang tua Afkari, membuat Sava tak berani masuk.

Choice (END)Where stories live. Discover now