Empat Puluh Satu

23.3K 759 37
                                    

Sava mengerjap berkali-kali, berusaha menyesuaikan cahaya matahari yang masuk ke retina matanya, kemudian tangan kirinya meraba ke sana kemari mencari keberadaan ponselnya yang berbunyi nyaring.

Gadis itu terbangun akibat suara ponselnya yang begitu mengganggu tidurnya.  Setelah di dapat, Sava langsung melihat layar ponselnya yang kini menunjukkan nama Azka sebagai si penelepon. Tanpa berpikir panjang, Sava menggeser slide answer di ponselnya, lalu meletakkan ponselnya di telinga sebelah kiri.

"Apa?"

Ah, Sava menyesal tak mengaktifkan mode silent di ponselnya, alhasil ada yang meneleponnya di saat dia ingin puas tidur. Suara serak Sava yang terdengar membuat Azka di seberang sana berdecak.

"Lo di mana?" tanya Azka sukses membuat Sava mengernyit heran.

Sava mendengkus kesal, kemudian berdeham berusaha menghilangkan rasa gatal di tenggorokannya. Setelah itu dia berkata, "Baru bangun gue. Kenapa sih, Ka? Mau jebak gue lagi."

"Souzon lo, Kak. Tapi lo harus ke kampus," balas Azka cepat. Nada suaranya juga terdengar memburu.

"Ngapain? Gue hari ini gak ada jadwal bimbingan sama dosen."

Niat hatinya Sava, hari ini dia mengistirahatkan segalanya, tubuh serta pikirannya. Namun, Azka tiba-tiba saja meneleponnya dan memintanya untuk ke kampus. Ada apa sebenarnya? Dava bangun dari berbaringnya, menyingkir bantal guling yang tadi dia gunakan, lalu menurunkan kedua kakinya ke lantai.

"Masalah Novia, ternyata salah konfirmasi tanggal percetakan itu dia disuruh Ratu. Bukan karena tanpa sadar buat kesalahan, tapi memang dia sengaja," jelas Azka sukses membuat Sava berhenti bergerak, bahkan bibir Sava terasa kelu saat berbicara.

"Gue juga udah seret si Ratu ke sekret LPM," lanjut Azka.

Fakta apa lagi ini? Lagi-lagi pelakunya adalah Cantika, sebenarnya apa yang diinginkan Cantika padanya?

Sava benar-benar tak habis pikir dengan Cantika. Mereka sahabat, bahkan sering bersama-sama, tetapi Cantika dengan teganya malah menyakiti dia.

Diamnya Sava, membuat Azka kembali bersuara, "Kak, secepatnya ke kampus. Selain itu, kak Adriana dari tadi udah marah-marah di sekret LPM."

Hah? Adriana ada di sekretariat lembaga? Bagaimana bisa? Ya Tuhan, kepala Sava rasanya ingin pecah saja, dia berusaha menyembunyikan semuanya pada Adriana juga Fahri, tapi Adriana kini mengetahui dan pasti Fahri juga akan tahu semuanya perihal Cantika.

***

Sava menarik Adriana menjauh dari Cantika kala dia sudah sampai di ruang sekretariat lembaga. Semua anggota lembaga berkumpul di sana dan hanya diam saja, tak berani menjauhkan Adriana dari Cantika, bersyukurnya Sava datang tepat waktu sebelum Adriana semakin marah besar.

Sedangkan Adriana, mendelik tajam saat Sava menariknya, tak suka karena Sava datang secara tiba-tiba dan menariknya. Gadis itu perlu memberikan Cantika pelajaran karena sudah berani mengkhianati persahabatan mereka. Adriana dengan sedikit kasar mendorong Sava, tetapi Sava sama sekali tak goyah dan balik mendorongnya hingga menjauh dari Cantika.

"Lo mau belain dia? Hah?" teriak Adriana membuat Sava mengangkat tangannya di depan wajah Adriana, tanda meminta Adriana diam.

Selanjutnya, saat Adriana diam, Sava melangkah menghampiri Cantika yang sejak tadi juga diam. Dari ekspresi wajah Cantika, Sava sama sekali tak melihat ekspresi wajah yang menunjukkan bahwa dia menyesal.

Wajah Cantika yang seperti ini benar-benar menyebalkan, Sava menyesal kenal dan bersahabat dengan Cantika. Tanpa aba-aba, tangan Sava melayang di wajah Cantika, menampar Cantika hingga membuat semua orang yang melihatnya terkejut. Tentu saja terkejut, apalagi Sava datang tanpa bersuara, kemudian langsung menampar Cantika juga tanpa bersuara apa-apa.

Anggota lembaga yang lain juga tak menyangka kala melihatnya. Sava memang tak begitu pandai menahan emosi, tetapi Sava tak sampai bermain tangan seperti ini. Bukankah ini menandakan kalau Sava benar-benar marah?

"Gue dari kemarin nahan diri untuk gak ngomong apa-apa, gue coba untuk gak cerita ke Adriana atau bang Fahri kalau kita lagi ada sesuatu, tapi setelah tahu kalau lo yang nyuruh Novia untuk salah konfirmasi ke percetakan, ini benar-benar bikin gue marah besar sama lo," ujar Sava. Mata gadis itu menatap Cantika dengan tajam, tanda bahwa dia marah besar.

Sayangnya, bukan marah ataupun merasakan hal lain, Cantika malah tertawa mengejek pada Sava.

"Kenapa ditahan? Lo itu terlalu naif, yah?" balas Cantika.

Sava yang mendengar itu, mengepalkan tangannya erat. Rasanya, dia ingin sekali menghajar Cantika hingga babak belur. Gara-gara Cantika, semua rencananya untuk membuat lembaga semakin berkembang hancur, dia juga dibenci oleh semua anggota lembaga.

"Emang yang kemarin kurang, Can?" tanya Sava.

"Menurut gue kurang, karena lo masih dekat dengan kak Afka," jawab Cantika membuat Azka yang mendengarnya geram.

"Gila lo, ya? Hanya karena cowok lo kayak gini sama gue. Kok lo bisa se-tega ini sih?"

Cantika sama sekali tak menjawab pertanyaan Sava, tetapi dia menatap Sava dengan tatapan yang sulit Sava artikan. Wajah Cantika juga kini sama sekali tak menunjukkan ekspresi apapun, jelas itu membuat Adrian yang melihatnya kesal bukan main. Harusnya tadi Sava membiarkan dia yang menampar Cantika, Adriana sudah begitu kesal pada Cantika saat mendengar banyak fakta dari Azka, semakin kesal saat Cantika tak merasa bersalah sama sekali.

"Bisa, gue bisa se-tega ini karena gue gak suka sama lo," jawab Cantika.

"Eh, anak kuda, lo kalau gak suka sama Sava, kenapa mau temenan sama dia? Sialan lo!" timpal Adriana berteriak diselingi dengan umpatan untuk Cantika.

"Saking lo gak suka sama gue, Can, lo tega nyakitin gue sejauh ini," kata Sava dengan nada lemah. Sava masih belum bisa menyangka akan semuanya.

Mata gadis itu melirik pada Novia yang hanya diam seraya menunduk takut, ada juga Nana yang berdiri di samping Novia. Sava tertawa sinis, ternyata ada musuh di lembaga ini, kenapa dia malah tak sadar?

"Gue emang gak suka sama lo dari dulu. Lo udah banyak menghalangi gue bahagia. Lo udah orang yang gue suka, Lo buat dia benci sama gue," ungkap Cantika.

Mendengar itu, Sava menjambak rambutnya, merasa frustrasi akibat ungkapan Cantika. Dia sama sekali tak tahu kalau Afkari dan Cantika pernah ada hubungan, itu juga karena Cantika tak bercerita apapun, Sava juga tak tahu kalau Afkari membenci Cantika. Lantas, apakah dia sepatutnya disalahkan perihal apa yang dialami Cantika?

"Setelah apa yang kita lalui bareng-bareng?"

Cantika mengangkat dagunya tinggi, menatap Sava dengan sombong hingga membuat beberapa orang yang melihatnya geram, termasuk Adriana dan Azka.

"Ya dan semuanya sama sekali gak berarti bagi gue," jawab Cantika sukses membuat Sava terkekeh kecil.

"Hanya karena cowok, lo jadi kayak gini. Lo mau pak Afkari, 'kan?"

Sava kembali tertawa kecil, lebih tepatnya mengejek pada Cantika yang rela melakukan apapun demi bisa mendapatkan Afkari.

Sava balas menatap Cantika dengan sombong, lalu berkata, "Lo mau bareng pak Afkari, 'kan?"

Sayangnya, Cantika diam tak menjawab.

"Ambil sana!" pekik Sava kemudian keluar dari ruang sekretariat lembaga, dia kini tak memedulikan ada Fahri yang berada di depan pintu sekretariat lembaga, asal gadis itu bisa pergi sejauh mungkin dari sana dan tak melihat wajah Cantika.

***

Akhirnya aku bisa update cepat 😚

Uhuyyyy Sava mulai menunjukkan taringnya 🦁👻

Siapa yang suka sama sikap Sava di bab ini?

Jangan lupa tinggalkan jejak yah

Bye bye

Choice (END)Where stories live. Discover now