Tiga Puluh Satu

20.8K 738 205
                                    

Tak mau masalah ini semakin lama diselesaikan, Afkari menemui ayahnya di ruang kerja ayahnya. Kebetulan sekali, pagi ini ayahnya memilih bekerja di rumah dibandingkan di kantor, hal itu Afkari jadikan kesempatan untuk bertanya pada ayahnya karena semalam tertunda lantaran ayahnya langsung tidur saat pulang kantor.

Pria itu diam saja setelah masuk di ruang kerja ayahnya, tetapi matanya menatap ayahnya dengan tatapan tajam bagai pisau yang dapat menghunus tepat di jantung.

Sayangnya, tatapan itu sama sekali tak membuat Nolan takut. Tatapan itu juga berasal darinya, anaknya ini memang duplikat dirinya. Diamnya Afkari, sama sekali tak membuat Nolan mau membuka suaranya, dia malah menyibukkan diri pada berkas-berkas penting yang ada di mejanya.

Tak sanggup menahan lagi, Afkari pun buka suara.

"Bisa Ayah jelaskan apa maksud Ayah meminta Sava untuk membatalkan pernikahan kami?" tanya pria itu tajam.

Namun Nolan, hanya terkekeh kecil saat mendengarnya. Ternyata anaknya sudah tahu, lalu untuk apa dia menuruti keinginan Sava untuk menyembunyikan semuanya? Nolan kemarin lebih suka Afkari tahu, agar Afkari menjauhi Sava seperti keinginannya.

"Oh, kamu sudah tahu?" tanggapan santai dari ayahnya jelas menyulut emosi Afkari.

Tangan pria itu mengepal erat, menahan emosi yang kapan saja bisa meledak. Kalau seandainya orang itu bukan ayahnya, Afkari akan menghajarnya. Kenapa ayahnya tega menjauhkan dia dengan kebahagiaannya?

"Saya tanya alasan Ayah," kata Afkari begitu datar tanpa nada apapun. Dia mencoba untuk menyembunyikan emosinya.

"Karena Ratu lebih baik dari dia," jawab Nolan. Nyatanya memang, bagi Nolan, Ratu lebih baik dari Sava. Ratu merupakan mantan kekasih anaknya, dia dan istrinya lebih suka Ratu dibanding Sava.

"Gak ada yang lebih baik dari Sava. Hanya Sava satu-satunya yang bisa bikin saya bahagia," pungkas Afkari langsung keluar dari ruang kerja ayahnya, tanpa pamit bahkan dia menutup pintu ruangan itu cukup keras.

Tak ada lagi yang perlu dia tanyakan pada ayahnya, semuanya sudah jelas. Ayahnya dalang dari semua ini. Apa sebenarnya yang mereka suka pada Ratu?

***

Setelah pembicaraannya tadi pada ayahnya yang menyulut emosi, Afkari memilih langsung ke kampus setelah mendapatkan kabar dari Azka kalau Sava ada di kampus, padahal jadwalnya hari ini siang  nanti. Dia sebenarnya bisa saja menemui Sava di rumah gadis itu, tetapi ingat bagaimana papa Sava yang menyuruhnya untuk menjauhi Sava.

Semoga saja Sava datang ke kampus. Afkari benar-benar berharap Sava di kampus, dia ingin berbicara dengan Sava.

Dewi Fortuna ternyata berpihak padanya, ketika Sava tiba-tiba saja datang padanya tanpa dia mencari terlebih dahulu. Padahal pria itu baru saja berniat untuk mencari Sava, tetapi ketika dia berniat ingin keluar dari ruang dosen, dia melihat Sava masuk ruang dosen dan kini berdiri di hadapannya.

"Pagi, Pak," sapa Sava.

Afkari tak membalas sapaan pujaan hatinya, dia hanya berdeham. Jujur saja, pria itu merasa bersalah pada Sava karena kemarin sempat menuduh papa Sava penyebab mereka batal menikah.

"Revisinya sudah selesai, Pak. Saya mau bimbingan, barangkali Pak Afkari ada waktu untuk periksa proposal skripsi saya," tutur Sava. Gadis itu mencoba untuk profesional, kalau dia terus-terusan menjauhi Afkari, proposal skripsinya tak akan selesai.

"Bimbingan?" tanya Afkari membuat Sava mengangguk.

Apa yang dia pikirkan? Jelas saja Sava setiap bertemu padanya pasti untuk bimbingan, bukan untuk hal lain. Afkari tadi sempat berangan-angan kalau Sava hari ini bertemu padanya untuk membahas masalah mereka.

Choice (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang