Empat Puluh Tiga

23.9K 712 19
                                    

Sejak menerima parcel serta catatan kecil dari Sava, Afkari sudah mulai membaik, demamnya berangsur-angsur turun, bahkan hari ini pun cairan infusnya sudah dilepas dan mungkin saja Afkari sudah dibolehkan pulang hari ini.

Bella yang melihat anaknya mulai membaik tak henti-hentinya mengucapkan syukur, terlebih berterima kasih banyak pada Sava yang sudah memberikan Afkari parcel buah beserta catatan kecil. Semenjak mendapatkan itu, Afkari jadi bersemangat, makan pun selalu dihabiskan sekalipun dia merasakan pahit di dalam mulutnya.

"Kamu lihat Afkari, 'kan, Mas? Dia jadi bersemangat semenjak dapat parcel buah dari Sava, dia jadi semangat dan mau cepat-cepat sembuh," ucap Bella setelah sekian lama dua orang itu diam di sofa seraya menatap Afkari yang sibuk memainkan ponselnya.

"Menurut kamu mungkin Ratu itu hidup Afkari, dia mampu buat Afkari bahagia, tapi tanpa disadari, Savalah orang yang buat Afkari bahagia," lanjut Bella lagi.

Wanita paruh baya itu menatap lurus pada Afkari, tetapi mulutnya berbicaralah pada Nolan yang cuma diam juga seraya melihat anak mereka.

Bahagia Afkari ada pada Sava, itu membuat Nolan benar-benar semakin dihantui rasa bersalah. Benarkah Sava bisa membahagiakan anaknya? Afkari anak satu-satunya, Nolan akan melakukan segala hal agar anaknya bisa bahagia, dan dia rasa, Cantika adalah orang yang mampu membuat Afkari bahagia. Namun, kenapa kelihatannya Afkari tak bahagia? Bahkan menderita.

Apa pilihannya salah?

Nolan mengamati wajah anaknya, semenjak Afkari mengetahui fakta bahwa dia yang meminta Sava untuk membatalkan pernikahan mereka, Afkari sama sekali tak menegurnya, bahkan menatap matanya pun tidak. Hal itu jelas membuat Nolan cukup sakit hati, dia mungkin kaku dalam berucap, berekpresi pun juga seperti itu, tetapi Nolan selalu menyembunyikan agar tak ingin ada yang lihat, kecuali kebahagiaannya.

Entah kenapa, melihat istrinya juga anaknya yang akhir-akhir sering menjauh darinya, Nolan merasakan ada yang hilang. Mereka sudah tak seperti dulu lagi, sudah tak sehangat dulu lagi.

"Kamu mau Afkari bahagia, 'kan, Mas?" tanya Bella membuyarkan lamunan Nolan.

Pria paruh baya itu menelan dengan susah payah, menatap Afkari kemudian beralih menatap Bella. Bukankah jawabannya sudah jelas? Orang tua mana yang tak ingin anaknya bahagia? Nolan ingin Afkari bahagia.

Nolan mengangguk pelan, menjawab pertanyaan Bella setelah sekian lama dia dia diam saja mendengar perkataan demi perkataan yang Bella lontarkan.

"Kalau begitu, biarkan Afkari pilih jalan hidupnya. Aku gak bohong, aku juga hampir seperti kamu, gak mau Afkari sama Sava karena takut Afkari gak bahagia. Coba lihat sekarang, dia bahkan hanya dapat parcel dari Sava saja sudah sebahagia itu, bagaimana kalau kita sama-sama berdamai dan membiarkan Afkari memilih jalan hidupnya sendiri?"

Lagi, Bella bertanya, berusaha bernegosiasi dengan Nolan agar Nolan mau memberikan Afkari ruang untuk memilih jalan hidupnya sendiri, terutama pada cita-cita dan pasangan hidupnya.

"Afkari udah dewasa, dia tahu mana yang terbaik," lanjut Bella.

Nolan yang mendengar itu menghela napasnya panjang, laku bersuara, "Bagaimana kalau seandainya Sava buat Afkari sakit hati?"

"Selama ini, Sava sama sekali gak pernah nyakitin anak kita, justru kita yang nyakitin Sava dan Afkari," balas Bella membawa Nolan seketika tersadar bahwa dia adalah orang tua terburuk. Kenapa dia harus seperti itu dulu? Alhasil anaknya menderita karena dirinya sendiri, padahal tujuannya untuk membuat anaknya bahagia.

***

Membahas perihal masalah kemarin, seluruh anggota lembaga dikumpulkan di sekretariat lembaga beserta Sava dan Azka. Awalnya Sava tak mau karena merasa sudah tak memiliki urusan dengan lembaga itu, mengingat dia sudah bukan termasuk anggota lembaga. Namun, pembina lembaga memaksa Sava untuk datang karena ini ada hubungannya dengan Sava. Alhasil, kini Sava berada di sekretariat lembaga, berkumpul bersama anggota lembaga yang lain, di sampingnya juga ada Azka yang diam saja.

Choice (END)Where stories live. Discover now