Part 48 - The Game Almost Done

54 20 0
                                    

Mobil jip yang ditumpangi Renelle, Lucien, dan Maggie melintasi jalan raya yang sepi di sore hari. Selepas dari Pentagon mereka akan menyusul Tim Beta yang akan pergi ke pangkalan angkatan udara di Maryland. Tim Beta sudah menyisir beberapa bagian selatan namun tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Andrew.

Dalam perjalanan, Kapten Chase mengemudikan jip penuh konsentrasi. Di sampingnya ada Renelle dan di kursi belakang ada Maggie dan Lucien. Renelle mengarahkan pandangan ke luar jendela dengan tatapan kosong. Setelah pertemuan dengan adiknya, ia menjadi lesu.

"Tidak perlu sampai begitu, Nel, kau malah menyakiti hatimu sendiri."Kapten Chase mengingatkan, lalu disahut dengan helaan napas dari Renelle.

"Kau membuat anak-anak ini penasaran. Ayolah, beritahu mereka agar mereka tidak mati penasaran."

Renelle memperbaiki posisi duduknya. Ia melipat tangannya dan memejamkan mata. Lucien dan Maggie sebenarnya tidak apa jika tidak mengetahui cerita di balik luka Kennedy.

"Beberapa bulan yang lalu, aku dan Ken sedang tidak bertugas. Kami berdua dengan ayah dan ibu pergi berlibur selama tiga hari di Los Angeles. Namun, sebuah kecelakaan menimpa Ken saat kami berdua berjalan menyusuri pertokoan.

"Dua orang penjahat tiba-tiba datang dan mengacungkan pisau. Saat itu jalanan tidak terlalu sepi namun tidak ada yang berani membantu. Saat aku menjadi target sasaran, Ken melindungiku dan penjahat itu akhirnya melukai wajah Ken. Tak lama kemudian, datang tiga orang polisi yang sedang berpatroli untuk menangkap dua penjahat yang sudah tersungkur."

Renelle meraih air minum di dekatnya. Mengingat kejadian saat itu menyakiti kepala dan hatinya.

"Itu kenapa sampai saat ini aku tidak berani melihat wajahnya lagi. Aku menganggap kejadian itu adalah salahku karena tidak bisa melindungi diriku sendiri, dan akhirnya adikku yang menjadi korban.

"Setelah diperiksa, dua penjahat yang menyerang kami adalah mata-mata musuh yang mengalami kerugian karena ulah cerdik Ken yang mencuri informasi mereka, sehingga Ken menjadi sasaran target mereka."

"Itu sungguh kejam."gumam Maggie mengatupkan kedua tangannya.

"Risiko pekerjaan, Mag. Aku sebenarnya tidak rela Ken menjadi informan. Usianya masih 22 tahun, seperti kalian, harusnya mengambil kuliah di jurusan favorit, bukan malah menjadi informan negara."Renelle melemaskan punggung di kursinya.

"Apa yang membuat Kennedy bisa menjadi informan? Aku yakin serangkaian tes yang dilalui pasti sangat sulit."Maggie memajukan tubuhnya.

"Itu karena..."Renelle tidak melanjutkan jawabannya. Keraguan terlihat di wajahnya, enggan untuk menjawab.

"Kennedy orang yang cerdik dan licik. Ia sebenarnya buronan kepolisian karena kejahatannya dalam peretasan data. Kalian lihat bagaimana tingkah lakunya saat rapat, seperti tidak memiliki beban dan terlihat riang. Akhirnya daripada menjadi tahanan kelas kakap, lebih baik ia direkrut dalam pengawasan angkatan bersenjata."Kapten Chase menjawab pertanyaan Maggie. Renelle menggerutu kecil dan memalingkan wajah dari Kapten Chase.

"Ia kini menjadi informan paling berpengaruh dalam kinerja instansi. Jika suatu hari ia berkhianat, maka siap-siap lehernya putus tiba-tiba."

"Wow, mengerikan sekali."sahut Renelle terkesan takjub yang dibuat-buat.

"Tunggu, apakah informan yang harusnya kau temui saat di Richmond itu adikmu sendiri, Nel?"celetuk Lucien tiba-tiba teringat.

Kepala Renelle terangguk. Hanya saja saat itu keduanya tidak jadi bertemu karena gangguan sinyal akibat menara telekomunikasi yang meledak akibat ulah Andrew dan Ricky.

Situasi menjadi hening dan hanya terdengar dengung mesin mobil jip yang melaju di angka 100 km/h.

Cahaya mentari petang mulai terpancar berwarna jingga kemerahan. Di masa peralihan musim seperti ini, matahari akan lebih cepat terbenam dan lebih lambat terbit, terbalik jika saat musim panas berlangsung.

The Meliorism: Land of Survivor [END]Where stories live. Discover now