Part 2 - The Chaos

378 67 1
                                    

Sementara itu di sisi lain kota, berjarak beberapa kilometer dari laboratorium WHO, tepatnya tidak terlalu jauh dari pusat kota, dua orang perempuan yang tadinya menikmati perjalanan mereka kini harus berhenti sejenak lantaran mobil yang dikendarai tadi mengalami mati mesin. Mereka pun terlibat dalam adu mulut yang di antara keduanya tidak ada yang ingin mengalah. Salah satu dari mereka berdua, seorang wanita dengan rambut sepanjang bahu dengan surai berwarna hitam kecokelatan, menggerutu dengan penekanan di setiap kosakata yang ia lontarkan, sedangkan yang satunya, seorang wanita dengan surai yang lebih pendek, hanya bisa pasrah dan menerima gerutuan sahabatnya itu.

"Sudah kubilang dari berbulan-bulan yang lalu, servis mobilmu, ini sudah lewat dari tenggat waktu."

"Aku tahu, aku tahu."

"Lihat ini."Asterin Jyscal membuka kap mobil dan menunjukkan sesuatu pada Maggie Morgan. "Olinya kering, seharusnya kau menggantinya setiap enam bulan sekali atau saat mencapai 10.000 km. Selain itu lihat ini juga."

Kalau sudah urusan mobil, Maggie tidak bisa melawan Asterin. Perempuan itu bergelut di dunia permesinan sejak usianya masih 9 tahun bersama sang ayah. Selama ini Maggie tidak pernah memperhatikan kesehatan mobilnya lantaran kesibukannya di pekerjaan. Biasanya ia menitipkan mobilnya itu kepada sepupunya, namun karena sama-sama hanyut dalam pekerjaan, akhirnya mobil milik Maggie pun lama tidak digunakan. Kebetulan apartemennya berada di blok yang sama dengan kantornya, sehingga ia selalu berjalan kaki. Selain itu, posisi apartemen Maggie juga strategis, tidak jauh dari supermarket dan tempat perbelanjaan.

"Baiklah, baiklah."Maggie memotong ucapan Asterin yang sedari tadi tidak berhenti mengomel. "Aku akan menghubungi temanku yang bekerja di bengkel."Maggie merogoh ponsel dari tasnya, namun kebetulan saat itu juga ia mendapat panggilan masuk dari seseorang.

"Lucien meneleponku. Ponselmu mati?"tanya Maggie kepada Asterin. Gadis berambut kecokelatan itu menggeleng. "Sepertinya masalah jaringan, jawab saja teleponnya."ucap Asterin. Maggie mengangguk dan segera menjawab telepon Lucien.

"Ada apa–"

"Tidak ada waktu. Kalian ada di mana sekarang?"

Maggie sedikit menjauhkan ponselnya saat intonasi bicara Lucien terdengar tinggi dan terburu-buru.

"Ka-kami di–"

"Apa kalian perlu tumpangan? Aku akan menjelaskannya di jalan, kita tidak punya banyak waktu."

Maggie mengerutkan keningnya tanpa tahu apa yang terjadi dengan Lucien. Napasnya terdengar memburu dan itu membuat Maggie mengerutkan keningnya. Pertanyaan Lucien barusan membuat dirinya menoleh ke arah mobil Hyundai Sonata-nya. Kedua matanya membulat saat mobilnya tersebut berhasil dinyalakan oleh Asterin dalam waktu singkat.

"A-apa yang kau lakukan? Kenapa bisa menyala?"tanya Maggie kebingungan, sementara mobilnya tadi tidak bisa di-starter berkali-kali.

"Kali ini kita beruntung, aku hanya mencoba menyalakannya lagi. Kemarikan ponselmu."jawab Asterin mengulurkan tangannya. Maggie segera memberikan ponselnya.

"Apa yang terjadi?"tanya Asterin dengan nada biasa, mereka berdua kemudian segera memasuki mobil.

"Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang. Dengar, kalau kalian perlu tumpangan, aku akan menjemput."

"Tenanglah, mobil Maggie kali ini aman, kami bisa menyusul."

"Baiklah kalau begitu. Temui aku di apartemen, oke? Keadaan darurat, berhati-hatilah di jalan."

Sambungan telepon terputus dari Lucien. Asterin mengembalikan ponsel tersebut kepada Maggie.

"Kita ke apartemen Lucien, berhati-hatilah mengemudi kali ini."pesan Asterin kemudian mereka berdua mengenakan seatbelt. Maggie mengangguk paham lalu mulai tancap gas di jalan raya yang tidak terlalu sepi.

The Meliorism: Land of Survivor [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang