Part 39 - Sneak and Peek

68 17 0
                                    

Setiba di Little Rock, ibu kota Arkansas, Archie memelankan jipnya sembari memperhatikan sekitar, begitu juga dengan Justin yang mengeker dengan teropongnya. Kota tersebut tampak sepi dan tidak ada tanda-tanda manusia atau pun zombi yang berkeliaran.

"Aku mencurigai sesuatu."Archie mengendus udara perkotaan yang membawa aroma busuk. Ia tidak pernah melakukan itu, namun sejak di dalam dirinya terdapat virus asing, ia menjadi lebih percaya dengan insting dan kepekaan penciumannya.

"Apa yang kau temukan? Aroma daging panggang?"Justin masih memperhatikan sekelilingnya yang kosong.

"Lebih dari itu, Kawan. Tidak jauh dari sini aku mencium ada aroma lezat. Tampaknya ada yang baru saja makan siang."Archie mencengkeram kemudinya. "Kita harus melakukan pengintaian."

"Mengintai dengan mobil?"

"Tidak. Kita harus mencari jalan memutar untuk menyembunyikan mobil lalu berjalan kaki."respon Archie tanpa meminta persetujuan Justin.

"Jalan kaki? Bagaimana jika bertemu zombi?"Justin mulai kesal. Ketakutannya masih tidak hilang terhadap mayat hidup yang kemungkinan dapat menyerang tiba-tiba.

"Gampang, kau tinggal menghajarnya."balas Archie simpel.

"Bagimu simpel, apalagi kau adalah hybrid. Kekuatanmu meningkat dan kepekaanmu juga semakin tajam."omel Justin tidak suka gaya bicara Archie. Pria di sebelahnya hanya mengedikkan bahunya, malas berdebat. Namun bagaimanapun juga, Archie memang terkenal tak terkalahkan bahkan saat di kemiliteran.

Setelah memutar, mereka mencari tempat persembunyian di belakang sebuah kantor bertingkat. Keduanya keluar dari mobil dengan persenjataan masing-masing.

"Apa rencanamu?"bisik Justin saat mereka mengendap-endap di balik bangunan pertokoan.

"Kita mengintai timku jika mereka masih ada di sini. Aku yakin mereka tidak langsung pergi begitu saja. Perjalanan jauh, dan mereka perlu mengumpulkan suplai selama perjalanan."jawabnya dengan mata yang melirik ke sana kemari.

"Lagi pula, aku rasa mereka tidak terlalu bernyali ke sana tanpa orang yang kuat."tambahnya lagi. Justin hanya memutar bola matanya malas. Lagi-lagi Archie membanggakan dirinya.

"Jadi hanya mengintai?"Justin memastikan Archie tidak keliru dengan ucapannya.

"Ya. Sebisa mungkin jangan sampai ketahuan. Mereka akan menginterogasiku jika aku tiba-tiba muncul di depan mereka, lalu menganggap aku adalah penjahat yang meniru Archie sebenarnya."

Justin mengangguk paham. Mereka mengendap dari satu tembok ke tembok lainnya. Walaupun kota tampak sangat sepi, akan sangat rentan bagi mereka untuk diserang. Mereka tidah tahu apakah di daerah ini ada musuh atau tidak.

"Aku melihat seseorang."kata Justin saat mengintip dari celah tembok tinggi. "Ada lima, tidak, ada enam orang sedang makan di samping mobil mereka."

Archie pun berjalan ke samping Justin. Ia lega karena orang-orang itu adalah timnya yang selamat. Justin juga dapat melihat adiknya walau dari kejauhan. Mereka tidak bisa muncul begitu saja dan menyapa riang.

"Tunggu, kau bilang enam?"Archie menoleh dengan tatapan bingung. Justin hanya mengedikkan bahu, penglihatannya tidak salah. Jelas-jelas ia tadi menghitung semuanya.

Namun beberapa saat kemudian, terdengar suara langkah kaki di belakang mereka dan bayangannya menutupi keduanya. Dengan anak panah yang terarah kepada mereka, spontan Archie dan Justin mengangkat tangannya sambil berbalik dengan posisi berlutut.

"Hope?"Archie terperanjat. Seorang wanita dengan mata yang sipit dan rambut yang dikuncir sedang mengunci targetnya. Justin menoleh ke Archie.

"Apa dia orang yang menulis pesan kemarin?"melihat wajahnya yang memiliki bentuk oval serta kedua matanya yang sipit, Justin bisa menebak bahwa wanita di depannya keturunan Asia Timur.

The Meliorism: Land of Survivor [END]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora