Part 5 - The Walker

227 42 0
                                    

"Aku bersumpah akan menghajar kalian!"

Di tengah-tengah larinya, Archibald masih sempat merutuk ketiga remaja yang baru saja ia temui. Kedua pelaku yang sebelumnya iseng menanyakan keperjakaannya, kini hanya tertawa kecil sembari berlari menyusul dari belakang.

"Ayolah yang benar saja, tidak ada waktu untuk bercanda."Lucien mengingatkan dengan wajahnya yang pasrah.

Setelah terjadinya sebuah ledakan yang mereka yakini berasal dari dalam markas, mereka berempat kini berlari menuju ruang rapat untuk mengamankan para petinggi yang sebelumnya masih berada di sana. Lucien keluar ruangan lebih dulu karena urusannya di sana sudah selesai hingga menunggu instruksi selanjutnya. Jarak antar kantin dan ruang rapat tidak terlalu jauh, namun yang membuat mereka terhambat adalah kekacauan dari para tentara yang kini berpapasan dengan mereka karena alarm tanda bahaya berbunyi.

"Seharusnya di sana ada yang jaga, 'kan?!"seru Maggie dari belakang, suaranya menggema di lorong panjang.

"Benar! Tapi aku tidak yakin saat ini!"jawab Archibald tanpa menoleh. Mereka menghindari kerumunan tentara yang terburu-buru di lorong dengan persenjataan lengkap. Archibald terlihat berbicara dengan seseorang melalui earpiece yang terpasang di telinganya, salah satu alat komunikasi rahasia yang digunakan oleh pasukan khusus.

"Ledakan itu tepat di belakang ruang rapat! Cepat ke sana!"seru Archibald dengan suaranya yang bergetar setelah salah satu anak buahnya memberi laporan. Walaupun kecepatan lari Archibald bisa dikatakan lebih cepat dari Lucien dan yang lainnya, namun jika dalam keadaan panik, maka apa pun bisa terjadi, seperti saat ini, kecepatan lari Lucien, Asterin, dan Maggie kini lebih cepat dari biasanya, dan hampir bisa menyeimbangkan dengan Archibald.

BUM!

Ledakan kedua terdengar kembali, kali ini suaranya lebih keras dan lantai yang mereka pijak bergetar lebih kuat. Langit-langit markas pelan-pelan mulai runtuh karena ledakan tersebut. Mereka berempat berlari sembari menyeimbangkan tubuh mereka sekaligus menghindar dari material yang jatuh.

Saat berada di belokan lorong terakhir, lorong yang membawa mereka ke ruang rapat, mereka dikejutkan oleh ledakan kecil yang berjarak lima meter di depan. Archibald refleks berhenti berlari saat itu juga.

"Sial, bagaimana bisa ada granat di sini?"ucap Archibald kesal.

Meskipun ledakan granat tersebut tidak terlalu berdampak pada mereka, namun tetap saja suara ledakannya membuat kaget, apalagi Lucien, Asterin, dan Maggie yang tidak mempunyai pengalaman untuk menghadapi sebuah ledakan. Walaupun begitu, mereka tetap bergerak untuk mencapai ruang rapat untuk menjemput para atasan.

Pintu ruang rapat tersebut terbuka lebar dan seberkas cahaya terlihat dari dalam sana. Mereka pun melangkah maju dengan pelan untuk memastikan ruangan tersebut aman. Ruang rapat tersebut terkena ledakan pertama, sehingga dindingnya hancur separuh dan berlubang. Archibald sudah sigap dengan senjata di tangannya, sementara yang lainnya mengekori dari belakang.

"Oh, ini buruk, sangat buruk."nada suara Archibald mengecil saat matanya menangkap sosok bayangan manusia di dalam. Ia pun melangkah masuk ke dalam ruangan untuk memastikan apa yang ia lihat bukanlah apa yang di pikirannya.

"Apa? Apa yang kau lihat?"celetuk Maggie penasaran. Posisinya di paling belakang membuatnya terhalang untuk melihat ke dalam ruangan.

Archibald membungkuk dan memastikan matanya tidak salah melihat. Pria itu hampir tidak bisa mengontrol napasnya saat ia melihat empat mayat tergeletak dengan darah yang mengalir dari kepala mereka. Bau anyir pun mulai menyerbak hingga menusuk penciuman. Lucien hanya bisa terdiam saat melihat orang-orang yang tadinya berbicara dengannya di ruangan yang sama beberapa menit yang lalu, kini sudah terkulai tak bernyawa.

The Meliorism: Land of Survivor [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang