Part 17 - Trainer

127 23 0
                                    

Archie jatuh bertekuk lutut dengan tangannya yang memegang bahunya yang luka akibat peluru yang ditembak oleh Marcus. Pria itu meringis sembari terus menekan lukanya agar darah tidak terus mengalir. Langkah kaki yang cepat terdengar di belakangnya sembari memanggil namanya. Telinga Archie berdenging dan tidak terlalu mendengar bahwa namanya dipanggil oleh Lucien

"Ayolah pria besar, kau seharusnya menghajar pria jangkung itu."Lucien membantu Archie untuk berdiri, sementara Maggie dan Asterin menahan Marcus agar tidak bisa bangkit berdiri dari tanah.

"Kau tidak apa-apa? Kau harus cepat diobati atau lukamu akan menjadi infeksi."Lucien memperhatikan raut wajah Archie yang datar, hanya memperlihatkan deretan giginya karena ia meringis kesakitan.

"Dengar, aku tidak tahu apa yang terjadi kali ini, untuk sekarang lebih baik kau pergi ke klinik denganku, sementara Kolonel Jeremy mengurus pria jangkung itu."

Archie bergeming. Tangannya yang digunakan untuk menekan luka di bahunya, kini memerah lantaran darah yang masih mengucur deras. Beruntung Lucien dan yang lainnya berhasil menggagalkan upaya Marcus untuk menembak Archie dan peluru tersebut hanya menyerempet bahunya, padahal beberapa milimeter lagi peluru tersebut akan bersarang di bahu kanannya.

Lucien sudah berjalan lebih dulu, namun Archie tidak kunjung mengikutinya. Pria itu masih menatap Marcus yang kini kedua tangannya sudah diborgol oleh dua prajurit. Lucien mulai sedikit was-was jika Archie tiba-tiba berlari dan menyerang Marcus, maka keadaan akan semakin parah.

Dugaan Lucien ternyata benar. Archie mengabaikan Lucien yang berada di depan sana, dan ia memilih untuk berbalik dan berjalan menuju kerumunan prajurit yang mengelilingi Marcus. Lucien tampak panik dan mengejar Archie, namun pria itu berjalan sangat cepat dengan langkah yang lebar.

Prajurit yang melihat Archie menghampiri mereka langsung berusaha menahan Archie agar tidak memukuli Marcus. Glenn serta prajurit lainnya juga ada di situ, berusaha menenangkan Archie yang emosinya memuncak.

"I'M GONNA KILL YOU IN FRONT OF YOUR FUCKING MOTHER'S GRAVE!"

Umpatan dan makian keluar begitu saja dari bibir Archie. Pria itu benar-benar marah sekaligus dendam terhadap Marcus. Sementara itu pria jangkung yang kedua tangannya diborgol kebelakang, hanya mendengus kesal dan senyum miring terlihat di wajahnya, membuat Archie semakin kesal dan ingin sekali menghajar Marcus dengan membabi buta.

"Tenanglah Archie, tenanglah, ingat, keadaan sudah sangat kacau dan kau harus bisa menahan dirimu."Glenn menahan Archie yang terus memberontak. Perlu empat orang bertubuh besar agar Archie tidak dapat lolos begitu saja saking ia memiliki kekuatan serta tubuh yang besar.

Glenn kemudian menyuruh prajurit yang menahan Marcus untuk membawanya ke tenda di mana ada sebuah kotak sel khusus bagi narapidana atau orang-orang yang melakukan kesalahan di tengah invasi zombi, seperti sel darurat atau semacamnya.

Kolonel Jeremy tiba tidak lama setelah itu. Ia memastikan emosi Archie mereda sebelum ia mengajaknya berbicara. Asterin dan Maggie sudah kembali ke tendanya, tidak mau ikut campur, sedangkan Lucien masih di belakang sana, berencana untuk kembali ke tenda karena melihat Archie sudah bersama Kolonel Jeremy.

"Archibald Winter."Kolonel Jeremy memanggilnya dengan intonasi yang diberi penekanan. Dengan kedua tangan terlipat di depan, Kolonel Jeremy menatapnya dengan tajam.

Archie sudah tidak memberontak lagi. Ia mulai sedikit tenang. Sekujur tubuhnya berkeringat karena ulahnya, apalagi matahari mulai bersinar terik pagi ini.

"Glenn, lepaskan dia."pinta Kolonel Jeremy. Prajurit berkacamata itu lantas ragu namun ia akhirnya melepas Archie yang kini terbatuk-batuk. Ditahan oleh empat prajurit bertubuh besar membuat Archie sedikit kewalahan saat memberontak, tidak jauh beda dengan Glenn dan teman-temannya yang lebih kewalahan karena menahan Archie yang memberontak.

The Meliorism: Land of Survivor [END]Where stories live. Discover now