Part 15 - Campsite 003

98 24 0
                                    

Jam telah menunjukkan pukul 12 malam lebih 16 menit dan rombongan para penyintas masih berada di rest area. Setelah sebelumnya mereka membentuk lingkaran untuk mendengar arahan dari Glenn dan Archie, kini mereka mulai mundur langkah demi langkah dengan sangat pelan di atas pasir gurun sembari memegang senjata masing-masing. Archie kembali mengingatkan bahwa sebisa mungkin hindari penggunaan senjata api di tengah gurun yang terlihat sepi dan gelap. Suara tembakan yang dihasilkan kemungkinan besar akan mengundang para zombi yang berada di dekat situ.

"Aku harap aku melalui hal yang lebih parah dari ini."Maggie menengadahkan kepalanya, melihat ada banyak sekali zombi yang kini berada di atas atap rest area, dan semuanya terlihat siap memangsa mereka yang ada di bawah. "Party time, fellas."lanjutnya lagi.

Lucien dan Asterin mundur lebih dulu karena mereka berdua meninggalkan senjata mereka di mobil. Archie meminta mereka untuk berjalan dengan pelan tanpa suara, hingga setibanya di mobil, mereka sudah lebih aman.

"Seingatku invasi zombi baru dimulai dua hari yang lalu, tapi rasanya sudah seperti seminggu."Maggie menggenggam erat kedua belatinya, memulai persiapan untuk pertahanan diri.

"Kalau kau menikmatinya, maka waktu akan terasa singkat."Archie melangkah dua langkah ke depan sembari menarik sebilah belati dari holster di pinggangnya. Belati tersebut serupa dengan yang digunakan Maggie, namun bilahnya lebih panjang dan pegangannya memiliki ukiran naga berwarna emas.

"Kau memang aneh."bisik Maggie setelah itu.

Glenn dan prajurit lainnya segera mundur ke mobil tanpa suara. Asterin dan Lucien sudah tiba dan hendak membuka pintu mobil. Namun saat Lucien baru saja membuka, tiba-tiba semua zombi di atas atap rest area langsung melompat turun dan mendarat di atas pasir gurun. Zombi terdekat ada di depan Archie, berjarak sekitar tiga meter darinya. Maggie menyuruhnya untuk segera kembali ke mobil tetapi prajurit itu tidak kunjung berbalik.

DOR!

Satu tembakan lolos dari laras senjata api milik Glenn yang kini berada di samping pintu jipnya. Archie dan Maggie sama-sama terkejut karena tidak menyadari Glenn akan menembak zombi yang berada tepat di depan Archie. Padahal, jika dilihat dari sudut pandang lurus, posisi Archie, Maggie, dan Glenn berada di satu garis lurus, dan peluru Glenn ternyata melewati tepat di tengah-tengah Archie dan Maggie yang hanya berjarak beberapa senti saja.

"Glenn?!!"seru Maggie terkejut dan sekujur tubuhnya seketika lemas tak berasa.

Prajurit berkacamata itu mengokang kembali senjatanya untuk menembak zombi lainnya. "Jangan terkejut, cepat kembali!"serunya tidak menghiraukan kepanikan Maggie. Gadis itu kemudian segera berlari ke belakang menuju mobil SUV putih. Lucien sudah menyalakan mesin mobilnya dan siap kapan saja untuk pergi dari situ.

Beberapa zombi kini mulai berlari menggapai Archie dan yang lainnya. Karena posisi Archie paling dekat dengan zombi, ia kemudian berusaha menahan mereka dengan cara menebas dengan belati yang ia pegang tadinya. Darah memuncrat dari zombi yang ditebas Archie. Kelincahan tangannya yang kekar menjadi salah satu kelebihannya yang ia banggakan.

Akibat tembakan yang dilakukan Glenn, satu demi satu para zombi bermunculan dari balik kegelapan. Mereka semua terlihat sama, tidak seperti Tank yang bertubuh raksasa yang menjadi lawan Archie sebelumnya, dan juga tidak seperti zombi yang biasanya mereka lihat. Jenis zombi ini lebih lincah dan mereka dapat melakukan parkour.

"Ayolah Pria Besar, kau mau sampai kapan di sini?"panggil Maggie sebelum ia masuk ke mobil. Para prajurit lain pun akhirnya membantu Archie menembak zombi yang mulai berdatangan. Tidak peduli akan mengundang zombi lainnya.

Archie melihat sekelilingnya, para zombi perlahan mulai mengerumuninya, hanya tersisa beberapa meter lagi ia akan terkepung. Akhirnya mau tidak mau, pria dengan titel 'Prajurit Terkuat' itu menarik dirinya dari kerumunan zombi setelah menghabisi zombi keenam. Ia segera berlari ke belakang menuju mobil SUV putih milik Lucien.

The Meliorism: Land of Survivor [END]Where stories live. Discover now