Part 16 - The Envy

115 24 2
                                    

Kedatangan Archie dan teman-temannya membuat seluruh warga yang tinggal di pengungsian saling berbisik dan melempar pandang. Entah rumor seperti apa yang didengar, namun separuh warga Albuquerque yang berada di pengungsian menganggap Archie adalah prajurit yang tidak tunduk pada tugasnya, yang seharusnya menyelamatkan warga lainnya, namun malah menyelamatkan diri sendiri.

Baik Maggie, Asterin, maupun Lucien, mereka juga menjadi bahan pembicaraan di tenda-tenda pengungsian. Terdapat beberapa orang yang seumuran mereka juga memandang mereka dengan tatapan sinis dan tidak suka. Namun ketiganya tidak ambil pusing dan berusaha untuk tidak menghiraukannya, karena mereka sendiri juga mengalami hal yang berat, bahkan jauh lebih berbahaya dari warga yang selamat.

"Sepertinya kita di sini seakan terasingkan."kata Maggie sembari membereskan barang-barangnya. Asterin mengangguk pelan dan tidak berkomentar.

Setelah bertemu dengan Kolonel Jeremy selaku komandan darurat militer kamp 003, mereka dituntun ke tenda yang sudah disediakan dan beristirahat sebelum diajak berkeliling oleh beliau. Karena Maggie, Asterin, dan Lucien sebelumnya bergabung dalam kelompok militer Archie, mereka disediakan tenda khusus yang berada di satu lingkup dengan tenda prajurit.

Sembari menunggu ketiganya selesai membereskan barang, Archie diminta untuk melaporkan kejadian yang terjadi kepada Kolonel Jeremy secepatnya. Beliau mendengar fakta bahwa Archie bertemu dengan zombi yang tidak biasa, dan zombi jenis itu ternyata sama sekali tidak diketahui atau bahkan dilihat oleh rekan prajuritnya. Bisa dikatakan, zombi berjenis Tank baru memperlihatkan wujudnya hanya di depan Archie.

Namun sebelum Archie memasuki tenda Kolonel Jeremy, salah seorang ajudannya meminta agar ketiga teman Archie dibawa ke tenda pengadministrasian untuk dimintai keterangan. Pria berbadan besar itu lantas berbalik dan menuju tenda Maggie dan Asterin. Keduanya baru saja beristirahat meluruskan kaki-kaki kurus mereka.

"Harus sekarang, ya?"gerutu Asterin, ia masih merasa lelah dan ingin berbaring lebih lama. Gadis itu membaringkan tubuhnya kembali di atas velbed, sebuah tempat tidur lipat yang biasa digunakan para tentara. Maggie kemudian menarik kedua lengan Asterin hingga gadis itu kembali duduk.

"Hanya dimintai keterangan, bukan?"Maggie memastikan. Ia sedikit takut karena jawaban yang terlontar dari mulut mereka akan masuk dalam laporan militer.

Archie mengangguk, kemudian ia menyuruh mereka berdua untuk ke tenda paling besar. Setelah itu, ia menuju tenda satunya, di mana ia dan Lucien akan tidur satu tenda.

"Mereka meminta keterangan, dan sedikit interogasi."Archie mengendikkan pundaknya. Lucien yang masih membereskan barangnya kemudian mengangguk akan menyusul setelah selesai menyusun barangnya. Archie berlalu meninggalkan tendanya, kembali ke tenda di mana Kolonel Jeremy berada.

Namun ada-ada saja yang membuat langkahnya terhenti kembali. Ia merasakan ada seseorang berjarak beberapa langkah di belakangnya. Langkah tersebut terasa berat dan Archie dapat memastikan si pemilik langkah itu bertubuh tinggi darinya.

"Sulit dipercaya, Archibald Winter masih hidup."

Suara berat seorang pria. Archie mengetahui siapa orang itu tanpa harus dirinya berbalik. Sebuah tawa keluar dari bibir pria tersebut, entah apa yang ia tertawakan terhadap Archie. Para prajurit yang hilir mudik pun hanya menoleh sebentar lalu kembali ke aktivitas mereka, seakan pria yang kini bersama Archie adalah pria yang tidak mereka segani.

"Kau tahu, padahal aku sangat berharap saat ini yang kembali hanyalah namamu."pria itu berucap dengan nada mengejek, seakan Archie bukan siapa-siapa. Prajurit dengan rambut cepak itu meringis menahan emosi, ia tidak mau amarahnya meledak saat baru sampai di kamp pengungsian. Namun mendengar ucapan seperti tadi, rasanya seperti ingin menghajar habis si pemilik suara tersebut.

The Meliorism: Land of Survivor [END]Where stories live. Discover now