A - 089

125 3 0
                                    

Seperti biasa, Erga dan Agatha tidur di ranjang yang sama. Bedanya, kali ini mereka dalam posisi saling menghadap.

"Kau tampak khawatir?" Tanya Erga.

"Kondisi Ayah semakin memburuk. Aku sangat mengkhawatirkan keadaannya. Ayah bilang, Ayah ingin punya cucu," ujar Agatha.

"Kau tidak perlu memikirkannya, Sayang. Ayah akan selalu sehat dan panjang umur. Aku tidak akan melakukannya jika kau belum siap. Jika aku memaksakan, kau akan terluka," ucap Erga.

Agatha mencerna ucapan Erga.

"Tidurlah," kata Erga sambil menutup matanya. Ia merasakan sentuhan pada wajahnya. Pria itu pun kembali membuka matanya. Ia melihat istrinya yang menatap padanya sambil menyentuh wajahnya.

Agatha mendekatkan wajahnya mengecup bibir suaminya. Erga membalas ciuman istrinya dengan lembut.

"Aku mencintaimu, Mas Erga."

"Aku juga, Sayang."

Dan begitulah seterusnya....

Julian dan Rowena merencanakan pernikahan mereka. Keduanya sepakat untuk tidak melaksanakan pertunangan terlebih dahulu seperti kebanyakan orang.

Rowena menghubungi ayahnya. Mendengar kabar kalau putrinya sudah memiliki pacar dan siap menikah, tentu ayahnya Rowena sangat senang. Rowena ingin memberitahu ibunya, tapi ia merasa sedikit ragu.

"Kenapa tidak memberitahunya? Bukankah ibumu juga harus tahu?" Ucap Julian saat Rowena menjelaskan masalahnya.

Rowena tidak langsung menjawab.

Julian mengusap rambut Rowena. "Ibumu akan sedih jika kita tidak memberitahunya. Mungkin pernikahan kita adalah jalan terbaik untuk memperbaiki hubunganmu dengan ibumu."

Rowena mengangguk pelan.

Malam harinya, Rowena pulang ke apartemen. Ia pun menghubungi ibunya sesuai saran dari Julian.

"Halo?" Suara ibunya Rowena dari seberang sana.

"Ibu, aku akan menikah dengan Julian. Kartu undangannya sudah aku kirim," jelas Rowena.

Tidak ada jawaban, tapi teleponnya masih tersambung.

"Aku dan Julian mengharapkan kehadiran Ibu di pernikahan kami," sambung Rowena.

"Selamat." Hanya itu yang dikatakan ibunya. Panggilan pun berakhir.

Rowena sudah tahu itu yang akan terjadi. Ia meletakkan ponselnya ke meja lalu menghela napas berat.

Keesokan harinya, Julian berniat menjemput Rowena. Ia memarkirkan mobilnya di depan gedung San Entertainment. Tampaknya Rowena belum keluar. Ia pun mengeluarkan ponselnya dan mengotak-atik benda persegi tersebut untuk mengurangi kebosanan.

Beberapa menit berlalu. Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari kaca mobil. Julian melihat seorang pria asing yang mengetuk kaca mobilnya. Julia pun menurunkan kaca mobilnya.

"Excuse me,  I lost my phone. Can I borrow your phone?" Tanya pria itu.

Julian mengangguk. Ia menyerahkan ponselnya. "Sure."

Beberapa menit pria itu menelepon kemudian ia mengembalikan ponselnya. "Thanks."

Julian mengangguk.

Setelah mendapat anggukkan, pria itu pergi. Julian mengedikkan bahunya. Tak lama kemudian, Rowena keluar dari gedung San Entertainment. Ia memasuki mobil Julian.

"Maafkan aku, kau pasti menunggu lama. Tadi ada teman aktris berpamitan, karena dia mengakhiri kontrak dengan San Entertainment," ucap Rowena.

"Dia pindah agensi?" Tanya Julian sambil melajukan mobilnya.

"Dia sedang hamil."

Mobil Julian melaju meninggalkan gedung San Entertainment. Pria yang tadi meminjam ponsel Julian ternyata masih ada di sekitar sana. Pria itu berdiri di dekat lampu jalanan. Ia menatap mobil Julian yang melaju dan menghilang di belokan.

"Kau sudah memberitahu ibumu?" Tanya Julian.

Rowena mengangguk. "Sudah."

"Apa kata ibumu?" Tanya Julian.

"Dia hanya bilang selamat."

Julian tersenyum. "Apakah itu artinya dia menyetujui hubungan kita?"

"Aku harap begitu."

🌠🌠🌠

16.24 | 1 Agustus 2021
By Ucu Irna Marhamah

ASTROPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang