A - 055

138 3 0
                                    

"Apa ini perintah ibuku?" Tanya Rowena.

Franklin tidak segera menjawab.

"Jika iya, katakan padanya kalau aku akan mengakhiri hidupku setelah menikah denganmu," ucap Rowena dengan nada penuh ancaman.

"Apa yang kau katakan! Jangan bicara sembarangan!" Agatha membentak Rowena.

"Kau lihat? Dia ibu kandungku, tapi ini yang dia lakukan padaku," ucap Rowena kesal.

Terdengar suara keributan dari luar ruangan. Franklin bergegas keluar, tapi baru sampai di ambang pintu, sebuah moncong pistol menodong ke dahinya.

Agatha dan Rowena terkejut. Mereka semakin khawatir dan ketakutan.

Franklin mengangkat kedua tangannya kemudian ia mundur. Kini terlihat siapa yang menodongkan pistol tersebut.

"Erga?" Agatha membelalakkan matanya melihat pacarnya yang ternyata si penodong.

"Siapa kau?" Geram Franklin.

"Aku tidak mau mendengar alasanmu, aku akan membawa kedua gadis itu pergi," kata Erga tanpa basa-basi.

Dua bodyguard-nya masuk dan melepaskan ikatan pada tubuh Rowena dan Agatha.

"Kau tidak bisa mengambil pacarku!" Bentak Franklin.

"Jika kau tidak melibatkan pacarku, aku tidak akan datang ke mari dan mengganggu urusanmu dengan pacarmu," kata Erga.

Franklin mengepalkan tangan geram. Sementara para bodyguard membawa Agatha dan Rowena pergi. Dua bodyguard lainnya berdiri di samping Erga.

"Dengar, aku belum pernah membunuh orang. Jika aku menarik pelatuknya, kau adalah orang pertama yang aku bunuh. Jadi, hati-hati denganku." Setelah mengatakan itu, Erga pergi diikuti kedua bodyguard di sampingnya tadi.

Franklin menggeram marah.

Di apartemen, Agatha mencoba menenangkan Rowena yang terlihat masih khawatir dan ketakutan. Sementara Erga duduk di sofa memperhatikan mereka.

"Bodyguard akan berjaga di depan. Aku juga akan tidur di sini," kata Erga pada Agatha.

Agatha menganggukkan kepalanya.

Setelah Rowena agak tenang, Agatha membiarkan Rowena tidur di kamarnya, sementara dirinya masih terjaga di ruang tamu bersama Erga. Keduanya duduk bersebelahan di sofa.

"Kau begitu menyayanginya, aku iri." Erga tersenyum pahit.

Agatha menoleh menatap Erga. "Dia sahabatku, orang pertama yang aku temui di kampus. Aku mengenalnya dengan baik. Aku menyayanginya karena suatu alasan."

Ya, kau mencintainya, batin Erga.

"Dia memiliki masa lalu yang buruk yang membuatnya benar-benar trauma. Aku tidak bisa menceritakan apa yang terjadi padanya di masa lalu, tapi itu benar-benar mengerikan. Itulah sebabnya aku lebih memperhatikannya ketimbang teman yang lain," jelas Agatha.

Erga menanggapi ucapan Agatha dengan anggukkan.

"Tadi benar-benar menakutkan. Pria gila," gerutu Agatha.

"Dia tidak akan berhenti sampai mendapatkan Rowena," kata Erga.

Agatha menatap Erga dengan ekspresi khawatir. "Kenapa dia begitu menginginkan Rowena?"

Erga tampak berpikir. "Entahlah, mungkin obsesi. Bisa jadi pria tadi terobsesi pada Rowena. Jika bukan obsesi, untuk apa mengambil resiko menculik Rowena dan juga dirimu. Dia tidak takut ditangkap polisi, karena yang ada di pikirannya hanya Rowena."

"Apa kau sudah melaporkannya pada polisi?" Tanya Agatha.

"Sudah, tapi dia bukan pria sembarangan. Seorang pengusaha yang memiliki reputasi tinggi. Dia tidak akan diam saja. Mungkin hanya beberapa hari di penjara," ucap Erga.

"Benar juga." Agatha tampak khawatir. "Dari mana kau tahu dia pengusaha?"

Sesaat Erga terdiam. Ia pun menjawab, "Semua orang mengenalnya. Karena ayahku juga pengusaha, tentu aku mengenalnya."

"Lalu bagaimana bisa kau tahu aku diculik? Bagaimana caramu menemukanku?"

🌠🌠🌠

10.33 | 1 Agustus 2021
By Ucu Irna Marhamah

ASTROPHILEWhere stories live. Discover now