A - 084

111 3 0
                                    

"Jadi, sebenarnya kau mau mengatakan apa?" Gerutu Agatha.

"Aku hanya ingin bilang kalau kau sebenarnya tidak mencintai Rowena. Yang kau rasakan pada Rowena hanya sebatas hubungan persahabatan yang kuat. Yang kau anggap rasa cinta sebenarnya rasa empati untuknya," kata Erga yang mulai serius.

Agatha mendengarkan.

Erga mendekat. Agatha bisa menghirup jelas aroma parfum dari tubuh Erga.

"Agatha, pria di depanmu ini adalah pria yang akan menjadi suamimu. Tidak hanya suamimu, dia akan menjadi ayah bagi anak-anakmu kelak. Perasaan cinta tidak bisa dipaksakan, tapi seiring berjalannya waktu, kau pasti akan mencintainya."

Agatha masih serius mendengarkan.

"Sampai hitungan ketiga, kau bisa membuka matamu," kata Erga.

Agatha mengangguk.

"Satu...."

"Dua...."

"..."

Agatha mengernyit. Hembusan angin menerpa wajah cantiknya. Rambut panjangnya bergerak-gerak.

"Erga?"

Tidak ada jawaban.

Perlahan kedua matanya terbuka. Agatha melihat ke sekeliling. Tidak ada siapa pun di sekitarnya. Erga menghilang.

Hening.

Rasanya sangat hampa.

"Erga, jangan bercanda. Ini tidak lucu," gerutu Agatha.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Ternyata Agriawan yang menelepon. Agatha mengangkatnya.

"Kak?"

"Agatha, aku menunggumu di pintu masuk," ucap Agriawan.

"Kenapa kau menungguku?" Tanya Agatha.

"Erga yang menyuruhku menjemputmu. Katanya dia ada urusan," jelas Agriawan.

Agatha mencerna ucapan kakaknya.

Akhirnya Agatha pulang bersama Agriawan, karena Erga menghilang entah ke mana.

"Dia bilang apa?" Tanya Agatha.

"Dia meneleponku dan menyuruhku menjemputmu karena dia ada urusan mendadak," ucap Agriawan.

Agatha tampak berpikir.

"Atau... sebenarnya dia meninggalkanmu? Apa kalian berdua bertengkar? Apakah dia hanya membuat alasan (ada urusan mendadak) agar bisa meninggalkanmu sendirian di pantai?" Tanya Agriawan yang terlihat kesal.

"Kami tidak bertengkar," sanggah Agatha.

Agriawan tampak bingung.

"Apa kau kesal pada Erga karena dia meninggalkanku?" Tanya Agatha.

"Aku kesal pada Erga kalau seandainya dia memang berbohong dengan mengatakan jika dia ada urusan mendadak dan meninggalkanmu. Dia pikir aku tidak sibuk? Aku juga sibuk. Menyebalkan," gerutu Agriawan.

Agatha mendengus kesal. "Jadi, kau merasa terganggu karena Erga menyuruhmu menjemputku? Aku pikir kau khawatir padaku karena aku ditinggalkan sendirian di pantai."

Agriawan gelagapan. "Itu... aku juga mengkhawatirkanmu, sih."

"Sih? Sih? Kau tidak rela menjemputku?! Kalau begitu, turunkan aku di sini!" Bentak Agatha yang terlihat sangat marah.

"Tidak, jangan marah, aku hanya...."

Agatha membuka pintu mobil. "Turunkan aku, atau aku akan melompat dari sini!"

Terpaksa Agriawan menghentikan mobilnya. Agatha adalah orang yang nekat. Agriawan tidak ingin terkena masalah jika Agatha melompat dari mobil.

Agatha keluar dari mobil. Ia membanting pintu mobil lalu menyetop taksi.

Sesampainya di rumah, Agriawan kena marah.

"Bagaimana bisa kau menurunkannya di tepi jalan seperti itu?! Dia akan menikah minggu depan, bagaimana jika terjadi sesuatu padanya? Pernikahannya akan batal," gerutu Nyonya Hardiswara.

"Iya, kenapa Kakak egois begitu? Seharusnya Kakak tidak menyinggung perasaannya," timpal Fio.

Mereka bertiga berhenti bicara saat melihat sebuah taksi berhenti di depan gerbang mansion Hardiswara. Agatha keluar dari taksi kemudian ia memasuki pelataran.

Saat Agatha melewati ketiga orang itu, mereka bertiga akan membuka mulut untuk menegurnya. Tapi, tanpa menghentikan langkahnya, Agatha segera bersuara, "Jangan ada yang bicara padaku."

Mereka bertiga langsung tutup mulut melihat Agatha bergegas memasuki mansion.

"Dia marah, siapa yang bertanggung jawab?"

"Siapa lagi kalau bukan Kak Agriawan."

🌠🌠🌠

12.31 | 1 Agustus 2021
By Ucu Irna Marhamah

ASTROPHILEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora