A - 008

372 18 0
                                    

"Apa susahnya kau tinggal menyebutkan alamatmu!" Gerutu Agriawan di seberang sana.

Agatha mengakhiri panggilannya sepihak kemudian ia mengirimkan lokasinya lewat chat.

Panggilan dari Agriawan kembali masuk. Agatha mendengus kesal. "Ada apa lagi dengan orang ini? Aku sudah mengirimkan alamatku dan sekarang dia masih mau meneleponku. Dasar bawel!"

"Ada apa lagi?" Tanya Agatha yang terpaksa mengangkat panggilan dari Agriawan.

Agriawan kembali memarahi Agatha, "Kau tetap tidak mau bilang? Kau mau aku menyuruh orang-orang kepercayaanku untuk mencari alamatmu?"

"Aku sudah mengirimkan lokasiku lewat chat. Atau kau mau orang-orang kepercayaanmu yang mencariku? Padahal mereka orang-orang kepercayaan Ayah. Dasar menyebalkan," gerutu Agatha.

"Mana? Tidak ada!" Tampaknya di seberang sana Agriawan sedang memeriksa pesan chat dari Agatha. "Oh, ini ada."

"Karena kau punya orang kepercayaan, aku akan menghapus lokasinya. Jadi, kau bisa menyuruh orang-orangmu untuk mencariku, bukan?" Ucap Agatha.

"Eh, jangan, jangan, jika alamatnya sudah ada, kenapa repot-repot menyuruh orang."

Agatha memutar bola matanya.

Keesokan harinya, Arya menunjukkan gaun dan jas yang diinginkan oleh Agatha ternyata sudah jadi.

"Wah, cantik sekali." Agatha terlihat menyukainya. "Terima kasih, Kak Arya."

Arya jadi tersipu karena mendengar Agatha memanggilnya 'Kakak'.

Gaun dan jas berwarna hijau agak biru itu dikombinasikan dengan warna hitam. Membuatnya tampak mewah dan berkelas. Jarang ada orang yang memilih warna tersebut.

"Saat kau menerima gaji, aku akan menambahkan bonus padamu," ucap Agatha.

"Oh? Terima kasih, Nona." Arya tampak senang.

Setelah gaun dan jas baru itu dicuci, Agatha memakainya. Sangat pas dan indah saat dipakai di tubuh rampingnya.

"Oh, aku sangat menyukai gaun ini, jasnya juga."

Terdengar suara bel berbunyi. Agatha segera berganti pakaian dengan kaos oversize bermotif koran dan celana selutut. Setelah itu ia membuka pintu.

"Ayah?" Agatha terkejut melihat keberadaan ayahnya. Ia segera mempersilakankan Tuan Hardiswara masuk ke dalam. Gadis itu menyajikan kue dalam toples dan dua cangkir teh yang masih hangat.

"Kau nyaman tinggal di sini?" Tanya Tuan Hardiswara sambil mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruang tamu.

Agatha mengangguk. "Iya, sangat nyaman."

"Karena jauh dari kami?" Tanya Tuan Hardiswara.

"Bukan begitu, aku hanya ingin tinggal sendiri seperti dulu. Sudah 3 kali aku pindah apartemen selama 4 tahun ini. Kali ini aku tidak akan pindah ke mana pun, ini yang paling nyaman," ucap Agatha.

"Ayah senang kalau kau senang," ucap Tuan Hardiswara.

Agatha tersenyum.

"Sebenarnya Ayah datang ke mari ingin mengatakan sesuatu," ucap Tuan Hardiswara.

"Apa yang ingin Ayah katakan?" Tanya Agatha.

"Bisakah kau mengurus Hardiswara Hotel?" Tanya Tuan Hardiswara.

"Hardiswara Hotel? Tapi, bukankah itu akan dikelola oleh Fio setelah dia lulus kuliah nanti?" Agatha balik bertanya.

"Seperti yang kau tahu, selama hidupnya gadis itu hanya bermain-main. Melihatmu bekerja keras membangun Agatha Style membuat Ayah yakin kalau kau mampu," kata Tuan Hardiswara.

"Seperti yang Ayah ketahui, Agatha Style sedang mengalami kemajuan pesat. Aku bahkan sedang mempersiapkan cabang ke-5 di Singapura. Memikirkannya saja membuatku sakit kepala apalagi jika aku harus mengurus Hardiswara Hotel," kata Agatha.

Tuan Hardiswara tampak terdiam.

"Bagaimana dengan Kak Agriawan. Dia hanya mengurus perusahaan cabang. Dia pasti bisa mengurus Hardiswara Hotel sekaligus," ucap Agatha.

"Seperti yang kau tahu, dia hanya memiliki sedikit keberanian dan mulut besar."

🌠🌠🌠

19.34 | 2 Agustus 2021
By Ucu Irna Marhamah

ASTROPHILEWhere stories live. Discover now