A - 059

133 3 0
                                    

Terdengar suara pintu dibuka. Agatha menoleh. Pria itu masuk, ya siapa lagi kalau bukan Erga. Pria itu terlihat memakai kemeja putih dengan 3 kancing terbatasnya terbuka membuat dada bidangnya sedikit terekspos. Kedua tangannya di masukkan ke dalam saku celana putihnya yang pendek. Erga duduk di tepi ranjang.

Agatha sedikit beringsut menjauh.

"Kau yang mengganti pakaianku?" Tanya Agatha penuh selidik.

Erga menatap Agatha. "Kau berpikir begitu?"

"Kau tinggal sendirian, memangnya siapa lagi?" Gumam Agatha.

"Iya, aku yang mengganti pakaianmu," jawab Erga tanpa beban.

Agatha membulatkan matanya.

"Tenang saja, aku tidak melakukan apa pun padamu. Ya... meski pun sebenarnya aku ingin melakukannya," ucap Erga.

"Kau benar-benar jahat, kau melecehkanku lagi," ucap Agatha dengan suara bergetar.

"Aku sudah bilang, aku tidak melakukan pelecehan padamu," sanggah Erga.

Agatha terlihat kesal. "Kau melihat tubuhku tanpa busana, itu juga pelecehan. Bahkan mungkin tidak sekali kau melihatku tidak berbusana. Lewat kamera tersembunyi di bonekamu, kau juga melihatku telanjang, iya, kan!"

"Setahuku yang namanya pelecehan yang seperti ini." Erga mendorong Agatha lalu menindihnya. Ia menangkup wajah Agatha lalu melumat bibirnya dengan kasar.

Agatha menjambak rambut Erga lalu menariknya ke belakang agar menjauh dan berhenti menciumnya.

Erga melepaskan ciumannya dan menatap Agatha yang berada di bawahnya. "Mau lanjut?"

Agatha menggeleng. Gadis itu menahan dada Erga yang akan menciumnya lagi.

"Lihat aku, Agatha. Cintai pria di depanmu ini. Kau tidak bisa mencintai gadis itu," kata Erga.

"Aku tidak bisa," ucap Agatha dengan tatapan terluka.

"Rowena punya alasan untuk tidak mencintai laki-laki, tapi kau tidak punya alasan. Kau hanya bersimpati pada Rowena, bukan mencintainya. Kau harus menyadari itu!" Bentak Erga.

"Jangan memaksaku! Aku benci padamu!" Agatha mendorong dada Erga lebih kuat lagi meski tidak ada artinya.

"Kau mencintaiku! Kau mencintaiku! Aku tahu kau mencintaiku, tapi karena Rowena terus menerus mendekatimu, kau tidak bisa menyadari cintamu untukku!" Tegas Erga.

Agatha menggeleng. "Aku tidak mencintaimu! Aku tidak bisa mencintaimu!"

"Baiklah, ayo kita lanjutkan. Apakah kau benar-benar tidak bisa mencintaiku? Akan aku tunjukkan seperti apa seharusnya." Erga menarik bagian depan baju Agatha dengan kedua tangannya. Tampaknya pria itu mencoba merobek kaos yang dipakai Agatha.

"Tidak! Kau tidak bisa melakukan ini padaku!" Teriak Agatha sambil berusaha menyingkirkan tangan Erga.

Kreaak.

Baju itu langsung robek. Erga juga menarik kait penutup dada Agatha. Pria itu benar-benar membuat Agatha telanjang. Ia kembali mengecup bibir Agatha dengan penuh penuntutan.

Tangan Agatha bergerak meraih-raih ke meja di samping ranjang. Erga menarik tangan Agatha agar gadis itu tidak melukainya lagi seperti waktu itu.

"Erga! Hentikan!" Kedua kaki Agatha menendang-nendang.

Erga yang sudah kalap tidak mau mendengar apa pun. Tangan Agatha yang satunya bergerak meraih bantal dan menghantamkannya ke wajah Erga. Meski pun itu tidak membantu, tapi Erga menjadi sedikit lengah. Agatha meraih lampu meja dan menghantamkannya ke kepala Erga.

Pria itu meringis sambil memegangi kepalanya. Darah mulai mengalir membasahi dahinya.

Agatha tidak melewatkan kesempatan itu. Ia menutupi tubuhnya dengan selimut lalu keluar dari kamar itu. Sesaat ia berdiri di ambang pintu melihat Erga yang kesakitan. Kali ini ia tidak peduli dan memilih untuk melarikan diri setelah mencari baju seadanya yang bisa dipakai.

🌠🌠🌠

15.09 | 1 Agustus 2021
By Ucu Irna Marhamah

ASTROPHILEWhere stories live. Discover now