A - 035

176 6 0
                                    

Erga dan Zeek masih berusaha mendekati Agatha dan Rowena, tapi mereka tetap gagal. Seolah-olah Agatha dan Rowena tidak pernah memiliki ketertarikan sama sekali kepada dua pria tampan itu. Ben hanya tersenyum melihat kedua temannya kesusahan, sementara dirinya tetap memegang uang taruhan yang ia janjikan.

"Waktumu tinggal tiga hari lagi, Erga. kau bilang kau bisa membuatnya jatuh cinta padamu dalam waktu satu minggu," kata Ben.

"Mustahil, bagaimana mungkin dia menolakku terus," gumam Erga pelan.

"Kau sudah menyatakan perasaanmu padanya?" Tanya Zeek yang mendengar gumaman Erga.

"Tidak, aku belum mengatakan apa-apa. Maksudku, aku sering mengajaknya jalan-jalan, makan bersama, atau yang lainnya. Tapi, dia terus menolakku. Bahkan sepatu mahal yang aku berikan padanya tidak dia pakai," jelas Erga.

"Apalagi Rowena, gadis itu mungkin lebih sering tersenyum jika dibandingkan dengan Agatha, tapi dia jelas-jelas menolak panggilanku," ucap Zeek.

"Kau sudah punya nomor teleponnya?" Tanya Ben yang dibalas anggukkan kepala oleh Zeek.

Ben melirik Erga. "Wah, Zeek menunjukkan perkembangan yang bagus."

Erga melirik kesal pada kedua temannya. "Aku juga punya nomor telepon Agatha, tapi aku tidak berniat menghubungi nomornya. Gadis itu pasti akan terkejut. Dia sepertinya bukan tipe gadis yang suka didekati dengan cara agresif."

Keesokan harinya, Zeek nekat menyatakan perasaannya pada Rowena saat kelas sudah selesai, tapi gadis itu menolaknya dengan baik-baik. Zeek terus memaksa dan itu membuat Rowena risih.

Rowena berlalu meninggalkan Zeek, tapi pria itu menyusulnya dan menarik tangan Rowena. Langkah gadis itu terhenti dan terpundur karena Zeek menarik tangannya dengan agak kasar.

"Zeek, lepaskan aku." Rowena berusaha melepaskan genggaman tangan Zeek dari tangannya.

"Aku akan melepaskanmu jika kau menerima cintaku," ancam Zeek.

"Tidak, aku tidak bisa." Rowena masih berusaha melepaskan diri dari Zeek.

Tiba-tiba sebuah tangan mencengkeram tangan Zeek yang sedang memegang tangan Rowena. Rowena dan Zeek menoleh, ternyata Agatha.

"Lepaskan tanganmu darinya, atau tanganmu yang lepas dari badanmu," ancam Agatha.

"Waah, kau pikir aku takut padamu?" Zeek tertawa mengejek.

Agatha memukul tangan Zeek, tangan Rowena terlepas, gadis itu meringis pelan. Lalu Agatha memutar tangan Zeek ke belakang dan mendorongnya ke tiang lampu.

"Aw! Hei! Bukankah aku sudah melepaskan tanganku dari Rowena!" Bentak Zeek.

Agatha menautkan alisnya. "Jangan macam-macam dengan Rowena jika tidak ingin berurusan denganku."

Zeek tidak menjawab. Agatha kesal. "Kau dengar tidak?!"

"Iya, iya," gerutu Zeek.

Agatha pun melepaskan Zeek.

Di lantai dua, Erga dan Ben memperhatikan.

"Wah, dia menakutkan juga, ya." Ben menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kenapa juga Zeek memaksakan diri. Dia tidak sabaran dan akhirnya dia kena masalah juga," ucap Erga.

Ben mengangguk. "Ya, begitulah dia."

Agatha menarik tangan Rowena kemudian kedua gadis itu pergi meninggalkan Zeek yang tampak kesal dan malu.

Erga dan Ben menghampirinya.

"Kau baik-baik saja? Tanganmu tidak patah, kan?" Tanya Ben.

"Gadis itu benar-benar...." Zeek tampak masih kesal pada Agatha. Ia menatap Erga. "Jika kau berhasil mendapatkannya, buat dia menderita dan sakit sampai sesakit-sakitnya."

"Kenapa aku harus melakukannya? Aku akan melakukannya dengan caraku sendiri," kata Erga.

"Jika kau tidak mau melakukannya, aku akan melakukannya sendiri," kata Zeek kemudian berlalu meninggalkan Ben dan Erga.

Erga menatap punggung Zeek yang kian menjauh.

🌠🌠🌠

10.47 | 1 Agustus 2021
By Ucu Irna Marhamah

ASTROPHILEWhere stories live. Discover now