PEOLOGUE

799 45 0
                                    

🌠🌠🌠

Sydney, Australia.

Langit malam Sydney yang bertabur bintang.

Terlihat seorang gadis berjaket tebal berwarna coklat berlari dengan ekspresi cemas seolah-olah ada seseorang yang tengah mengejarnya. Gadis itu berlari tanpa alas kaki, meski pun cuaca Sydney yang dingin di malam hari. Kedua sepatunya ia bawa dengan tangan kiri sementara tangan kanannya membawa tas dan ponsel.

Ia berhenti sejenak sambil membungkuk dengan napas tersengal-sengal. Uap lembut keluar dari mulutnya setiap ia membuang napas menandakan jika malam itu suhu di Sydney benar-benar dingin dari biasanya.

"Ah, sial." Gadis itu menggerutu penuh kekesalan. Ia menoleh ke belakang sesaat lalu melanjutkan langkahnya dengan terburu-buru.

Akhirnya ia tiba di tempat yang ramai. Gadis itu menghela napas lega. Butiran salju berjatuhan. Ia mendongkak menatap langit.

"Salju turun tahun ini?" Gumam Agatha.

Lama-lama salju turun semakin rapat. Ia pun kembali memakai sepatunya dan melihat ke sekeliling. Orang-orang Sydney yang sibuk.

Gadis itu pun membeli minuman hangat lalu duduk di bangku taman. Ia meminum susu kacang itu sampai habis. Uap lembut keluar dari mulut dan hidungnya saat ia bernapas.

Tiba-tiba ponselnya bergetar. Ia pun mengeceknya. Ada pesan yang masuk dari nomor tak bernama.

+61** : Kau pergi dariku?

Deg!

Serasa ada godam yang menghantam jantungnya. Gadis itu beranjak dari tempat duduknya dan berbaur dengan orang-orang di sekitar sana agar merasa aman.

Ponselnya kembali bergetar. Gadis itu memeriksanya.

+61** : Percuma kau bersembunyi di antara mereka. Aku masih bisa melihatmu.

Gadis itu terbelalak setelah membaca pesan itu. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. "Apa dia mengikutiku? Di mana dia? Bagaimana bisa dia melihatku?"

Pesan dari nomor tersebut berdatangan membuat ponselnya terus bergetar.

+61** : Orang di sampingmu sedang mengupil.

Gadis itu menoleh ke samping kirinya, tapi perempuan di sampingnya tidak mengupil. Ia menoleh ke sisi sebaliknya, yaitu samping kanan. Pria bermantel hitam itu tampak memasukkan jari kelingkingnya ke lubang hidung.

Saat ini gadis itu merasa khawatir. Ia menunduk memeriksa ponselnya lagi. Meski pun ia tidak berniat membalas pesan dari seseorang yang misterius itu, ia tetap penasaran dan membaca isi pesan yang terus masuk ke ponselnya.

+61** : Kau mau pergi ke Bandara Internasional Sydney?

"Bagaimana bisa dia tahu?"

+61** : Kau benar-benar akan meninggalkanku?

Gadis itu kehabisan kesabaran. Ia mengetik pesan balasan.

Me : Kau pikir, gadis mana yang bisa bertahan lebih lama bersamamu?

Sebelum pesan balasannya terkirim, orang misterius itu kembali mengirimkan pesan.

+61** : Awas, di depanmu ada pria botak.

Gadis itu mendongkak dan terbelalak saat pria botak sudah dekat dan hampir bertubrukan dengannya jika ia tidak menghindar ke samping. Ia malah menyenggol pria pria yang sedang mengupil.

"Nona, jalannya masih luas, kenapa menabrakku!" Gerutu pria itu sambil menggelapkan upilnya ke baju.

"Maaf," ucap gadis itu.

Sebuah bus lewat. Gadis itu segera menghentikannya. Bus pun berhenti. Ia masuk ke dalam bus.

"Nanti tolong berhenti di Bandara Sydney, Pak," kata gadis itu.

Bus pun melaju meninggalkan tempat tersebut.

Pandangan gadis itu tertuju ke luar jendela bus. Kedua matanya membelalak lebar melihat pria berjaket hijau army di seberang jalan raya. Pria tampan itu berdiri dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam celana. Tatapan pria itu tertuju padanya.

"Ja-jadi... sedari tadi... dia di belakangku?"

🌠🌠🌠

ASTROPHILE

Oleh

Ucu Irna Marhamah

ASTROPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang