A - 014

300 15 1
                                    

Di mansion Hardiswara, terlihat banyak sekali makanan yang tersaji di meja makan. Keluarga Hardiswara sedang menikmati hidangan makan siang bersama. Tidak hanya keluarga Hardiswara, ada Rowena dan Aska juga yang bergabung dengan mereka.

"Kalian berteman sejak kuliah?" Tanya Agriawan pada Agatha dan Rowena.

Rowena yang menjawab, "Iya, kami sangat dekat dan tinggal di satu asrama yang sama."

"Apakah Kak Agatha bar-bar selama di kampus?" Celetuk Fio sambil tertawa.

Rowena tersenyum. "Tidak, dia sangat cerdas dan baik hati. Agatha sangat dikagumi semua orang, baik mahasiswa, mahasiswi, mau pun dosen. Ada banyak mahasiswa dari berbagai negara, Agatha bisa berbaur dan akrab dengan mereka. Selain bisa bahasa Inggris tentunya, dia juga bisa berbahasa Spanyol dan Mandarin."

Fio terdiam mendengar jawaban Rowena. Sementara Agriawan mendengarkan sambil menatap Rowena yang cantik. Tampaknya ia tertarik pada gadis Australia itu.

Agatha yang sedang mencicipi puding hanya tersenyum mendengar ucapan Rowena.

"Apa kalian ingin tahu seperti apa Agatha di kampus? Dia sangat populer dan selalu menjadi mahasiswi favorit. Setelah lulus, dia kembali ke Indonesia dan kami mendengar kabar kalau Agatha membangun perusahaannya sendiri, yaitu sebuah perusahaan fashion yang sangat berkembang pesat bahkan sekarang sudah maju. Ada banyak pakaian impor dari Agatha Style yang sangat diincar di mall-mall Australia," jelas Rowena.

"Dia memang sangat mandiri dan pekerja keras," kata Tuan Hardiswara.

Rowena tersenyum. "Iya, Tuan Hardiswara benar sekali, Agatha sangat serius dalam belajar. Dia tidak hanya bermain-main di kampus apalagi pergi kuliah untuk pacaran. Itu tidak ada dalam kamusnya."

Fio dan Aska yang merasa tersindir langsung tersedak puding. Nyonya Hardiswara menelan pelan-pelan pudingnya, karena ia juga tidak ingin tersedak.

Rowena mengusap punggung Agatha. "Sebagai sahabatnya, aku sangat bangga. Tidak sia-sia dia berkuliah di Australia, karena mendapatkan beasiswa full. Jadi, dia tidak perlu menjadi beban apa lagi membuang-buang uang orang tuanya."

Kali ini Agriawan yang tersedak. Nyonya Hardiswara menyodorkan segelas air untuk putranya.

"Seharusnya aku tidak mengatakan ini. Kalian keluarganya yang sudah pasti jauh lebih mengenal Agatha," ujar Rowena.

Setelah selesai makan siang.

Agatha membawa Rowena berkeliling di halaman belakang. "Sewaktu kecil aku suka menghabiskan waktu di halaman belakang. Ada banyak kupu-kupu yang hinggap di bunga. Aku suka menangkap mereka."

Rowena mendengarkan.

"Dulu aku sangat nyaman tinggal di mansion. Sekarang aku tidak suka berada di sini," kata Agatha pelan.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Ia melihat nama Fandi di layar. "Oh, manager perusahaan meneleponku. Sepertinya ini penting mengenai jaket yang akan diekspor. Sebentar, ya, Rowy."

Rowena menatap punggung Agatha yang menjauh sambil mengangkat panggilan dari managernya. Gadis itu pun duduk di ayunan menunggu Agatha.

Seseorang duduk di ayunan satunya di samping Rowena. Gadis itu menoleh, ternyata Agriawan.

"Hai."

Rowena tersenyum kaku. "Hai."

Mereka berbincang-bincang. Agatha sudah selesai menelepon dengan Fandi. Ia melihat kakaknya duduk di ayunan bersama Rowena. Ia pun menghampiri mereka berdua.

"Ayo, Rowy, kita harus pulang," kata Agatha.

"Kenapa buru-buru? Apa tidak sekalian menunggu makan malam?" Ucap Agriawan.

"Sebenarnya aku ada pemotretan malam ini," kata Rowena.

"Oh, kalau begitu hati-hati di jalan, ya."

🌠🌠🌠

08.26 | 1 Agustus 2021
By Ucu Irna Marhamah

ASTROPHILEWhere stories live. Discover now