A - 029

326 14 0
                                    

Di mansion Hardiswara, Agriawan dan Aska tampak sibuk menyiapkan tiga buah panggangan di halaman belakang. Sementara Nyonya Hardiswara dan Fio sedang membuka kemasan daging sapi. Tuan Hardiswara menghampiri kedua perempuan itu.

"Kenapa mereka lama sekali?" Tanya Tuan Hardiswara.

"Biasa, Kak Agatha suka membuat orang menunggu," ujar Fio.

Tak lama kemudian, Erga dan Agatha muncul. Setelah itu, Erga dan Aska bertugas memanggang daging sapi sementara Agatha dan Fio memanggang nanas, tomat, dan marshmallow.

Agriawan membawa minuman dan meletakkannya ke meja. "Wah, hari ini akan sangat menyenangkan."

Tampaknya keluarga Hardiswara bersama Erga dan Aska sangat menikmati daging panggang tersebut.

Erga melihat Agatha dan Nyonya Hardiswara memanggang marshmello. Ia menghampiri mereka.

"Ibu, cobalah ini. Aku menambahkan bumbu rahasia." Erga menyodorkan piring berisi daging panggang yang terlihat lezat.

Agatha melirik Erga dan Nyonya Hardiswara bergantian saat pria itu memanggil ibunya dengan sebutan 'Ibu'.

"Wah, ini khusus untuk Ibu?" Nyonya Hardiswara tampak senang. Ia mengambil piring tersebut dari Erga.

Agatha sudah bisa membaca situasi yang sudah pasti akan merugikan dirinya.

"Emmm, rasanya lezat sekali," kata Nyonya Hardiswara setelah menyantapnya.

"Paling bumbu rahasianya micin," celetuk Agatha.

Nyonya Hardiswara melirik putrinya sekilas. "Ini lebih baik daripada tidak bisa memasak."

"Ibu," gerutu Agatha.

Wanita paruh baya itu melenggang pergi tidak mempedulikan putrinya yang menggerutu kesal padanya.

"Sebenarnya siapa anaknya?" Gumam Agatha.

Erga mengambil marshmallow dari tangan Agatha lalu memakannya. Agatha tidak menanggapinya.

"Kenapa bertanya siapa anaknya, tentu saja kau. Aku menantunya," ucap Erga.

Agatha menoleh pada Erga sesaat kemudian ia memanggang marshmallow baru.

"Aku salah bicara, ya? Iya juga, ya. Aku bukan menantu, tapi calon menantu," koreksi Erga.

Agatha tetap tidak menanggapi.

Erga merasa kesal karena Agatha yang cuek padanya. Ia merangkul gadis itu. "Kenapa kau terus diam? Aku lebih suka kau yang banyak bicara dan marah-marah padaku."

"Itulah sebabnya aku diam," kata Agatha cepat.

"Dengar, Sabrina," Erga menyebut nama tengah Agatha. "Aku akan terus melakukan propaganda di keluargamu agar mereka mendukungku untuk mendapatkanmu."

Agatha merasakan rangkulan pria itu pada bahunya semakin mengerat.

"Dengar, Restu," Agatha juga memanggil nama tengah Erga. "Aku punya hak atas diriku sendiri. Hanya aku yang bisa mengendalikan diriku sendiri, bukan keluargaku."

"Kau akan tahu sendiri hasilnya nanti," ucap Erga.

Hampir setiap seminggu sekali Erga datang ke mansion Hardiswara. Ia semakin dekat dengan keluarga Agatha, meskipun Agatha sendiri tidak menyukainya dan menunjukkan jika gadis itu tidak akan pernah menerimanya.

Namun, keluarga Hardiswara sudah menunjukkan lampu hijau untuk hubungan keduanya.

Sama seperti Julian dan Rowena. Meski pun Agatha mencoba mendekatkan mereka berdua, Julian dan Rowena tetap tidak bisa saling menyukai. Mereka terlihat seperti teman pada umumnya.

Suatu hari, Erga mengajak Agatha menemui ayahnya yang terbaring lemah di rumah sakit. Pria itu tidak mengira Agatha bersedia menemaninya.

Dalam perjalanan, Erga tidak berhenti bicara. Pria tampan itu terlihat sangat senang. Agatha hanya menanggapinya dengan anggukan atau gelengan.

"Tidakkah kau berpikir untuk memberikanku kesempatan agar bisa membuatmu jatuh cinta padaku? Sekali saja," tanya Erga.

Agatha tidak memberikan tanggapan.

"Aku mencintaimu, Agatha," ucap Erga.

"Aku juga," kata Agatha.

"Benarkah?" Erga tampak senang.

"Iya, aku juga mencintai diriku sendiri."

Senyuman Erga memudar berganti dengan ekspresi kesal.

Agatha menatap Erga. "Kau sama seperti Julian."

"Kenapa menyamakanku dengannya? Karena sama-sama tampan?" Tanya Erga.

🌠🌠🌠

17.29 | 1 Agustus 2021
By Ucu Irna Marhamah

ASTROPHILEWhere stories live. Discover now