A - 022

298 13 0
                                    

Setelah makanan pesanan mereka datang, mereka pun menyantapnya. Tidak ada percakapan sama sekali yang menemani makan mereka. Semuanya fokus pada makanan.

Namun, itu hanya berlangsung beberapa saat.

"Jadi, kau mengenal Agatha?" Tanya Julian pada Erga.

Agatha dan Rowena melirik ke arah Erga.

"Iya, kami teman semasa kuliah, Rowena juga," jawab Erga.

Tapi, tadi kau hanya menyapa Agatha, tidak dengan Rowena, batin Julian.

Untung saja dia tidak bilang kalau dia mantan pacarku, pikir Agatha.

Atmosfer di sekitarku menjadi tidak enak setelah dia datang, kata Rowena dalam hati.

"Bagaimana denganmu?" Erga balik bertanya pada Julian.

"Kami sahabat dari kecil," jawab Julian.

"Oh." Erga melirik Agatha yang sedari tadi hanya diam.

"Berarti kau sudah mengenal Agatha jauh lebih lama dariku, aku iri," ucap Erga sambil meneguk minumannya.

Julian tersenyum bangga.

"Selama aku mengenalnya, dia tidak pernah menyukai apa pun. Aku kesulitan mendekatinya. Jika aku bertanya padamu Agatha itu seperti apa, sebagai teman dekatnya apa kau mau membantuku?" Tanya Erga.

Julian melirik Agatha yang masih diam sejak Erga datang. Ia pun menjawab, "Aku tidak akan memberi tahumu apa pun. Karena aku sahabatnya Agatha, aku tidak boleh menceritakan apa pun tentangnya. Sama saja aku menyebarkan hal-hal pribadi tentang sahabatku sendiri pada orang lain. Aku pikir kau tahu dia seorang pimpinan perusahaan fashion besar di Indonesia, siapa pun tidak boleh sembarangan padanya," kata Julian.

Erga tampak berpikir. Dalam hati ia bertanya-tanya, sepertinya pria ini menyukai Agatha. Apa dia benar-benar tahu semuanya tentang Agatha? Aku ragu dia tahu tentang itu.

Agatha yang sedari tadi diam pun akhirnya berbicara, "Julian, malam ini Rowena ada pemotretan. Aku minta tolong padamu bantu dia membeli kebutuhan bulanan. Dia baru berberapa minggu di sini, dia tidak tahu lokasi di sini seperti apa."

Julian menoleh pada Erga dan Agatha bergantian. Ia menunjukkan ekspresi seolah bertanya, 'Kau yakin aku bisa pergi dan meninggalkanmu dengan orang ini?'

Seolah mengerti dengan pertanyaan yang tersirat dari wajah Julian, Agatha mengangguk.

"Baiklah, aku pergi." Julian beranjak dari tempat duduknya. Ia mengangguk pada Rowena yang dibalas anggukkan juga oleh gadis itu. Mereka pun pergi. Rowena sempat menatap kesal pada Erga.

Setelah Julian dan Rowena melakukan pembayaran dan pergi, kini tinggallah Erga dan Agatha di meja.

"Oh, jadi kau sudah berubah, ya? Apa karena pria itu? Positif sekali pengaruhnya bagi hidupmu," ucap Erga.

"Aku masih sama seperti dulu," sanggah Agatha. "Kau masih berpikir bisa mengubahku?"

Erga menatap Agatha sebelum memutuskan untuk menjawab. "Kau tidak akan berubah sampai kapan pun jika Rowena terus berada di dekatmu."

"Dia sahabatku," ucap Agatha dengan nada penuh penekanan.

"Aku rasa semua ini gara-gara Rowena. Bukankah kalian berdua sama saja?" Tanya Erga.

"Jangan menyalahkan Rowena." Agatha terlihat sangat kesal.

Erga menyandarkan punggungnya ke kursi. "Lalu siapa yang bisa disalahkan?"

"Salahkan aku saja, jangan menyalahkan orang lain," kata Agatha.

"Sebegitu sayangnya dirimu pada Rowena," gumam Erga. "Sainganku terus bertambah untuk mendapatkanmu."

"Jangan salah paham. Aku sengaja mendekatkan Rowena dengan Julian agar mereka berjodoh. Rowena pantas mendapatkan pria baik," kata Agatha.

"Begitukah?" Erga setengah senang mendengarnya.

"Aku tidak akan membiarkan pria jahat mendekati Rowena, sekalipun pria itu adalah kakakku sendiri."

🌠🌠🌠

11.54 | 1 Agustus 2021
By Ucu Irna Marhamah

ASTROPHILEWhere stories live. Discover now