A - 065

241 12 2
                                    

Erga melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 6 pagi. Ia bangkit sambil mengucek matanya. Pria itu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia tidak melihat Agatha. Tampaknya gadis itu belum bangun.

Setelah mandi, ia pergi ke dapur dan mulai memasak makanan seadanya.

Charley menggonggong sambil berlari ke arah Erga.

"Oh, bayi berbulu ini sangat lucu." Erga membelai kepala Charley dengan lembut. Ia melihat kalung yang dipakai anjing itu. Terukir nama Charley di kalung tersebut.

"Oh, namamu Charley? Aku pikir kau betina. Sebelumnya aku memesan anjing betina ke Toko Hewan."

Erga mencari makanan anjing di lemari makanan. Setelah menemukannya, Erga membaca dulu keterangannya di bagian belakang kemasan kemudian ia menuangkannya ke mangkuk dan memberikannya pada Charley.

Tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi. Ada tamu yang datang pagi-pagi begini. Beberapa menit kemudian, bel kembali berbunyi. Tampaknya Agatha belum bangun. Erga mematikan kompor kemudian melenggang pergi.

Saat melewati kamar Agatha, Erga melihat pintunya sedikit terbuka. Gadis itu terlihat masih tidur. Erga tidak tidak tega jika harus membangunkan Agatha.

Saat pintu dibuka, ia terkejut melihat Nyonya Hardiswara yang datang. Wanita paruh baya itu juga terkejut melihat keberadaan Erga di rumah putrinya.

"Se-sedang apa kau di apartemen Agatha?" Tanya Nyonya Hardiswara.

Erga kelabakan. "Ini tidak seperti dugaanmu, Ibu, semalam...."

Nyonya Hardiswara menutup mulut. "Semalam? Apa yang kalian lakukan semalam?"

Erga segera mengibaskan tangannya.

Setelah mendapatkan penjelasan pendek dari Erga, Nyonya Hardiswara pun masuk. Erga menyajikan minuman dan camilan ke meja.

"Mungkin Agatha masih tidur, aku belum melihatnya pagi ini," ucap Erga.

Nyonya Hardiswara tampak mengedarkan pandangannya ke sekeliling. "Wah."

"Sebenarnya ini pertama kalinya aku datang ke apartemen Agatha," ucap Nyonya Hardiswara.

"Oh?" Hanya itu yang terucap. Erga tidak tahu harus menanggapi dengan apa.

"Dari dulu Agatha suka membuat keputusan sendiri tanpa mempertimbangkannya atau pun memberitahu kami," jelas Nyonya Hardiswara.

"Dia memang sosok perempuan yang mandiri," kata Erga.

Nyonya Hardiswara tersenyum. "Kau sepertinya sangat mengenal Agatha. Tentu saja, karena kau mantan pacarnya. Sebenarnya aku cukup kaget saat mendengar Agatha punya mantan pacar. Sebelumnya dia tidak pernah berhubungan dengan pria mana pun. Aku sangat khawatir."

Erga mendengarkan.

"Aku sempat berpikir jika Agatha tidak menyukai pria," sambung Nyonya Hardiswara.

Erga tetap diam meski ia tahu semuanya.

"Aku harap kau bisa membuat Agatha luluh. Dia sangat keras bahkan pada dirinya sendiri. Kau mau melakukannya?" Tanya Nyonya Hardiswara.

Bagi Erga, ucapanya wanita paruh baya itu terdengar sangat ambigu, sehingga Erga tidak langsung menjawab.

"Buat dia hamil."

Ucapan Nyonya Hardiswara membuat Erga sangat terkejut. Bagaimana bisa seorang ibu meminta orang lain untuk menghamili anaknya?

Meski pun dulu Erga pernah mencoba memperkosa Agatha, sebenarnya ia tidak benar-benar ingin melakukannya. Ia hanya ingin membuat Agatha sadar kalau Agatha ditakdirkan untuk mencintai pria.

Ya, itu yang ada di pikiran Erga.

"Tapi, Ibu...."

"Ini satu-satunya cara agar dia bisa menikah. Bukankah kau mencintainya?" Nyonya Hardiswara memotong ucapan Erga.

"Aku mencintainya, tapi aku tidak bisa melakukan itu. Agatha akan terluka jika aku melakukannya," sanggah Erga.

Nyonya Hardiswara beranjak dari tempat duduknya. "Aku yakin kau bisa melakukannya tanpa melukainya."

Setelah berkata demikian, Nyonya Hardiswara pun pergi.

🌠🌠🌠

10.22 | 1 Agustus 2021
By Ucu Irna Marhamah

ASTROPHILEUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum