A - 032

195 6 0
                                    

Erga terkenal sebagai heartbreaker di kampusnya. Namun, ada saja gadis yang mau menjadi pacarnya meski pun sudah tahu pria itu seperti apa. Selain karena ketampanan dan sifatnya yang membuat orang lain nyaman berada di dekatnya, para gadis menyukai Erga karena kaya.

Erga tidak mendekati sembarangan gadis. Ia hanya akan berkencan dengan gadis yang bisa dibilang matre, suka selingkuh, dan berpura-pura baik. Erga tidak akan mendekati gadis tidak memiliki salah satu atau ketiga sifat itu.

Setelah berpacaran dan saat gadis itu benar-benar mencintainya, maka Erga akan memutuskannya begitu saja.

Sementara itu masih di kampus yang sama, Agatha dan Rowena sedang berbicara serius di kantin.

"Aku ingin berubah," kata Rowena pelan sambil memainkan gelas di meja.

Agatha mendengarkan.

"Meski pun ibuku tidak pernah peduli padaku, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk tidak mengecewakannya," sambung Rowena.

"Apa ibumu mengetahui tentang...." Agatha menggantung kalimatnya.

Rowena mengangguk. "Sepandai-pandainya kita menyembunyikan sesuatu, suatu hari nanti akan terbongkar juga."

Agatha menatap Rowena. "Aku mengerti, mari kita mulai dari awal dan membuka lembaran baru dengan jati diri yang baru."

Rowena tersenyum. "Terima kasih sudah mengerti."

Erga, Zeek, dan Ben memasuki kantin kampus. Mereka duduk di meja yang agak jauh dari meja yang ditempati Agatha dan Rowena.

Pandangan Zeek tertuju pada Agatha dan Rowena. "Eh, lihatlah mereka berdua."

Pandangan Ben dan Erga tertuju ke arah tatapan Zeek.

"Erga, jika kau mampu menaklukan salah satu dari kedua gadis itu, kau luar biasa," kata Zeek.

"Kenapa aku harus melakukannya?" Gerutu Erga.

"Agatha dan Rowena adalah gadis yang sangat dingin seperti es. Mereka tidak akan mudah luluh pada pria mana pun. Tidak ada satu pun pria yang berhasil mendapatkan hati mereka. Jika kau mampu membuat salah satu dari mereka menjadi pacarmu dan kemudian setelah 1 bulan berpacaran kau memutuskannya, berarti kau heartbreaker sejati," tantang Zeek.

"Wah, itu ide bagus. Tapi, bagaimana jila kedua gadis itu sebenarnya berpacaran? Kita tidak pernah tahu, kan?" Ucap Ben.

Zeek menjitak kepala Ben. "Jangan sembarangan bicara."

Erga mencerna ucapan teman-temannya. "Baiklah, Zeek, aku akan menerima tantanganmu."

"Tapi, itu tidak akan seru jika Erga yang hanya melakukan challenge. Kau juga harus ikutan, jangan hanya menyuruh orang," gerutu Ben pada Zeek.

Keesokan harinya.

Agatha datang ke kampus. Penampilannya jauh berbeda dengan sekarang. Di mana saat itu ia memakai pakaian seperti girl crush. Jeans hitam, kaos panjang hitam, topi, headset (bukan earphone), dan tas ransel. Meski pun terlihat tomboy, dia tampak cantik dan justru itulah daya tariknya.

Erga yang duduk di motornya memperhatikan Agatha. Seseorang menepuk bahunya. Erga menoleh, ternyata Ben.

"Kau membuatku terkejut," gerutu Erga.

"Kau yakin mau mendekati gadis itu? Dia tampak lebih sulit didekati ketimbang Rowena," tanya Ben.

Erga tidak menjawab.

Agatha mengikuti kelas dengan baik. Setelah kelas selesai, ia duduk di bangku taman sambil mendengarkan musik dan makan kripik kentang.

Meski pun Tuan Hardiswara adalah pemilik Universitas Hardiswara, Agatha memilih untuk berkuliah di luar negeri. Tampaknya ia sangat nyaman tinggal di Australia yang jauh dari kebisingan dan mulut-mulut jahat orang Indonesia (nggak semuanya kayak gitu, tapi kebanyakan emang gitu : menurut Agatha).

🌠🌠🌠

15.52 | 1 Agustus 2021
By Ucu Irna Marhamah

ASTROPHILEWhere stories live. Discover now