A - 039

165 4 0
                                    

Malam harinya, Erga menghentikan motornya di seberang jalan depan asrama. Pria itu melihat Agatha keluar dari asrama dengan jaket tebal. Malam itu tampaknya agak dingin.

"Agatha." Erga melambaikan tangannya.

Agatha membalas dengan melambaikan tangannya juga.

Erga turun dari motornya kemudian menyeberangi jalan untuk menghampiri Agatha.

Sebuah mobil melintas ke arahnya. Erga menoleh. Lampu mobil tersebut menyilaukan pandangannya. Yang ia rasakan selanjutnya adalah hantaman keras yang membuat tubuhnya terlempar ke udara lalu terhempas ke aspal dengan cukup keras. Suara berdengung memenuhi telinganya. Itu terjadi dalam beberapa detik.

Tiba-tiba semuanya menjadi hening.

Tidak ada satu pun suara yang bisa ia dengar.

Dengan tatapan sayu, Erga menatap bintang di langit. Bintang-bintang itu berjatuhan. Tidak, itu bukan bintang, itu salju. Salju pertama di tahun itu di langit Australia.

Apakah ini hadiah ulang tahun yang aku dapatkan dari Tuhan? Aku berakhir tragis sambil menatap bintang di langit dan malam salju, kata Erga dalam hati. Ia pun tak sadarkan diri.

Samar-samar terdengar suara perempuan memanggil namanya, "Erga, Erga, bertahanlah."

Kau memanggil namaku, kedengarannya sangat indah. Kenapa jantungku berdebar?

Perlahan Erga membuka matanya. Cahaya di ruangan itu terlalu silau membuat mata indah milik pria itu mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan diri. Ia mendapati dirinya berada di sebuah ruangan bercat putih.

Apa aku sudah mati? Di mana aku? Kenapa semuanya putih dan bercahaya? Apa aku sudah di surga?

Ada perban yang membungkus kepala dan beberapa bagian tubuhnya.

Terlihat seorang wanita berseragam putih sedang membereskan meja di samping ranjangnya. Wanita itu menoleh pada Erga yang sudah sadar. Ia tampak terkejut.

"Kau sudah siuman?" Wanita itu pergi ke luar. Tak lama kemudian, ia datang bersama dokter.

Erga diperiksa lalu diberikan minum. Dokter berkata, "Kau harus makan bubur dan minum obat."

"Terima kasih, Dokter. Ngomong-ngomong, siapa yang membawaku ke mari?" Jawab Erga diakhiri dengan pertanyaan.

"Pacarmu, dia sangat panik. Setiap jam 6 sore dia akan datang untuk melihat keadaanmu," jawab dokter.

Pacar? Agatha? Batin Erga. Kedua pipinya memerah.

"Dia sangat khawatir saat membawamu ke mari. Dia bilang kau tertabrak saat menyeberang," ucap Dokter. "Pasangan anak muda zaman sekarang memang manis."

Erga membatin, apa dia yang mengatakan pada dokter kalau dia pacarku? Atau itu hanya dugaan dokter, karena Agatha yang membawaku ke mari? Tidak mungkin Agatha mengakuiku sebagai pacarnya, dia bahkan selalu menolakku saat aku menyatakan perasaanku.

"Berapa lama aku tidak sadarkan diri, Dok?" Tanya Erga.

"Selama 4 hari," jawab Dokter.

"Apa hanya gadis itu yang datang ke mari? Atau ada orang lain?" Tanya Erga lagi.

Dokter menggeleng. "Tidak ada orang lain yang datang, hanya gadis itu."

Mungkin Agatha tidak memberitahu teman-temanku. Jika Zeek dan Ben tahu, mereka pasti datang menjengukku, bukan? Pikir Erga.

"Kami akan memberitahu pacarmu kalau kau sudah siuman," ucap Dokter.

"Tidak perlu, Dok, mungkin dia sedang ada ujian," kata Erga. "Mungkin sore nanti dia datang ke mari seperti biasa."

"Baiklah, jika itu maumu. Di dalam laci ada ponselmu. Mungkin kau ingin menghubunginya langsung," ucap Dokter.

Erga mengangguk.

Setelah dokter dan suster pergi, Erga mengambil ponselnya dari laci. Ia memasang kartu yang disimpan di dalam soft case-nya ke dalam HP-nya. Semua kontaknya mucul. Ia pun kemudian menghubungi teman-temannya lewat aplikasi, tapi tidak ada yang menjawab.

Erga juga mencoba menelepon, tapi tidak ada yang mengangkat panggilan darinya.

Ia melihat ada riwayat chat di aplikasinya. Yaitu chat darinya untuk Zeek dan Ben. "Apa Agatha yang memberitahu mereka?"

Dalam chat tersebut menunjukkan jika pengirim memberitahu Zeek dan Ben kalau Erga mengalami kecelakaan. Kedua temannya itu jelas-jelas membaca chat tersebut, tapi mereka tidak menjawabnya.

"Kenapa mereka tidak membalas chat? Apa mereka tidak peduli meski aku mati?" Gumam Erga.

Pandangan Erga tertuju pada nomor Agatha di daftar kontaknya. Ia ingin sekali menghubungi nomor tersebut, tapi Agatha pasti akan kebingungan, karena Erga tidak pernah meminta nomornya. Nomor tersebut Erga dapatkan dari orang kepercayaannya.

🌠🌠🌠

07.23 | 1 Agustus 2021
By Ucu Irna Marhamah

ASTROPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang