A - 053

132 5 0
                                    

Kedua mata Agatha ditutup kain. Erga menuntunnya dan mendudukkannya di sebuah kursi.

"Kau tidak berniat melukaiku, kan? Aku mencium bau daging," ucap Agatha khawatir.

"Sekarang aku akan membuka penutup matamu." Erga membukanya.

Agatha membuka matanya. Ia melihat banyak hidangan di meja. Bahkan ada lilin. Benar-benar sangat romantis. Sebuah makan malam berlatar outdoor. Pemandangan malam yang indah. Langit bertabur bintang dan bulan juga menampakkan dirinya.

LA ESTRELLA dan LA LUNA, itu adalah novel karya Ucu Irna Marhamah. Wkwwk, malah promosi. Btw, jangan lupa mampir ke dua novel tersebut, yaa....

Erga dan Agatha duduk berhadapan.

"Wah, ini tempat yang indah." Agatha mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

"Kau menyukainya?" Erga tampak senang.

Agatha menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. Keduanya pun menyantap hidangan makan malam bersama.

Erga menggenggam Agatha. "Agatha, sebenarnya aku ingin mengatakan ini sejak lama."

Perasaan Agatha mulai tidak enak. Ia menatap Erga. Pria itu juga menatapnya dengan penuh makna.

"Sejak kita menjalin hubungan yang kedua kalinya, aku benar-benar merasa sangat bahagia, karena kau memberikanku kesempatan untuk memperbaiki hubungan kita. Aku benar-benar tulus mencintaimu, Agatha," kata Erga.

Agatha masih mendengarkan.

"Satu tahun lagi kita lulus. Saat itu aku ingin melamarmu. Maukah kau menjadi pendampingku di hari itu?" Erga mengeluarkan kotak beludru merah dan membukanya. Isinya adalah cincin berlian yang cantik.

Agatha tampak kebingungan. Ia tidak tahu harus menjawab apa.

"Kau tidak perlu menjawabnya sekarang. Pikirkanlah dengan baik," kata Erga.

Keesokan harinya, Agatha bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Pandangan Agatha tertuju ke cincin berlian yang melingkar di jari manisnya. Ucapan Erga semalam terngiang-ngiang di telinganya. Ia menghela napas berat.

Sesampainya di kampus, Agatha tidak melihat keberadaan Rowena. "Apa dia tidak masuk hari ini?"

Jam menunjukkan pukul 4 sore. Agatha pulang ke apartemen seperti biasa. Erga yang mengantarnya pulang.

"Mau mampir dulu?" Tanya Agatha berbasa-basi.

Erga mengusap lembut rambut Agatha. "Lain kali."

Gadis itu menatap motor Erga yang melaju pergi meninggalkan gedung apartemen.

Setelah tiba di rumahnya, Agatha pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu, ia memasak di dapur. Semenjak Erga memasak makanan untuknya, Agatha menjadi tertarik untuk belajar memasak.

Setelah masakannya matang, ia menuangkannya ke piring. Tiba-tiba ponselnya berdering. Agatha pergi ke ruang tengah dan melihat nama Rowena di layar.

"Rowy, kenapa hari ini kau tidak masuk kelas? Apa kau sakit?" Tanya Agatha khawatir.

Tidak ada jawaban. Yang terdengar hanya suara krsak-krsek dari seberang sana.

"Halo? Rowy?"

"Agatha, Agatha," kali ini suara Rowena terdengar jelas.

"Rowy? Kenapa suaramu bergetar? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Agatha khawatir.

Lagi-lagi terdengar suara krsak-krsek dari seberang sana.

"Rowena, jangan bercanda! Kau di mana sekarang?" Gerutu Agatha.

Bel berbunyi.

Pandangan Agatha tertuju ke pintu. Ia beranjak lalu membuka pintu. Terlihat dua orang pria berjas berdiri dan menatap padanya.

"Maaf, kalian siapa?" Tanya Agatha.

Suara Rowena kembali terdengar, "Jika ada seseorang yang datang, jangan buka pintunya!"

Deg!

Kedua pria itu saling pandang kemudian mereka membuat Agatha tak sadarkan diri dan membawanya pergi.

Ponsel Agatha jatuh ke lantai.

Lampu di mata kiri boneka beruang itu berkedip.

🌠🌠🌠

20.35 | 1 Agustus 2021
By Ucu Irna Marhamah

ASTROPHILEWhere stories live. Discover now