A - 018

464 26 0
                                    

"Memangnya kau mengharapkan siapa yang datang? Pria itu?" Selidik Agriawan.

"Tidak, justru aku sangat berharap dia tidak bertemu denganku," sanggah Agatha.

"Karena dia mantan pacarmu? Tapi, dia tidak terlihat seperti orang jahat. Justru kau yang terlihat seperti orang jahat," celetuk Agriawan.

Agatha melirik kesal pada kakaknya.

Mendapatkan tatapan maut dari Agatha, Agriawan tersenyum tipis. "Aku hanya bercanda."

"Bagaimana bisa dia bekerja sama dengan perusahaan Ayah? Tampaknya dia baru saja datang," tanya Agatha.

Agriawan tampak berpikir. "Sebenarnya dari dulu Ayah sudah bekerja sama dengan Xavier Blue, bahkan jauh sebelum Fio lahir. Ya, wajar saja sekarang Erga yang bekerja sama dengan Ayah, karena ayahnya Erga sedang sakit dan perusahaan dipegang olehnya selaku anak tunggal."

"Apa? Jadi, Xavier Blue milik ayahnya Erga?" Agatha tampak terkejut.

"Sebenarnya aku juga baru tahu semalam," kata Agriawan.

"Kalau begitu, artinya ayahnya Erga orang Indonesia?" Tanya Agatha lagi.

"Mungkin iya." Agriawan tampak ragu.

Agatha tidak mau memusingkan urusan orang. Ia memilih untuk mengalihkan pembicaraan. "Sekretarisku bilang kau mau bertemu denganku karena ada hal penting dan genting. Memangnya hal apa?"

Agriawan tersenyum. "Ini mengenai Rowena...."

Agatha memotong ucapan kakaknya, "Gara-gara kau yang terlalu agresif, dia menjadi takut dan khawatir. Meski pun dia tidak bilang padaku, aku tahu dia selalu khawatir. Apa kau tidak mengerti?"

"Agresif? Aku tidak agresif, aku hanya mengajaknya makan malam bersama di restoran mewah," kata Agriawan.

Agatha mendengus kesal. "Kau baru sekali, dua kali bertemu dengannya dan kau sudah berani mengajaknya makan malam? Pantas saja dia ketakutan."

"Memangnya mengajak makan malam itu sebuah kejahatan?" Gerutu Agriawan.

"Sebenarnya tidak, tapi beberapa orang akan merasa tidak nyaman jika diajak makan malam oleh orang asing. Jika aku jadi Rowy, sepertinya aku juga akan menghindar darimu," gerutu Agatha.

"Kau keterlaluan sekali," gerutu Agriawan.

"Kau pikir Rowy menyukai pria agresif?" Tanya Agatha dengan ekspresi serius.

"Kenapa tiba-tiba kau menjadi serius begini? Bagaimana denganmu? Kau tidak tertarik pada pria agresif?" Agriawan mengedipkan sebelah matanya.

Agatha menggelengkan kepalanya.

Lagi-lagi Agriawan mengedipkan matanya. Agatha mencubit lengan pria itu. "Hentikan, Kak!"

Agriawan tertawa.

Jam menunjukkan pukul 9 malam. Agatha keluar dari kamar mandi. Tampaknya ia baru saja selesai membersihkan diri. Gadis itu mengelap rambutnya dengan handuk. Ia berjalan ke dapur dan mencicipi mie instan di mangkuk.

Terdengar suara bel berbunyi menandakan ada tamu yang datang. Agatha meletakan sendok ke mangkuknya kemudian berlalu untuk membuka pintu.

Saat pintu dibuka, Agatha terbelalak melihat siapa yang datang, ternyata Erga. Gadis itu segera menutup pintunya, tapi pria itu menahan pintu dengan kakinya.

"Kenapa kau datang ke mari?! Pergi sana!" Agatha menginjak kaki Erga yang menahan pintu.

"Toloong!" Agatha berteriak berharap ada tetangganya yang mendengar, tapi Erga mendorong Agatha. Gadis itu terpundur beberapa langkah. Erga berhasil masuk. Ia menutup pintu.

Agatha mengambil pisau di meja bekas mengupas apel. Ia memperingatkan Erga, "Jangan macam-macam atau aku akan menusukmu!"

Erga mengangkat kedua tangannya. "Kenapa kau membawa pisau? Itu berbahaya."

"Kau yang kenapa?! Kenapa datang ke mari?! Dari mana kau tahu kalau aku tinggal di sini?!" Bentak Agatha.

"Adikmu yang memberitahuku."

🌠🌠🌠

18.09 | 1 Agustus 2021
By Ucu Irna Marhamah

ASTROPHILEWhere stories live. Discover now