#40 [Butler]

712 112 11
                                    

'TUNGGU, TUNGGU MEREKA INI..'

Saat Randall ingat, matanya pun langsung terbuka lebar-lebar dan dia langsung berdiri.

"KAMU??"

Randall tidak ingat karena waktu itu mereka terlihat sangat lusuh, jadi penampilan mereka sangat berubah.

"I-iya aku??" Tanya orang itu sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Maaf.. aku hanya tidak menyangka orang itu adalah kamu." Kata Randall sambil memegang dahinya.

Dia kira orang-orang yang dia temui di gua pada saat itu adalah anak-anak kecil yang terlihat sangat menyedihkan, tetapi dilihat-lihat lagi sekarang orang ini bahkan terlihat seperti seorang bangsawan dari kerajaan lain.

"Jadi siapa namamu?" Tanya Randall.

"Namaku..?"

"Iya namamu?"

Setelah melihat orang itu kebingungan untuk menyebutkan namanya,Randall bertanya lagi.

"Apakah namamu tidak boleh diberitahu ke siapapun?"

"B-bukan begitu aku tidak punya nama..." Katanya dengan malu.

Memahami situasi ini, Randall hanya diam dan tidak melanjutkan topik ini karena dia ingat bahwa orang ini dulunya adalah seorang budak.

"Tetapi aku menginginkan sebuah nama agar aku bisa kamu panggil."

"Hmm sebuah nama?"

"Aku ingin kamu memberikan aku sebuah nama." Kata orang itu dengan tangan kanannya mengepal di depan dadanya.

'Sebuah nama? Hmm... Sejak dulu aku tidak pernah bisa memberikan orang nama yang bagus, bagaimana ini.' Kata Randall dalam hati.

"Bagaimana dengan... Claron?"

"Claron.."

Randall melihat wajah orang itu dengan gugup sambil menunggu responnya terhadap nama yang Dia berikan.

"Aku suka nama itu!"

'Fyuh.' Hembus nafas lega Randall.

"Terimakasih Rahel aku benar-benar senang." Kata orang itu dengan senyum secerah matahari.

"Tentu saja... Dan berbicara mengenai nama jangan panggil aku Rahel lagi karena nama asliku adalah Randall."

'Benar.. Namaku sekarang adalah Randall, aku tidak bisa memakai nama Rahel lagi..' Kata Randall dalam hati sambil mengingat Eral.

"Ah baiklah Randall!"

Tidak lama kemudian Claron pamit untuk keluar dari kamar Randall dan kembali ke tempat saudari perempuannya.

"Huft.. Akhirnya aku bisa melanjutkan membaca."

Waktu pun berlalu selama 1 minggu dan Randall tetap berada di ruangannya untuk beristirahat. Karena ingin tahu apa yang dilakukan Randall, Brian masuk ke ruangannya.

*tok tok*

"Siapa itu?"

"Brian."

"Ah silahkan masuk."

Saat pintunya dibuka, Brian melihat adiknya seperti seorang malaikat kecil. Karena saat ini Randall sedang terpancar cahaya matahari yang menyilaukan di balkonnya sambil membaca buku yang Ia dapat waktu itu.

"Ada apa kak?"

Karena Brian tidak berkata apa-apa Randall langsung bertanya pada Brian.

"Ah tidak apa-apa aku hanya ingin memberimu surat yang diberikan Louis."

"Surat? Kenapa dia tidak mengirimnya sendiri."

"Sebuah dungeon tiba-tiba keluar di dekat akademi jadi serikatnya mencoba untuk menonaktifkannya."

"Ohh baiklah."

Brian khawatir terhadap kesehatan Randall karena saat ini tubuh Randall terlihat sangat pucat seperti salju.

"Hey Randall.. Apakah kamu yakin kamu baik-baik saja?"

"Hm? Tentu saja ada apa emangnya?"

"Ah tidak ada apa-apa."

Mendengar jawaban Brian, Randall langsung merasa curiga karena nampaknya ada sesuatu yang salah.

"Ya sudah kalau begitu aku pergi dulu ya."

"Ah baik kak terimakasih."

Setelah Brian keluar dari ruangannya, Randall langsung membuka suratnya.

[Halo Randall, maaf aku tidak bisa menyampaikan ini secara langsung tetapi setelah berhari-hari aku berpikir aku akhirnya memutuskan bahwa mulai hari ini kamu akan kupilihkan butler baru yang tidak akan menjadi seperti Gavin. Jadi untuk butler kali ini dia akan menjadi perisai kokoh yang bisa melindungimu dan setia pada kamu setiap saat. Untuk saat ini aku masih belum menemukan orangnya, tetapi jika kamu sudah menemukan orang yang bisa kamu percayai beritahu saja aku. Kalau begitu sampai sini dulu karena aku menulis ini dengan sedikit terdesak. Baiklah kalau begitu sampai sini dulu, terimakasih dari Louis.]

"Seorang butler...?"

Memikirkan itu Randall langsung ingat akan seseorang dan menaruh surat itu sambil berlari keluar dari ruangannya untuk mencari orang itu.

"Ah tuan Randall jangan keluar dulu!"

Kedua penjaga yang berdiri di depan ruangan Randall pun langsung berlari untuk mengejar Randall.

*Bruk*

"Akh sakit." Kata Randall sambil memegang dahinya.

Penjaga yang tadinya mengejar Randall pun langsung terdiam saat melihat orang yang ditabrak Randall tadi.

"Hm, anak kecil siapa ini?"

Saat Randall membuka matanya, Dia melihat seorang pria gagah dengan rambut berwarna silver sedang berdiri di depannya.

"Siapakah kamu?" Kata orang itu sambil mengangkat tangan Randall.

"T-tunggu Raja Balphemos dia adalah salah satu pangeran dari Kartis jangan sentuh dia!"

Tiba-tiba terdengar suara dari kejauhan, ternyata suara orang tersebut adalah asistennya.

"Hmm? Aku sudah tahu semua putri dan pangeran Kartis. Tetapi siapa ini? Aku tidak pernah melihatnya." Kata Balphemos sambil melihat wajah Randall.

Mendengar panggilan asistennya terhadap orang itu adalah 'Raja Balphemos' Randall langsung merasakan tekanannya. Sekarang di depannya ada salah satu raja dari kerajaan lain. Mengetahui hal itu Randall pun langsung berdiri dan memperkenalkan dirinya.

"Sebelum itu maafkan aku atas ketidak sopananku, perkenalkan aku adalah pangeran termuda dari Kartis. Randall Kartis."

Karena Balphemos tidak pernah mendengar tentang anak ini, dia menjadi tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang anak ini.

"Menarik.."

"Rajaku.. Raja Kartis sudah menunggu anda di ruangan pertemuannya."

"Baiklah antarkan aku ke sana, dan kamu, berapa umurmu untuk menjadi pangeran termuda di Kartis?"

"Aku? Umurku 11 tahun sekarang."

"Hmm kamu cukup pendek untuk anak umur 11 tahun."

"Ha? Sialan ini."

Tanpa sengaja Randall tidak mengatakan itu dalam hati dan langsung mengatakannya di depan wajahnya.

"Ho?"

Tangan Randall langsung bergerak untuk menutup mulutnya.

'Sialan'

To Be Continued















Living In Another World As The Useless PrinceWhere stories live. Discover now