40. Datangnya Hari Kemenangan

1.5K 214 9
                                    

Setelah hampir seminggu Anya diamankan di kantor polisi, bukannya memberontak agar polisi segera melepaskan nya, ia malah menyantai, dan seakan nyaman berada di dalam sana.

Bahkan selama berada di sini, Anya cukup banyak menghabiskan waktu dengan teman tahanannya, tak hanya itu, ia juga lebih banyak mengetahui tentang agama Islam melalui Amel. Entahlah, Amel juga tidak mengerti apa yang sedang di pikirkan oleh Anya.

"Woi, udah makan belum lu?" tanya Anya dengan nada songong nya.

"Belum, Anya." jawab Mega lesu.

"Kasian amat. Gue panggilin Bang Aji dah, entar gue suruh dia beliin nasi padang." ucap Anya enteng seperti tak ada beban. Anya memang sudah menganggap Aji dan Panca sebagai teman seperjuangan nya. Iya, perjuangan untuk bisa bertahan di tempat ini.

Bahkan sesekali mereka berenam yakni Mega, Riska, Ratih, Amel, Anya, Aji, dan Pak Panca selalu memainkan permainan konyol untuk menghempaskan rasa kejenuhan nya.

Belum sempat Anya menyebut nama Aji, Panca sudah lebih dulu datang untuk menemuinya.

"Eh, Pak Panca. Sore, Pak." sapa Anya.

"Sore," jawab nya singkat.

"Idih, irit amat jawabannya, sok cool. Btw, mau ngapain, Pak? Pasti mau beliin saya nasi padang, Bapak kok peka banget sih kayak pacar saya? Jadi sayang, eum..." Panca menatap gadis itu geli, berlama-lama dengan Anya memang sangat membuatnya gila.

"Saya bukan mau bicara sama kamu." jelas Panca.

"Bilang dong dari tadi,"

"Saudara Amelia Ramadhani, anda kami bebaskan." papar Panca tegas.

Sontak semuanya terkejut, bahkan Amel juga tidak percaya bahwa ia di bebaskan begitu saja. Apakah ini mimpi? Amel betul-betul tidak percaya.

"Bapak, serius?" tanya Amel memastikan.

"Iya, kamu dinyatakan tidak bersalah, dan Kakak Ipar kamu yang akan menggantikan kamu di tempat ini."

Raut wajah Amel seketika sumringah, Anya, beserta ketiga teman tahanannya lantas bertepuk tangan saat melihat Amel yang sedang bersujud syukur atas keadilan yang Tuhan berikan kepadanya.

"Terimakasih, ya Allah, terimakasih atas segara keadilan mu." ucap Amel di tengah-tengah sujud nya.

"Dan kamu Anya, kamu juga kami bebaskan. Semua bukti-bukti mengatakan bahwa kamu tidak bersalah, dan silahkan untuk menemui kekasih mu itu di ruang tunggu." lanjut Panca berbicara.

Reflek Anya tersenyum saat Panca juga tersenyum hangat kepadanya. Namun saat melihat sorot mata pria itu, Anya melihat ada kesedihan. "Makasih ya, Pak. Udah, Pak Panca jangan nangis, saya nanti main kesini lagi deh." ujar Anya menenangkan.

"Walaupun kamu begajulan, tapi saya merasa sedikit kesepian, nanti siapa yang main catur sama saya lagi?" semua yang ada di dalam sel lantas bersedih setelah mendengar ucapan dari Panca.

Tangan Anya perlahan bergerak untuk menepuk pundak Panca lewat celah jerusi besi, ia mengulas senyumannya dan berkata, "Nanti saya bakal jadi asistem Bapak, habis lulus saya bakal daftar jadi polwan."

Mengetahui hal itu, Panca menyeka air matanya yang tidak jadi keluar. "Serius nih? Selamat ya, semoga sukses, saya tunggu pelantikan kamu." Panca tersenyum lebar sampai bulu kumis nya terangkat indah.

Dengan segera Panca membuka gembok jeruji itu, dan mempersilahkan Amel beserta Anya untuk keluar. Namun sebelum keluar, Anya memeluk Ratih, Riska, dan Mega, sebagai tanda pertemanannya dan perpisahannya.

"Anya..." ucap Mega mewek. Gadis itu langsung menyambar tubuh Anya, yang di ikuti oleh Ratih dan juga Riska.

"Sampai ada ingus lu yang nempel di baju gue, gue hajar lu semua!" gurau Anya.

KELVIN GIO || MOODYCLASS 2 ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora