35. Bukti Nyata

1.7K 240 6
                                    

Remang-remang Asih merasa bahwa ada cahaya yang menusuk pandangannya. Perlahan kedua mata wanita itu terbuka, menatap sekeliling orang yang tengah menatapnya cemas. Namun sorot matanya hanya tertuju kepada gadis bernama Tara yang sedang duduk di sampingnya.

Asih bangun dari atas sofa, memeluk gadis itu cepat tanpa memberinya kesempatan untuk bernapas lega setelah melihat Asih sadar.

"Asya, Bunda seperti sedang bermimpi,"

"Bunda dipertemukan kembali Dengan anak-anak, Bunda. Kamu baik-baik aja kan, sayang?" tanya Asih khawatir. Tara hanya bisa diam, sementara Rita dan Udin yang mendengar itu malah memalingkan wajahnya lantaran tak tega melihat Asih yang seperti ini.

Sebelumnya Rita melarang Tara masuk, karena ia yakin bahwa gadis itu bukan lah Asya. Bagaimana Rita tahu bahwa Tara bukan Asya? Karena hatinya tidak bergerak sedikit pun saat melihat gadis itu, rasanya seperti orang asing.

Dan saat semua pasukan inti mulai menjelaskan yang sebenarnya terjadi antara Asya dan juga Tara kepada Rita maupun Udin, sontak pasutri itu termenung.

"Bunda, kangen kamu, nak..."

"Bunda hampir gila karena kematian kamu,"

"Kamu gapapa kan?"

"Atau ada yang sakit?" tanya Asih bertubi-tubi.

"Mau Bunda obat-"

"Bunda, aku bukan Asya." potong Tara cepat. Ia meregangkan pelukannya, menatap sorot mata wanita itu pilu, juga menggeleng pelan. "Aku bukan Asya, Bunda."

Rita menutup mulutnya, menahan suara isak tangisnya agar tidak terdengar. Udin yang paham dengan perasaan istri nya pun hanya bisa merangkul nya dan menyuruhnya tegar. "Jangan nangis, Bu, dia bukan anak kita."

"Aku tau, Pak, tapi aku kangen Asya..." lirih Rita. Rita juga merasa bahwa ia seperti kehilangan anak kandungnya sendiri, karena bagaimanapun ia yang menemani Asih selama proses persalinan Asya berlangsung.

Asih menangkup pipi Tara, menatap bola matanya lekat, "Asya lagi bohong, ya? Asya, Bunda gak pernah ngajarin kamu untuk bohong."

Tara menggeleng pelan, menahan air matanya agar tidak jatuh. "Aku bukan Asya, Bunda. Namaku Tarasya, bukan Zatasya. Bunda tau kan, kalau Asya punya tanda lahir di tangan kiri nya? tapi Tara gak punya, Bunda. Tara datang kesini hanya untuk membantu Asya."

Penjelasan Tara membuat dada Asih sedikit sesak. Apakah benar dengan perkataan gadis itu? Namun jika dilihat-lihat mereka memang sediki berbeda. Asya memiliki bola mata yang sedikit gelap, sementara bola mata Tara terang.

Menyadari bahwa mereka benar-benar berbeda, membuat Asih reflek bersender di sofa empuknya. Wanita itu memegang kepalanya yang mulai pusing, melihat ke kanan dan ke kiri seperti orang bodoh yang sedang kebingungan.

Tara berjongkok di depan kaki Asih, memeluk kaki wanita itu sambil meminta maaf. "Maafkan Tara, Bunda, maaf jika kedatangan Tara membuat hati Bunda sakit."

"Tara hanya ingin membalas semua kebaikan Asya, seperti yang Ibu Tara sampaikan, dengan cara menolong Alena." lanjutnya dengan suara terisak.

"Siapa Ibu mu?" tanya Asih tiba-tiba.

"Nama Ibu Tara, Santi Hermawan."

"Dimana Ibu mu sekarang? Bunda ingin menemuinya,"

Semua orang terdiam, terutama Tara. Gadis itu mendongakkan kepalanya melihat Asih yang sedang menunggu jawaban darinya. Dengan berat hati Tara membuka mulutnya dan berkata, "Ibu baru meninggal tadi malam."

Asih terkejut, merasa bahwa ada yang salah dengan pertanyaannya. "Tara, maafkan Bunda,"

"Gapapa, Bunda," balas Tara tersenyum kecut.

KELVIN GIO || MOODYCLASS 2 ✓Where stories live. Discover now