38. Berpindah Raga

1.6K 240 21
                                    

Keesokan harinya, tepat pukul sembilan pagi, terlihat seorang wanita yang tengah duduk sendirian di Cafe Bersua, sambil menatap layar ponselnya serius, wanita itu adalah Rasel.

Saat ini ia sedang bertukar pesan dengan Asih. Wanita itu bertanya dimana keberadaan Asih sekarang, dan di jawab langsung oleh Asih bahwa ia dan suaminya sedang tidak berada di kantor.

Senyuman licik Rasel mulai terlihat, dan saat wanita itu ingin beranjak pergi dari kursinya, percakapan segerombolan ibu-ibu yang berada di sebelah mejanya mampu mengambil alih perhatian Rasel.

Rasel kembali duduk, melupakan niatnya yang tadi ingin meninggalkan cafe. Ia membuka telinga lebar-lebar, mulai menguping semua percakapan yang sedang ibu-ibu sosialita itu bicarakan.

"Tau nggak sih, jeng. Katanya perusahaan Gravillia mau beli perusahaan lagi, dan bakal di bayar tiga kali lipat dari harga perusahaan yang bakal mereka jual." katanya.

Rasel mendelik, mengapa ia baru mengetahui informasi ini? Perusahaan Gravillia adalah perusahaan terbesar nomor tiga di kota Jakarta, bahkan pemiliknya sangat terkenal.

Jika di bandingkan dengan perusahaan Asih, perusahaan itu berada di nomor sembilan, sedangkan perusahaan Rasel berada di urutan sepuluh.

"Kalau gue punya perusahaan, pasti bakal gue jual dengan harga yang mahal. Karena setelah di beli sama perusahaan itu, gue bisa bangun tiga perusahaan sekaligus." ujar ibu-ibu itu lagi.

"Kok ada ya, orang mau beli perusahaan malah mau harga yang mahal. Pakai acara dibayar tiga kali lipat dari harga perusahaan yang mau di jual lagi." sahut teman di sebelahnya.

Rasel mulai tergiur, sepertinya ia harus cepat menjual perusahaan yang ia miliki saat ini. Karena setelah ia jual, ia juga bisa kembali membangun perusahaan yang lebih besar dan lebih ternama. Apalagi pasti pemilik perusahaan Gravillia akan bekerjasama dengannya. 

"Gue harus jual perusahaan. Toh, gue bangun perusahaan itu juga dari hasil curian uang perusahaan Asih. Jadi, gue nggak akan rugi, karena gue bakal untung banyak."

"Setelah gue jual perusahaan itu, gue bakal bangun tiga perusahaan sekaligus. Hahaha, gue kaya!" setelah mengatakan itu, Rasel langsung pergi begitu saja menuju perusahaannya. Lagi-lagi niatnya untuk pergi ke kantor Asih harus ia batalkan, masa bodoh dengan perusahaan itu, sekarang Rasel akan fokus dengan perusahaannya sendiri.

Sepeninggalan wanita itu, para segerombolan ibu-ibu yang tadi duduk di sebelah mejanya malah tersenyum miring. Ia menatap kepergian Rasel dengan wajah kebahagiaan.

Molly, Sandra, dan juga Ivana langsung menghentikan samarannya. Iya, kumpulan ibu-ibu sosialita itu adalah para pasukan inti Bradiz yang sengaja menyamar. Tentu saja ini salah satu rencana Asih.

"Panas banget pakai rambut palsu, gila, bedak gue hampir luntur." dumel Ivana.

"Gue udah cocok jadi emak-emak kayak nya," ucap Molly.

"Abis ini nikah ah," celetuk Sandra. Ivana langsung menoyor kepala gadis itu supaya sadar, "Sekolah dulu lu, bocil!"

"Kak Ivana, nih, ganggu aja!"

"Lu lagian, aneh-aneh aja."

"Btw, sekarang si Risol lagi ngapain ya?" ledek Molly, sontak semuanya tertawa kecil saat kembali teringat wajah bodoh wanita itu.

"Mungkin lagi jual perusahaannya," ucap Sandra.

"Hahaha, emak sama anak sama-sama mata duit an." imbuh Ivana.

Setelah puas menipu Rasel, Ivana segera mengabari Dirga lewat panggilan telpon. Masih belum tersambung, sampai akhirnya Dirga mengangkat panggilan itu juga.

KELVIN GIO || MOODYCLASS 2 ✓Where stories live. Discover now