3. Itu kamu kan?

3.8K 469 79
                                    

"Apa?"

"V--vin..."

"Buruan,"

"Lu harus lihat ini"

"Selamat pagi, perkenalkan nama saya Tarasya Martha Praditha, saya asli dari Jogja." ucap gadis itu dengan logat Jawa nya yang medok.

Dughh

Ponsel Anya terjatuh saat gadis itu mulai menyebutkan namanya, bahkan seluruh siswa masih menatap gadis itu dengan wajah ketakutan. Itu karena...

Mengapa wajah gadis itu sangat mirip dengan Asya? Mata, hidung, bibir mereka sangat mirip. Apakah Asya memang benar-benar belum meninggalkan mereka semua?

"A-asya..." titah Key pelan dengan satu tetes air matanya yang berhasil jatuh.

"Gue pasti salah lihat, kepala gue pasti bermasalah," Ivana terus memukuli kepalanya hingga rasa sakit pun tidak ia hiraukan.

"Ini gak mungkin,"

"Gak!"

"INI GAK MUNGKIN!" teriak Anya histeris. Ia berlari meninggalkan kelas menuju taman belakang sekolah. Saat kaki gadis itu berhenti melangkah, ia segara berpegangan pada penyanggah bangku taman belakang yang berada di sana.

Dengan cepat ia kembali membuka layar ponselnya dan membuka aplikasi galeri untuk mencari foto Asya disana. Saat mendapatkan foto tersebut, Anya menatapnya dengan berderai air mata.

"Sya, itu bukan lu kan?"

"Jawab pertanyaan gue kali ini aja, Sya,"

"Itu bukan lu, kan?" ujar Anya melemah. Ia terjatuh di atas rerumputan dengan harapan jika gadis itu memang benar-benar Asya, sahabatnya. Namun, perkataan Asya kembali melintas secara tiba-tiba di dalam otaknya.

"Anya, gue mohon lu harus inget kata-kata gue barusan. Nanti, gue bakal balik lagi, tapi bukan sebagai Zatasya, melainkan Tarasya"

"Tarasya..." ucap Anya lirih dengan tatapan mata lurus kedepan.

Di satu sisi, kini Moza tengah berada di ruangan guru. Ia sedang bersama Pak Angga, guru pelajaran Fisika. Moza terus menggenggam ujung rok nya sangat kuat lantaran merasa takut. Tiga hari yang lalu, ia mengikuti olimpiade Fisika, saat pertandingan itu Moza sangat berharap jika ia lah pemenangnya.

"Moza," panggil Pak Angga.

"I-iya, Pak? Bagaimana hasil nya?"

"Maaf..."

Saat mengatakan hal itu, senyuman Moza mulai luntur. Ia tahu apa maksud permintaan maaf tersebut. Pandangannya berpindah ke bawah. Mata indah nya mulai berkaca-kaca. Mengapa? Mengapa ia harus gagal? padahal dirinya sudah bekerja keras untuk menguasai materi tersebut.

"Kak Asya, maaf Moza gagal." batin Moza pilu.

"Maaf, karena kamu harus melanjutkan ke babak berikutnya. Selamat Moza!" imbuh Pak Angga yang berhasil membuat Moza terkejut tidak percaya. Senyuman yang awalnya pudar kini kembali terukir.

"Serius, Pak?"

"Serius dong,"

"Ini beneran serius, Pak?"

"Limarius dah,"

"Alhamdulilah, Makasih Ya Allah...Makasih Pak Angga saya pamit dulu," dengan gesit ia menarik tangan Pak Angga dan mencium punggung tangan tersebut. Ia juga segera pergi untuk meninggalkan ruangan itu.

"TETAP SEMANGAT MOZAAA!" ujar Pak Angga dari dalam ruangannya.

Moza menutup pintu ruangan tersebut dengan sangat hati-hati. Suasana hatinya sangat gembira. Moza berhasil, akhirnya ia bisa membuktikan kepada Asya bahwa dirinya bisa.

KELVIN GIO || MOODYCLASS 2 ✓Where stories live. Discover now