20. Kembali Bertemu

2.4K 279 34
                                    

Para inti Bradiz tengah bersiap-siap untuk pulang. Meskipun jam dinding masih menunjukkan pukul sepuluh siang, tapi para murid memang sudah dibebaskan untuk kembali ke rumahnya masing-masing.

Hari ini hanya digunakan untuk pengumuman kelulusan. Setelah itu mereka diperbolehkan pulang untuk menyiapkan pakaian yang akan mereka kenakan nanti malam.

Mereka akhirnya keluar dari dalam kelas menuju koridor secara beriringan. Tapi tiba-tiba saja seorang guru berhasil mencegahnya. Lebih tepatnya mencegah Tara.

"Tara," panggil Bu Maya.

"Eh, iya Bu?"

"Bisa bantu Ibu sebentar? Tolong fotocopy berkas ini disebrang jalan sana. Mesin fotocopy sekolah sedang rusak, dan Ibu juga ada panggilan mendadak."

Tara menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal, tapi kemudian ia mengangguk pelan. "iya Bu, sini biar Tara bantu."

"Terimakasih ya Tara, dan ini berkasnya. Kalau sudah, Tara bisa taruh berkas ini di meja kantor Ibu." ucap Bu Maya sebelum meninggalkan Tara di antara lorong koridor.

"Sini Ra, gue bantuin." ucap Anya.

"Ndak usah, Tara bisa sendiri kok Anya."

"Udah, gapapa. Kalian balik duluan aja gih," suruhnya. Semua inti Bradiz hanya mengganguk paham saat mendapati perintah dari pemimpin mereka, terkecuali dengan Key yang tengah di tahan diruang guru. Akhirnya mereka ikut meninggalkan Tara dan juga Anya di koridor sekolah.

"Maaf ya Anya, Tara nyusahin." gumam gadis itu sembari menunduk.

"Gak Tara. Udah gapapa, ayo kita ke sebrang jalan sana."

Tara tersenyum tipis. Ia membagi berkas itu menjadi dua. Satu ditangannya, dan satunya lagi ada ditangan Anya. Mereka berjalan bergandengan layaknya seperti Kakak Adik yang pernah berpisah.

Setelah hampir setengah jam mereka berurusan dengan berkas-berkas penting Bu Maya. Akhirnya kedua gadis itu berhasil menyelesaikannya. Saat mereka ingin kembali menyebrang, tiba-tiba pita rambut Anya terbang entah kemana. "Pita gue!"

Tara spontan menoleh. Ia terus menatap kearah mana pita itu terbang. Dan ternyata pita berwarna merah milik Anya mendarat tepat di tengah jalanan yang baru saja mereka sebrangi.

"Tara ambilin ya, Anya tunggu disini." titah Tara. Ia kembali menyebrang hanya untuk mengambil benda kecil itu yang berhasil jatuh dari rambut panjang Anya yang tergerai indah.

Namun bukannya kembali menghampiri Anya, Tara malah diam sembari berdiri tegap setelah mendapatkannya. Hal itu bahkan mampu mencolok perhatian pengendara mobil yang terkejut saat melihatnya, "A-asya?"

Ia mencengkram kemudi mobil sangat kuat. Tersirat seperti ada dendam di dalam dirinya. "Kalau Alena mati, Asya juga harus merasakan hal yang sama!"

"Karena dia Alena mati!" seseorang itu bertekad ingin menabrak Tara. Ia bersiap untuk menambah kelanjuan mobilnya. Tara yang belum sadar masih saja diam sebelum suara teriakan Anya mulai memanggilnya.

"Tara, sini!"

Gadis itu mengangkat wajahnya sambil menatap Anya riang. Saat ia ingin menghampiri Anya, tiba-tiba saja dari arah berlawanan datang lah sebuah mobil dengan kecepatan penuh yang mempu membut mata Anya membulat sempurna.

"TARA, AWASS!"

"ASYA, AWASS!"

Brukk

Tara berguling menyusuri aspal hingga membentur batu trotoar. Ia mengerjapkan kedua matanya untuk melihat apa yang baru saja terjadi. Saat kedua matanya menyibak dengan sempurna, betapa terkejutnya ia saat dekapan hangat berhasil menyelimuti dirinya. Apakah ia baru saja diselamatkan?

KELVIN GIO || MOODYCLASS 2 ✓Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum