12. Dia bukan Aku

2.3K 348 21
                                    

"A-alena..."

"A-alena pernah di perkosa."

Semua orang membeku. Mereka sudah tidak bisa berkata-kata lagi saat mendengar kalimat yang dilontarkan langsung dari mulut Tara.

"Alena masih hidup, sekarang yang ada di sebelah makam Asya itu bukan Alena, tapi itu mayat orang lain."

"Tapi gue yakin Alena udah meninggal!" titah Sandra.

"Bagaimana kalian bisa yakin? Sedangkan kalian ndak ada yang hadir di pemakaman Alena." Mereka kembali terdiam saat melihat Tara yang mulai serius. Tetapi memang benar apa yang dikatakan oleh Tara, saat pemakaman Alena tidak ada satupun dari pihak keluar ataupun kerabat yang dibolehkan untuk ikut dan mengubur jenazah Alena. Bahkan yang menghadiri pemakaman itu hanya dari beberapa pihak kepolisian.

"Alena dibebaskan diam-diam, dan dibawa kabur oleh seseorang. Polisi sudah menutup masalah ini rapat-rapat, karena seseorang itu yang memintanya untuk tutup mulut. Bahkan dia menyuap beberapa polisi cukup mahal," papar Aretta menjelaskan. Karena hanya ia dan Tara yang mengetahui masalah ini.

"Siapa orang itu?" tanya Anya dengan tatapan mata tajam.

"Callista."

Lagi-lagi mereka di buat terkejut. Sudah berapa kali mereka dikejutkan dengan berita seperti ini?

"Callista yang bawa Alena kabur, dan sampai sekarang belum ada yang tahu dimana Alena berada."

Seluruh inti Katradoz dan Bradiz mulai melemas. Arga yang sudah duduk lemas diatas sofa dengan di temani Moza di sebelahnya. Sedangkan Kelvin, ia terduduk di anak tangga dengan memegang kepalanya yang sedikit pusing.

"Bagaimana Tara dan Asya bisa bertemu?" pungkas Key.

"Saat itu..."

Tujuh bulan yang lalu...

"Permisi..."

Saat Tara menoleh, ia menatap Asya terkejut. Akhir-akhir ini Tara selalu takut jika dipertemukan kembali dengan Asya. Bukan karena wajah Asya yang terlihat tajam dan menyeramkan, tetapi karena wajah mereka yang terlihat sama.

Tara ingin kembali kabur namun Asya menghalanginya, "Aku mohon jangan lari, aku gak berniat jahat."

"A-ada apa ya, Mbak?"

"Aku Asya. Jangan memanggilku dengan sebutan Mbak, panggil aku Asya, karena menurutku kita seumuran."

"Iya, Mbak-"

"Eh, maksud aku Asya." ucapnya takut.

"Boleh minta waktunya sebentar?" tanya Asya lembut. Tara hanya mengangguk kecil dengan kepala menunduk. Asya tersenyum, ia segera menarik tangan gadis itu untuk ia bawa ke taman rumah sakit yang dekat dari tempat mereka berdiri.

Kedua gadis itu pun segera duduk disalah satu bangku taman yang kosong. Asya terus menatap gadis itu kagum, sebenarnya ia masih tidak percaya, namun perasaan itu harus ia kubur saat ini.

"Aku selalu melihatmu di rumah sakit, apa kamu sakit?" tanya Asya.

"B-bukan aku yang sakit," jawab gadis itu gugup. Ia terus menunduk, bahkan sejak tadi ia tidak berani menatap wajah Asya.

"Lalu?"

"Ibu ku,"

"Kamu dari desa ya?" tanya Asya ramah. Saat mendengar suara gadis itu dirinya sangat yakin jika ia berasal dari suku Jawa. Karena nada bicaranya yang terdengar sangat medok sekali.

"I-iya, aku dari Jogja."

"Tatap aku, mengapa kamu selalu menunduk? Apakah wajah ku terlalu menyeramkan?" cakap Asya seraya terkekeh. Reflek gadis itu menatap wajah Asya dengan tatapan bersalahnya, "Ndak gitu, aku cuma ndak percaya aja,"

KELVIN GIO || MOODYCLASS 2 ✓Where stories live. Discover now