31. Memulai atau Menetap?

1.6K 231 23
                                    

Keesokannya hari nya Kelvin sudah berada di kamar Bunga. Sudah sejak sepuluh menit yang lalu ia berada di kamar ini, entah apa motif pria itu.

"Kelvin, sudah sana cepat mandi!" paksa Oma bersikeras, pasalnya pria itu sangat malas jika masalah mandi pagi.

"Nanti dulu Oma, Kelvin males..." balas Kelvin tidak peduli mendengar Oma nya yang sejak tadi terus mengomel lantaran dirinya tak kunjung pergi ke dalam kamar mandi.

Perlahan tangan Bunga mulai membuka kaos Kelvin, membuat sang empunya terkejut dengan tatapan mata curiga, "Oma, Kelvin ini cucu Oma. Inget umur Oma, Kelvin gak doyan nenek-nenek."

mendengar itu Bunga menggeplak kepala Kelvin pelan, "Yang doyan sama kau itu juga siapa? Oma itu cuma mau lihat bekas jahitan kau!" serkas Oma dengan logat medannya yang kembali keluar.

Kelvin memanyunkan bibirnya, membiarkan Bunga melihat bekas jahitan lukannya beberapa bulan yang lalu. Dimana ia harus menahan rasa sakit itu demi menyelamatkan Oma nya dari seorang penjahat seperti Alena.

"Kelvin udah gapapa, Oma," ucap Kelvin halus dengan tersenyum manis. Bunga hanya melirik pria itu sekilas, setelah itu ia beranjak dari atas kasur empuknya untuk mengambil sebuah benda berharga miliknya.

Kelvin yang melihat itu mengerutkan dahinya heran. Benda apa yang sedang Bunga ambil? Namun saat benda tersebut sudah di tangan Bunga, ia semakin dibuat bertanya-tanya.

Bunga berbalik dan berjalan ke arah Kelvin, dengan berkata, "Ini gelang kaki milik Oma, dulu Kakek kamu yang kasih ini. Sekarang, kamu yang harus kasih gelang kaki ini ke wanita yang nantinya akan kamu jadikan sebagai istri,"

"Terima istri kamu apa adanya, tanpa memandang kekurangannya sedikit pun. Jadikan dia sebagai ratu. Ingat, jangan pernah kamu jadikan istrimu nanti sebagai pembantu, karena dari kecil dia dirawat oleh keluarganya untuk bahagia, bukan sengsara!" sentak Oma tajam, membuat Kelvin terkejut saat mendengar kalimat terakhirnya.

Dengan sangat ragu-ragu ia menerima gelang kaki itu, "Oma, tapi kan Kelvin baru lulus, yakalik udah bahas-bahas istri,"

"Lebih cepat, lebih baik."

"Bilang aja Oma pengen cepat-cepat punya cucu," ledek Kelvin jengah.

"Tau aja kamu. Udah sana cepat mandi, katanya mau ke rumah Asih,"

"Eh iya, yaudah Kelvin mandi dulu. Makasih gelang kaki nya, Oma..." Kelvin pergi menuju kamarnya setelah mencium pipi neneknya. Memang ada-ada saja tingkah Kelvin sejak kecil, Oma jadi ingin memiliki cucu lagi. Tapi sayangnya anaknya dan juga menantunya hanya gila kerja, bahkan untuk mengunjungi Kelvin pun selalu kata sibuk yang mereka ucapkan.

Dilain tempat, Asih, Rita dan juga Udin tengah bekerja bakti di halaman rumahnya. Ya, tanpa seorang David tentunya. Entah sampai kapan kondisi David terus seperti itu, padahal sudah banyak cara yang Asih coba untuk berinteraksi dengan suaminya, namun gagal. Di dalam otaknya hanya terdapat ketiga putrinya saja.

"Asih, apa David sudah makan?" tanya Rita yang tengah sibuk menyapu dedaunan kering.

Asih menoleh, sementara tangannya sibuk memungut sampah-sampah kecil yang ada di halaman rumahnya, "Sudah, Bu. Sudah Asih suapin, walaupun setiap membuka mulut hanya nama anak-anaknya yang David sebutkan,"

"Yang sabar ya, Sih. Bapak yakin, David bakal cepat sembuh," ujar Udin memberi semangat.

"Iya, Pak," balas Asih dengan tersenyum tipis. Dari sinilah sikap sederhana Asya. Semua itu berasal dari Asih, wanita itu memang berhasil mendidik anaknya menjadi gadis yang sederhana, baik, dan juga lembut, meskipun jika Asya sudah di ganggu ia akan berubah seperti macan kelaparan. Tapi dari itu semua, sikap dermawannya lah yang membuat Asih sangat bangga.

KELVIN GIO || MOODYCLASS 2 ✓Where stories live. Discover now