19. Hari Kelulusan

1.9K 279 24
                                    

Aksi pencarian Alena dihentikan sementara untuk malam ini. Seluruh pasukan sudah merasa lelah, bahkan belum ada satupun laporan dari tiap kelompok yang menyatakan bahwa Alena ditemukan.

Kelvin heran. Dimana nenek sihir itu menyembunyikannya? Sangat menyusahkan saja.

Saat ini ia tengah berkendara di jalanan yang cukup sepi. Orang-orang yang baru saja melintas mungkin bisa Kelvin hitung menggunakan jari.

Ia sama sekali tidak ada niatan untuk kembali ke markas, meskipun Anya dan pasukan lainnya sudah menunggunya.

Kelvin berhenti disebelah pedagang kaki lima yang masih berjualan meskipun malam sudah semakin larut. Tempat ini menjadi saksi bisu bagaimana Kelvin membahagiakan Asya pada saat itu hanya dengan sebuah martabak manis.

"Bang, biasa." ucapnya.

"Oke, bosss." balas penjual martabak itu. Tanpa Kelvin jelaskan secara rinci, ia pasti akan paham apa yang ingin ia pesan.

"Tumben lu beli martabak malam-malam. Biasanya juga sore, buat siapa sih?" tanya Bayu, si penjual martabak langganan Kelvin.

"Buat cewek gue,"

"Rajin amat lu beliin dia malam-malam begini. Kalau gue jadi lu sih, beh kagak bakal gue beliin, keburu mager duluan." katanya. "Pasti dia senang tuh, punya cowok kayak lu. Kapan-kapan kenalin lah ama gue,"

Kelvin memicingkan matanya, "Ogah, entar cewek gue lu embat."

"Kagak ege, suudzon bet lu."

"Buruan bikin martabak gue, G-P-L!"

"Sabar, etdah. Mau martabak lu kagak gue bungkus?" sewot Bayu. Menurutnya Kelvin adalah pelanggan yang sangat berisik. Namun pria itu terlihat tulus, bahkan ia rela membeli dagangannya malam-malam buta seperti ini hanya karena ingin membahagiakan gadis yang ia sebut tadi. "Nih, pesanan lu."

"Sip, gue balik dulu ya Bang"

"Yok, ati-ati"

Setelah membayar, ia langsung pergi begitu saja. Kelvin mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan diatas rata-rata. Lagi pun, jalanan ini sangat sepi. Jadi Kelvin bebas melakukan apa saja.

Dalam waktu kurang lebih dua puluh lima menit, pria itu sudah sampai di tempat tujuannya. Iya, Kelvin kembali mengunjungi Asya. Meskipun langit sudah semakin gelap, ia tetap tidak peduli. Tidak ada yang Kelvin takuti kecuali kematian dan kehilangan.

Dengan membawa sebuah plastik di tangan kanannya, ia berjalan menelusuri rumah baru Asya. Saat sampai, bukannya menangis seperti biasanya, ia malam duduk membelakangi batu nisan milik seorang gadis yang bernama Zatasya Louvina.

"Aku gak mau nangis lagi, gak usah kepedean ditangisin cogan."

"Nih, martabak keju kesukaan kamu." Kelvin menjulurkan tangannya kebelakang tanpa mau menatap gundukan tanah tersebut.

"Kelvin gak mau nyuapin Asya, makan aja sendiri. Tapi Kelvin laper, minta satu deh" Ia kembali menarik plastik itu. Diambilnya satu buah martabak yang ukurannya lumayan besar. Mungkin jika saat ini Asya ada disampingnya, gadis itu pasti akan marah.

"Kelvin gak mau lihat Asya. Kelvin lagi ngambek!"

"Kenapa sih? Asya gak bilang kalau yang buang kita dihutan waktu itu si Nathan? Aku tahu, pasti kamu sengaja kan nutupin ini semua dari aku? Jahat."

KELVIN GIO || MOODYCLASS 2 ✓Место, где живут истории. Откройте их для себя