32. Biar Aku yang Berkorban

1.8K 236 22
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, waktunya seluruh pasukan inti bersatu demi membantu Asya untuk menyelamatkan Alena. Mereka tidak membawa seluruh pasukannya yang bisa dibilang bisa ratusan orang, karena malam ini hanya pasukan inti yang harus turun tangan untuk melawan Callista.

Inti Bradiz sudah bersiap dengan mengenakan pakaian serba hitam dan jaket kebanggaannya. Para gadis terlihat sangat keren, mungkin saja pria di luar sana bisa langsung terpesona saat melihat penampilannya malam ini.

"Siap?" tanya Dirga kepada seluruh pasukan.

"Siap, Bang!" seru Molly bersemangat.

"Molly, jaga diri kamu baik-baik."

"Iya, Abang ku sayang..."

"Gue telfon Cantika dulu," Arga mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi asisten pribadi Callista. Mereka harus tahu dimana letak Callista saat ini.

Panggilan itu langsung tersambung, membuat mereka semua reflek diam.

"Halo,"

"Halo, Bang,"

"Dimana Callista sekarang?"

"Dia baru aja keluar shopping bareng Tante Rasel, gue rasa rumah sakit itu aman, walaupun penjagaan disana cukup ketat."

"Oke,"

Arga mematikan panggilan itu sepihak, menatap para teman-temannya yang juga sedang memperhatikannya. "Aman,"

"Kita berangkat sekarang," serkas Anya dengan tatapan mata berkilat. Ia maju selangkah sambil menjulurkan tangannya, "BRADIZ GIRL!"

Melihat aksi gadis itu membuat mereka semua tersenyum dan merapat membuat pola lingkaran. Kini keempat geng motor bersatu, membuat siapapun yang melihatnya akan terharu karena kekompakannya.

"BRADIZ BOY!"

"KATRADOZ!"

Para ketua geng motor mulai menumpuk tangannya di atas punggung tangan Anya, disusul oleh seluruh pasukannya, merasa ada yang kurang mereka lantas menatap Antaris secara seksama. Membuat sang empunya kebingungan.

"Apaan?" tanya Antaris polos.

"Nama geng motor lu apaan, geb!" sentak Alex. Dimana geng motor tersebut pernah menyerang Asya karena kesalahpahaman.

"Bilang kek,"

"Ulang, ulang!" timpal Ivana kesal.

Mereka kembali menurunkan tangannya. Di mulai oleh juluran tangan Anya untuk pertama kalinya, sebagai simbol bahwa kini ia yang memimpin Bradiz.

"BRADIZ GIRL!"

"BRADIZ BOY!"

"KATRADOZ!"

"AMORVOZ!"

"MATI DALAM SATU TANGAN!" ucap mereka serempak sambil berteriak keras menyebutkan nama geng motornya satu persatu serta mengucapkan kalimat semboyan persatuan mereka.

Setelah beberapa menit kemudian...

Kini Tara juga tengah bersiap-siap dan mengumpulkan seluruh tenaganya. Saat merasa sudah yakin, Tara segera menghampiri Santi yang masih terbaring lemas di dalam kamarnya.

"Ibu..." panggil Tara halus.

Perlahan kedua mata Santi mulai terbuka saat Tara memanggilnya, "Tara?"

"Kamu mau kemana, Nduk?" tanya Santi lembut.

KELVIN GIO || MOODYCLASS 2 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang