End

2.1K 72 114
                                    

Budayakan vote sebelum baca, jangan lupa tinggalin jejak kalian gays!!

Happy reading.

Tadi malam Azka tidak pulang ke rumah, melainkan ia menginap di rumah sakit menemani Abel, sekaligus bergantian menjaga Candra dengan teman- teman yang lain. Beberapa hari ini ia tidak bisa tidur dengan nyenyak, karena Azka selalu mengkhawatirkan Abel. Sangat takut bila membuka mata Abel sudah tidak ada di sampingnya lagi.

Ia juga merasa kasian dengan Karin yang selalu berjaga setiap malam. Oleh karena itu ia mempunyai ide untuk bergantian menjaga Candra saja, agar Karin tidak terlalu kelelahan.

Meskipun setiap harinya Azka dihantui dengan rasa ketakutan, tetapi ia juga melewatkan hari-harinya dengan sangat senang. Setelah ia memulai kembali hubungannya bersama Abel, entah kenapa hidupnya jadi lebih berwarna, sehingga ingin menghabiskan waktu bersama tanpa terlewatkan.

Namun, akhir-akhir ini juga nafsu makan Abel jadi hilang, sekarang perempuan itu jadi sangat sulit untuk diatur. Setiap harinya selalu merengkek agar dipulangkan, Abel sudah sangat bosan berdiam saja di Rumah sakit. Tetapi Azka tetap tidak mengizinkannya, tidak mungkin memulangkan Abel dalam kondisi seperti ini.

Mau bagaimana sembuh, disuruh untuk kemoterapi saja Abel sering malas- malasan. Mungkin ia juga sudah lelah menghadapi ini semua, dan berserah pada takdir?

"Udah!!" Abel menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya. Sekarang ia merasa sedikit kesal kepada Azka, sedari tadi terus menjejali makanan ke dalam mulutnya. Padahal sudah jelas-jelas ia kenyang.

Azka menghela nafas lelah, dia harus ekstra sabar menghadapi Abel sekarang. Tidak bisa untuk memarahi atau membentaknya lagi, "satu suap lagi aja, sayang. Katanya lo mau pulang, hm? Udah bosen," bajuk Azka masih mencoba menyuapi Abel.

Abel langsung memalingkan wajahnya tidak suka, "gak mau ih! Kakak jangan maksa aku gitu, gak suka," katanya dengan mulut yang dimaju-majukkan.

Azka tidak marah, justru ia malah lucu dengan Abel yang menurutnya sangat menggemaskan. Ia meletakkan piring ke atas nampan, karena percuma juga mau membujuk Abel seperti apa juga tidak akan mempan, "lucu," ucap Azka sembari mencubit hidung Abel pelan.

"Lici," cibir Abel sembari meniru gaya perkataan Azka tadi.

Azka terkekeh pelan melihat tingkah pacarnya itu, ia mulai membuka layar laptopnya, mulai mengutak-ngatik menggunakan tangannya dengan sangat cepat. Sebenarnya Azka sedang sibuk, ia harus membereskan berkas-berkas di kantor, tapi tidak mungkin juga kalau ia meninggalkan Abel sendirian. Oleh karena itulah ia membawa pekerjaannya ke Rumah sakit agar tetap bisa menjaga Abel.

Hubungan mereka berdua tidak lama ini telah diketahui oleh Herman. Beliau sangat terkejut sekaligus khawatir ketika mengetahuinya. Ia sangat takut kalau Azka akan menyakiti Abel lagi. Namun, Azka mampu untuk meyakinkan Herman kembali. Herman tidak bisa ikut campur, karena itu sudah menjadi keputusan keduanya. Beliau hanya bisa berdoa agar hubungan mereka berjalan dengan baik-baik saja. Sudah terlalu banyak sekali luka yang telah mereka berdua hadapi.

Di tengah kesibukannya, Azka selalu merilik ke arah Abel, karena takut bila pacarnya itu merasa bosan. Ia merogoh handphone miliknya, menyodorkan ke arah Abel, "gih pake dulu yang, bentar lagi pekerjaan gue beres," katanya sembari mengacak rambut Abel pelan.

Abel mengangguk setuju, ia juga merasa sedikit bosan karena melihat Azka yang sudah sibuk dengan dunianya. Untuk sekarang Abel harus memahami kondisi Azka, karena ia juga tahu, dunia Azka tidak hanya dirinya saja. Ada hal lain yang lebih besar yang harus Azka urus.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 08, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

AZKA MAHESPATIH [END]Where stories live. Discover now