32- Tinggal serumah

763 114 12
                                    

Budayakan vote sebelum baca, jangan lupa tinggalin jejak kalian!! Makasih😽

                               Happy reading.

Kali ini Azka akan makan malam bersama keluarga Abraham untuk kedua kalinya. Sebenarnya Azka sangat malas untuk ikut, lagi pula pesti mereka bakalan membahas tentang perjodohannya lagi.

Dengan style serba hitam serta rambut yang sudah tertata rapih, Azka keluar dari kamarnya berjalan ke bawah menemui sang Papah yang sedari tadi sudah menunggunya.

Mereka berjalan ke sana menggunakan mobil. Sedari tadi juga Herman terus membahas yang itu- itu saja, membuat Azka pusing mendengarnya.

"Azka, ingat jaga sikap kamu." Wanti- wanti Herman, dia takut kejadian waktu dulu terulang kembali. "Jangan diulangi lagi, tidak sopan." Katanya.

Azka menghela nafas lelah, belum memulai saja, Azka sudah gak mood.  "Iya Pah." Untuk kali ini Azka hanya bisa pasrah, tidak berniat untuk berdebat.

Setelah semuanya dipastikan, Herman keluar dari mobil, dengan diikuti oleh Azka.

TING TONG

Suara bel rumah berbunyi, wanita separuh baya langsung pergi untuk membukakan pintu, mempersilahkan mereka untuk masuk. Bi Minah membawa kedua orang itu ke tempat di mana keluarga Abraham berada.

Herman menyapa Abraham dan Siska, begitupun Azka, dia salim kepada mereka. Di sana hanya ada para orang tau, tidak ada Abel. Sedari tadi Azka hanya diam memainkan handphonenya. Lagi pula Azka belum mengerti soal bisnis.

Meski pun Herman seorang Dokter, tetapi dia juga memegang suatu perusahaan yang sekarang sedang dipegang oleh adiknya. Dia terus memperbanyak perusahaan, agar nantinya bisa diturunkan untuk anak semata wayangnya.

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita makan terlebih dahulu?" Usul Siska.

"Boleh." Ucap Herman setuju.

Mereka semua berjalan ke arah meja makan. Sudah ada setengah jam sejak Herman dan Azka datang, tetapi Abel belum menampakkan dirinya. Padahal mereka semua sudah menunggu lama.

"Abel ke mana, sayang." Bisik Abraham.

"Iya, ke mana itu anak." Kata Siska sembari celangak- celenguk mencari keberadaan Abel. "Bentar, biar Aku cari dulu, Mas." Abraham hanya mengangguk.

"Saya permisi dulu."

"Iya, silahkan." Kata Herman.

Siska berjalan ke kamar Abel. Sebelum masuk, Siska mengetuk pintu terlebih dahulu karena takut jika mengganggu privasi anaknya.

Dia mendesah pelan ketika melihat Abel yang masih bergulat dengan alat make up nya. Beliau kira Abel sudah beres sedari tadi, ternyata dugaannya itu salah.

"Astaga! Abel kamu masih belum beres, Nak?" Tanya Siska. "Azka sudah datang dari tadi itu." Ucapnya sembari mengelus pucuk rambut putrinya.

"HAH?!! Seriusan, Bun?!"

"Heh!" Tegur Siska. "Anak gadis jangan teriak-teriak, pamali. "Abel nyengir. "Udah cepetan, kalau udah beres turun ya. Bunda duluan." Abel mengangguk.

Abel buru- buru menyelesaikan make up wajahnya, tidak mau membuat Azka menunggu lebih lama lagi. Dirinya terlihat lebih cantik dengan rambut yang terurai, serta dress berwarna merah mudanya. Membuat siapa saja yang melihat akan pangling kepadanya.

Abel turun menyusul Bundanya yang sudah terlebih dahulu pergi. Dan benar saja, di sana sudah ada Azka yang menunggu. Abel jadi sedikit merasa bersalah karena membiarkan mereka menunggu.

AZKA MAHESPATIH [END]Where stories live. Discover now