45- Nginep

721 140 8
                                    

Budayakan vote sebelum baca, jangan lupa tinggalin jejak kalian!! Makasih😽

                                Happy reading.

Kali ini Abel dan Aruna tidak berniat untuk pergi ke kantin, mereka berdua lebih memilih untuk diam di kelas saja. Sejak tadi juga Abel tidak berhenti tersenyum jikalau mengingat- ngingat lagi perkataan Azka tadi pagi.

"Run- run, tau gak?" Tanya Abel. Aruna menggeleng. Aneh sekali, padahal Abel belum berkata apa- apa.

"Tadi ya, Kak Azka–"Belum selesai, Abel malah tertawa sendiri, membuat Aruna yang berada di sampingnya was- was.

Aruna menempelkan punggung tangannya ke dahi Abel. Baik- baik saja, kayaknya Abel memang butuh obat. "Waras lo?" Sinis Aruna.

"Dengerin dulu." Aruna hanya mengangguk.

"Tadi, tadi Kak Azka bilang kalau gue ceweknya, Aaa." Abel kembali berteriak tidak jelas, untung saja kelas sedang kosong karena pada pergi ke kantin.

"Terus? Gue percaya gitu?" Tanyanya kurang percaya dengan perkataan Abel. Semua yang diomongkan Abel terdengar tidak mungkin.

"Loh? Beneran!!" Meyakinkan Aruna kalau semua yang diomongkannya nyata. "Memang gue gak punya bukti, tapi semuanya nyata, Run! Masa lo gak percaya sama sahabat lo sendiri. " Sedikit kesal karena Aruna tidak percaya dengan perkataannya.

Aruna langsung menoleh, melihat mata Abel kalau sahabatnya itu sedang tidak berbohong. "Gak nipukan?" Abel mengangguk.

"OMG?!!" Arun berdiri lalu menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya tidak percaya. "DEMI APA? Gue seneng banget loh!!" Menguyel- nguyel pipi Abel lalu kembali duduk di bangkunya.

"Lo aja gak percaya, apalagi gue." Ucapnya sembari terkekeh.

"Terus?"

"Apanya?" Abel balik tanya.

Aruna berdecak. "Si Azka udah mengklaim lo sebagai pacarnya?" Abel menggeleng lesu.

"Emang harus ya?" Aruna yang mendengar itu refleks memukul tangan Abel.

"Iyalah! Gimana sih. Jangan bilang–" Abel menganguk, sudah tahu yang akan dikatakan oleh Aruna.

Aruna jadi merasa bersalah. Seharusnya dia tidak bicara seperti itu. Lihat Abel, sekarang dia jadi galau lagi.

"Tapi gak papa, yang penting sekarang Kak Azka udah ngakuin lo sebagai miliknya, kan?"  Ada benar juga dengan yang dikatakan Aruna. Tetapi Abel juga butuh kejelasan, tidak mungkin berjalan dengan status yang tidak jelas, bukan?

"Menurut lo, Kak Azka bakalan berubah lagi gak?" Tanya Aruna. "Gue gak bisa nebak kedepannya nanti. Apalagi  Kak Azka orangnya gak gampang ditebak."

Dia jangan terlalu percaya sama kenyataan sekarang, siapa tahu saja nantinya bakalan berubah menjadi sebaliknya. Abel tidak mau kalau harus jatuh lagi karena ekspetasinya yang terlalu tinggi. Kadang Abel berpikir, kalau semua ini hanya alibi Azka saja.

Aruna diam, dia berusaha untuk mencerna semua perkataan sahabatnya ini. Dia harus hati- hati, agar hari Abel tidak terluka lagi.

"Eum, kalau itu gue belum bisa jawab. Tapi lo harus tetep optimis, jangan nyerah gitu. Kadang perasaan orang susah buat ditebaknya. Kita tunggu aja. Siapa tau Kak Azka memang mau berubah." Katanya mencoba untuk meyakinkan Abel.

"Iya ya. Secara kan gue cewek cantik sejagat raya, gak bakalan ada yang bisa nyaingin kecantikan gue haha." Pede Abel.

"Mulai dah, mulai." Kata Aruna sambil menyeruput minumannya. Abel Cuma cengengesan.

AZKA MAHESPATIH [END]Where stories live. Discover now