39- Balik seperti semula

675 122 2
                                    

Budayakan vote sebelum baca, jangan lupa tinggalin jejak kalian!! Makasih😽

                         Happy reading.

Sinar matahari tembus ke dalam kamar Azka. Dia mengerjap-  ngerjapkan matanya, mengumpulkan semua nyawanya. Kepala Azka terasa sangat pusing, dia tersenyum tipis membayangkan tentang kejadian semalam.

Sekarang dirinya jauh lebih lega dari sebelumnya. Azka mulai bersiap untuk berangkat sekolah, bau alkohol dari tubuhnya masih menyengat.

Ketika Azka turun, sudah ada Abel yang lebih dulu sampe di sana. Kejadian semalam seperti tidak ada apa- apanya, Azka terlihat biasa saja. Sesuai ucapan dirinya tadi malam, Azka balik seperti sikapnya dulu.

Berbeda dengan Abel, perempuan itu terlihat gugup dengan mata yang sedikit sembab karena habis menangis. Semalam Abel menangis sampe subuh, dan sekarang dia masih mengantuk.

Sedari tadi Abel tidak berani untuk menatap Azka. Perasaannya jadi sangat bingung sekarang. Ketika dia akan memutuskan untuk berhenti, Azka malah memberi harapannya lebih.

Saat akan memakai helm, tiba- tiba saja Azka menahan tangannya sembari menatap wajahnya aneh. "Did you cry last night?" Pertanyaan macam apa itu, sudah jelas Abel menangis karena dirinya sendiri. Dasar, manusia prik.

Tangan Azka akan mengusap mata Abel, tetapi Abel malah menghindarinya takut. Mungkin, semalam Abel masih kesal dengan Azka. Kata- kata itu masih muncul di benaknya.

Motor Azka sudah memasuki halaman sekolah. Abel buru- buru melepaskan helmnya lalu meninggalkan Azka sendiri. Abel terlihat tergesa- gesa, membuat seorang Azka bingung. Padahal pagi ini dia tidak merasa membuat kesalahan.

Ah, sudahlah, tidak usah dipikirkan. Itu membuat kepalanya sakit.

"Ka!!" Azka langsung menoleh ke asal suara. Dia menaikkan satu alisnya seolah bertanya.

"Lo mabok ya, Ka?!" Tanya Celvin tepat sasaran. "Something bothering you?" Tanyanya lagi. Sepertinya kebiasaan buruk Azka tidak pernah hilang, dia bakalan minum kalau ada yang mengganggu pikirannya.

Azka bukan orang yang gampang membicarakan masalahnya, karena itulah dia melampiaskan semua masalahnya ke alkohol. Itu benar- benar kebiasaan sangat buruk, Celvin harap ada orang yang bisa merubah sikap buruk Azka ini.

"Gak ada." Setelah mengucapkan itu, Azka langsung pergi entah ke mana. Dia bukan berjalan ke arah kelas, sepertinya Azka akan membolos.

Celvin membiarkan Azka pergi. Sekarang Azka butuh menenangkan dirinya sendiri, Celvin tidak berhak ikut campur, meski pun itu sodaranya sendiri.

Sedari tadi Abel tidak bisa fokus belajar. Dalam pikirannya hanya ada Azka. Semua kalimat yang Azka katakan semalam masih membekas dalam pikirannya. Abel tidak mau berharap lebih lagi, tetapi dia juga tidak bisa menyangkal perasaan itu.

Karena geram dengan semuanya, Abel jadi berteriak tidak jelas. Membuat kelas yang tadinya sedang fokus memperhatikan materi, sekarang jadi melihatnya aneh. Abel jadi kena hukum, karena dirinya sudah mengganggu waktu mengajar Pak Wisnu.

Dia harus hormat kepada bendera sampe jam istirahat.

Arun melihat Abel heran. Sejak tadi pagi Abel datang, sahabatnya itu terlihat aneh, tidak seperti biasanya. Ingin sekali Arun menolong, tetapi Aruna juga tidak mau kena hukuman. Panas.

"Ahh! Gara- gara Azka jelek, gue jadi kena hukuman!!" Kesalnya sembari menghentak- hentakkan kakinya. "Kenapa harus muncul di kepala gue segala, coba?!!" Tanyanya pada diri sendiri. Kalau ada orang yang melihat Abel sekarang, pasti orang itu bakalan mengiranya orang gila.

"Huh, sebel- sebel!" Abel terus saja mengoceh menyalahkan Azka. Tidak sadar kalau sedari tadi ada seseorang yang memperhatikannya gemas.

Baju seragam yang Abel kenakan kini sudah basah karena keringat. Entah kenapa hari ini sangat panas dari biasanya. Tenggorokan Abel terasa sangat kering sekarang. Ingin sekali Abel berlari membeli air ke kantin.

Abel terkejut ketika ada seseorang yang menempelkan sebotol air dingin ke pipinya. Abel menoleh ke orang itu.

"Lo dihukum, Bel? Tanya laki-laki itu.

Abel tidak peduli dengan pertanyaannya, dia malah langsung merampas botol berisi air dari tangan Candra, lalu meneguknya sampe habis.

"Udah tau, masih aja nanya." Ketus Abel sembari terus menghabiskan minumannya.

"Pelan-pelan." Ujar Candra sembari mengelap bibir Abel, tubuh Abel menegang karena perilakuan Candra.

"M- makasih, Kak." Katanya sedikit gugup.

Candra hanya tersenyum lalu mengangguk. Ia mengangkat kedua tanganya menutup kepala Abel, agar Abel tidak terlalu merasakan teriknya matahari.

Abel terlihat bingung dengan perlakuan Candra. Menang benar sih, jadi tidak terlalu panas. Tetapi maksudnya apa?

"Ngapain Kak? Mau dihukum juga?"

"Iya." Jawab Candra enteng. Aneh, masa ada orang yang mau dihukum. "Biar bisa nemenin lo." Ucapnya sembari mengedipkan matanya satu menggoda.

"Ish!" Abel memutar bola matanya malas. "Gue bilangin sama Bunda lo ya, Kak?" Ancam Abel.

"Jangan!!" Abel menertawakan wajah Candra yang panik. Candra mencubit hidung Abel gemes, ternyata dia sedang dikerjai.

"Gue lagi jamkos, jadi santai aja." Abel Cuma ber'oh doang.

Padahal mah, Candra memang sengaja bolos. Tadi, saat dirinya sedang izin ketoilet, matanya tidak sengaja melihat Abel. Oleh karena itu dia melipir ke kantin dulu untuk membeli minuman.

"Jadi, kenapa lo bisa dihukum?"

"Gara-gara Kak Azka! Ih pokonya kesel deh huh....!!"

"Lah?" Candra mengerutkan dahinya tidak mengerti. "Emang Azka habis ngapain? Jahatin lo lagi?" Abel menggeleng.

"Dari tadi gue gak bisa fokus belajar gara-gara Kak Azka jalan-jalan di otak gue!!! Gue kesel, terus gue teriak dan dihukum deh." Abel memaju-majukan bibirnya kesal. "Dasar Kak Azka jelek." Abel menghentak-hentakkan kakinya.

Candra terkekeh melihat kelakuan Abel yang merengek seperti anak kecil. Candra jadi gemes sendiri melihatnya.

Candra menguyel-nguyel pipi Abel yang gembul. "Cup- cup, bayi siapa sih? gemes banget."  Untuk kedua kalinya Candra mencubit pipi Abel.

"Gue bukan bayi ya!!" Abel melipatkan tangannya tidak terima.

"Masa sih?" Goda Candra. "Mana, coba liat."

"Nih." Abel mendekatkan wajahnya kepada Candra dengan kedua mata yang melotot. Refleks Candra menjauhkan dirinya dengan Abel. Jujur saja, jantung Candra jadi berdetak tidak karuan.

"M-mau ngapain lo?" Candra mengerjapkan matanya berkali-kali.

"Cailah! Salting ya? Ayo ngaku!!" Ucapnya menantang.

"Oke!!" Candra menggelitik perut Abel membuatnya jadi tertawa geli.

Mereka tidak menyadari kalau sedari tadi ada seseorang yang cemburu melihat interaksi mereka. Azka mengepalkan kedua tangannya marah, rahangnya mengeras.  Hati Azka terasa terbakar melihat kedekatan Abel bersama Candra.







AZKA MAHESPATIH [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora