16- Cewek mesum

837 149 7
                                    

Budayakan vote sebelum baca, jangan lupa tinggalin jejak kalian! Makasih😽

                            Happy reading.

Abel membulatkan kedua matanya sempurna ketika membuka pintu, jantung Abel berdetak lebih cepat dari biasanya. Lidahnya menjadi kelu untuk berbicara.

Abel tidak tahu harus apa, otaknya tidak bisa dipake untuk berpikir sekarang. Ia mematung tepat di depan Azka sembari menutup mulutnya menggunakan tangan kaget.

Ternyata ada Azka yang baru saja keluar dari kamar mandi. Ia hanya memakai handuk yang melilit di pinggangnya, sehingga terlihatlah perut kotak- kotak yang Azka miliki.

Rambut Azka yang masih basah membuatnya menjadi terlihat lebih seksi.

Sungguh! Abel tidak ada niat sama sekali, matanya sudah tidak suci lagi sekarang.

Azka pun sama kagetnya seperti Abel. Azka terkejud melihat Abel yang menyelonong masuk ke dalam kamarnya tanpa seizinnya. Buru- buru Azka memakai bajunya asal. Setelah selesai memakai baju, dengan perlahan Azka langsung mendekat ke arah Abel dengan tatapan tajam.

Abel terus mundur ketika Azka mendekatinya hingga dirinya sudah mentok sama tembok. Keringat dingin muncul, Abel tidak tahu harus apa. Siapa saja tolong Abel lepas dari serigala ini!!

Abel terus mengumpat dirinya sendiri dalam hatinya. Abel berjanji, setelah ini dia akan mengetuk pintu sampe pintu itu dibuka oleh sang pemilik.

"Lo ngapain di sini?!" Tanya Azka seram.

"I- itu a ..anu, Kak." Abel menjadi kikuk gugup ketika wajah mereka berdekatan, bahkan Abel bisa merasakan hembusan nafas Azka.

Tanpa pikir panjang lagi, Abel langsung ngacir kabur turun ke bawah meninggalkan Azka yang masih setia berdiri di sana. Kalau terus seperti itu, bisa- bisa Abel mati muda.

"Dasar, cewek mesum!" Azka masuk ke dalam kamarnya lagi dengan perasaan kesal. Azka malu, benar- benar sangat malu.

Abel menghampiri Candra yang sedang asik main PS di bawah. Abel menjadi diam gugup setelah kembali dari kamar Azka. Meski pun dia sudah pergi dari hadapan Azka, namun jantungnya terus berdetak dengan sangat cepat. Bahkan dua kali lebih cepat dari sebelumnya. Dalam otak Abel  hanya ada perut kotak- kotak milik Azka.

Candra yang peka akan hal itu, langsung menoleh kapada Abel.

"Kenapa?" Abel masih belum sadar dari lamunanya. Candra menepuk bahu Abel.

"Hah?" Abel sedikit terkejut.

"Gue tanya, lo kenapa?"

"Oh, gak papa." Candra mengangguk.

Abel teringat lagi kejadian tadi, ketika Azka turun dari kamarnya dan menghampiri mereka berdua. Abel menjadi malu sendiri sekarang. Ingin sekali Abel berteriak dengan sangat kencang.

Jantung Abel kembali berdetak dengan sangat cepat ketika Azka duduk di sampingnya. Abel meremas rok seragamnya gugup. Abel menjadi pendiam dari biasanya. Ia hanya memperhatikan Azka dan Candra memainkan PS saja, tanpa bersuara.

DRTTT...

"Hallo."

"...."

"Di rumah Azka, kenapa Bun?"

"...."

"Sekarang banget?"

"...."

"Iya, Candra pulang sekarang."

Candra menaruh handphonenya kembali lalu menoleh ke arah Abel yang kini sudah melihatnya dengan tatapn bingung.

"Gue harus pulang sekarang, lo gue tinggal gak papa?" Tanya Candra sedikit tidak enak.

"H-hah?" Bingung Abel. Eh iya, gak papa, Kak." Candra terkekeh mengacak rambut Abel gemas.

Pipi Abel jadi merah akibat perilaku Candra kepadanya. Sepertinya hari ini Abel ditakdirkan untuk memompa jantungnya. Abel benar- benar tidak sanggup lagi, cukup Azka saja.

"Hahaha Lo salting ya?  lucu banget, sih." Candra menguyel- nguyel pipi Abel yang gembul.

Azka hanya diam sembari mencuri- curi pandang kepada Candra dan Abel.

"Ish! apaan sih? enggak ya." Kata Abel tak mau mengaku." Mana ada gue salting." Abel memaju-majukan bibir kesal.

"Ngak—"

Azka yang sedari tadi sedang main PS pun jadi tidak fokus. Terganggu dengan perilaku Candra kepada Abel. Ada apa ini, kenapa Azka tidak rela jika Abel dipegang-  pegang oleh orang lain.

Tapi itu hal yang wajar bukan? Abel adalah calon tunangangannya sekarang? Apakah dia pantas bermesra- mesra di depannya. Bersama sahabatnya lagi.

"Ekhm!" Candra dan Abel sontak melihat ke arah Azka secara barengan.

"Sorry- sorry, kalau gitu gue pulang duluan, bro." Azka hanya membalas dengan anggukkan.

Sepulangnya Candra, rumah menjadi hening tidak ada, tidak ada yang memulai percakapan. Mereka sibuk dengan pikirannya masing- masing. Abel mau ajak Azka bicara pun masih malu.

Abel yang biasanya berisik, sekarang jadi diam memainkan handphone miliknya. Sedangkan Azka, dia sedang makan di meja makan, mungkin tadi Azka belum sempat untuk mengisi perutnya.

"Lo mau pulang?" Tanya Azka setelah beres makan.

"Boleh, Udah mau malam juga." Azka ngangguk mengerti.

"Yaudah, ayo." Ajak Azka.

Mata Abel tidak sengaja melihat luka lebam di wajah Azka. Abel melihatnya saja jadi linu sendiri, apa kabar dengan Azka.

"Tunggu."  Abel memegang tangan Azka. Azka mengangkat satu halisnya seolah berkata 'apa'

"Itu muka Kak Azka luka- luka, biar Aku obatin dulu."

"Gak usah." Jawab Azka acuh.

"Mau Aku obatin, atau Aku tetap di sini?" Ancam Abel.
Azka berdecak malas. Ia menghempaskan tubuhnya ke atas sofa kasar. Mau tidak mau dia harus menurut, kalau tidak mau Abel tetap bersamanya.

Apalagi malam ini Azka akan balapan, tidak mungkin kalau Abel tetap bersamanya. Yang ada dia akan diadukan kepada Herman.

Abel tersenyum melihat Azka yang menurut kepadanya. Ia langsung membawa obat P3K di laci lalu langsung mengobati luka Azka dengan sangat lembut.

"Arghtt." Ringis Azka ketika Abel tidak sengaja menekan lukanya.

"Diem! Masa baru segitu aja udah ngeluh, berantem aja sok jago, huuh." Ledek Abel. Azka menatap Abel tajam.

Abel bukannya takut, malah tertawa. Mungkin sudah terlanjur bucin, jadi apa yang Azka lakukan menurut Abel bakalan lucu.





















AZKA MAHESPATIH [END]Where stories live. Discover now