04- Awas ada buaya

1.2K 251 58
                                    

Budayakan vote sebelum baca ya, jangan lupa tinggalin  jejak kalian! Makasih😽

                                 Happy reading.

Abel membuka matanya secara perlahan, melihat sekeliling, ternyata dirinya sudah berada di dalam UKS. Kepalanya masih terasa sangat pusing, ditambah bekas tamparan Clara yang masih terasa perih.

Abel melirik ke arah Candra, di samping Candra juga sudah ada Aruna yang menunggu dengan raut wajah khawatir.

"Lo udah bangun, Bel? Kok bisa pingsan gini sih?"

"Gak papa, mungkin gue lagi kecapean aja."

"Ck. Gara- gara si uler, jadi kayak ginikan."

"Run!"

"Iya- iya."

"Udah lo masuk kelas aja, sebentar lagi masuk."

"Gak mau." Bantah Arun cepat.

"Run, gue udah gak papa, suer deh." Ucap Abel meyakinkan Aruna. Arun ini keras kepala, jadi harus dibujuk dulu.

"Bener?" Abel mengangguk meyakinkan.

"Lo kelas aja, Run. Biar gue yang jaga Abel." Kata Candra. Arun langsung melihat Candra dangan tatapan mencurigakan. "Hayo, kalian mau ngapain? Inget ya, yang ketiganya setan loh."

"Setannya lo!" Abel menoyor jidat Arun.

Arun diam berpikir." Eh iya juga." Katanya dengan muka polos. "Udah deh, gue kelas dulu. Lo kalau ada apa- apa bilang gue." Abel hanya mengangguk.

"Dan buat lo Kak." Arun melihat Candra dengan tajam. "Awas kalau lo ngapa- ngapain si Abel, gue gorok leher lo." Ancamnya.

"Iya- iya, mau jadi psikopat lo." Arun tidak menanggapi perkataan Candra. Dia langsung pergi dari UKS dan kembali ke dalam kelasnya.

"Temen lo serem, Bel." Abel hanya terkekeh.

"Nih, minum dulu Bel, pasti haus." Candra menyodorkan gelas berisi teh tawar hangat kepada Abel.

"Makasih, sorry ngerepotin mulu."  Kata Abel tak enak hati.

"Gak papa, gue rela kok direpotin sama lo."

"Buaya!"

"Beneran!"

"Iyain."

"Hahhaa, bercanda, lo pulang bareng siapa, Bel?”

"Gak tau Kak, taxi kayaknya. Soalnya supir gue anaknya lagi sakit.”

"Bareng gue aja, nanti gue samper lo ke sini lagi, gua mau ngambil tas dulu.”

"Gak usah, gue gak enak ngerepotin lo mulu."

"Gak ngerepotin kok, udah sama gue aja, ya? Dari pada nunggu taxi." Abel akhirnya mengangguk sebagai jawabannya.

Candra tersenyum mengacak rambut Abel gemas. Ia berpamitan untuk ke kelas mengambil tasnya sebentar.

Baru saja Candra pergi, tiba- tiba saja ada yang membuka pintu ruangan. Betapa kagetnya Abel ketika melihat Azka yang sekarang sedang mendekat ke arahnya.

"Loh, Kak Azka?"

"Ayo, balik."

"Hah?" Ucap Abel masih cengo dengan omongan Azka.

“Dongo!" Azka menjetrik dahi Abel. Abel memanyunkan bibirnya sambil mengusap- ngusap dahinya karena perbuatan Azka. Azka menarik sudut bibirnya ke atas.  "Gue nganter lo balik."

"Tapi, gue balik sama Kak Candra, Kak."

"Bodo! Cepet." Abel jadi bingung, dia harus nurut perkataan Azka atau menunggu Candra terlebih dahulu.

"Lo gak punya kuping?"

"Gu—"

Belum beres Abel menyelesaikan perkataannya, pintu kembali terbuka. Abel sudah menebak, pasti itu Candra yang datang.

"Kenapa, Ka?" Tanya Candra bingung ketika melihat sudah ada Azka.

"Gue nganter dia, balik." Candra menatap Abel. Abel mengangkat bahunya tak tahu.

"Yaudah." Kata Candra. Sebenarnya ada rasa sedikit kecewa di dalam hati Candra. Tapi mau bagaimana, lagian dia bukan siapa- siapanya Abel. Jadi, dia tidak berhak untuk melarang Abel pergi.

"Eum, gue duluan ya, Kak. Nanti kapan- kapan kita balik bareng ya." Kata Abel tidak enak dengan Candra. Candra hanya membalasnya dengan seulasan senyuman tulus.

Abel dan Azka pergi dari ruang UKS menuju parkiran, Abel berjalan tepat di belakang Azka, dari jarak jauh saja aroma tubuh Azka masih bisa kecium sama Abel.

Abel terus saja menundukkan kepalanya karena malu, Abel tidak fokus melihat jalan, bibirnya tidak berhenti tersenyum. Sampe- sampe dirinya tidak sadar kalau menubruk tubuh Azka.

Abel mengadahkan kepalanya untuk melihat Azka, ia mengedip- ngedipkan matanya, jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Jarak wajah mereka sangat dekat, cukup lama mereka saling pandang satu sama lain.

Tuk

"Lelet, lo!"

"Ashh, Kak Azka!!" Geram Abel sambil melototkan matanya.

"Apa?" Kata Azka dengan tatapan tajam membuat nyali Abel menciut." Gak jadi." Abel langsung jalan terbirit- birit meninggalkan Azka.

Azka terkekeh melihat kelakuan Abel." Lucu."

Abel naik ke atas motor Azka, ia berpegangan ke belakang jok motor. Jujur Abel masih merasa canggung sama Azka.

Tanpa aba-aba, motor Azka melesat maju dengan sangat cepat, hampir saja Abel akan terjatuh.

Tanpa Abel sadari, kini dirinya sudah memeluk tubuh Azka. Abel yang sadar kalau dirinya sedang memeluk pinggang Azka, buru- buru melepaskannya. Tapi, Azka menarik tangan Abel kembali lalu meletakkan tangan Abel di pinggang miliknya.

Beberapa menit kemudian, motor Azka sudah terparkir di gerbang rumah Abel. Abel turun dari motor Azka dan mengucapkan terima kasih karena sudah merepotkannya.

















AZKA MAHESPATIH [END]Where stories live. Discover now