40- Perampok

682 119 3
                                    

Budayakan vote sebelum baca, jangan lupa tinggalin jejak kalian!! Makasih😽
 
                                 Happy reading.

Abel sedang berada di kantin dengan Aruna. Sedari tadi Abel terus saja mengomel tidak jelas, membuat Aruna yang berada di sampingnya pusing karena  omelan Abel.

"Lo kenapa sih, Bel?! Berisik banget." Kesal Arun.

"Gue tuh sebel Run, pokoknya ahhh!" Dia mengacak rambutnya frustasi. Semu orang yang berada di kantin menatap Abel dan Aruna.

"Iya. Sebelnya kenapa? Gue kan gak tau! Gak malu apa diliatin sama orang- orang?"

"Au ah. Pokoknya gue badmood." Arun menatap Abel jengah.

"Terserah Bel, terserah." Aruna memalingkan wajahnya dari Abel. Kalau tidak lapar, pasti sekarang Arun sudah minggat meninggalkan Abel sendiri. Untung saja Arun masih memiliki peraaaan.

"Eum Run, gue mau ngomong." Kata sedikit Abel ragu. Arun hanya berdehem, dia sudah tahu kalau Abel bakalan ngomong tidak jelas lagi.

"Liat dulu."

"Apaa?!!" Tanyanya sembari membentak.

Abel jadi menciut, Arun gitu- gitu juga kalau marah suka serem. Tetapi Abel sangat suka kalau sudah menjaili Aruna.

"Ini serius, tapi janji mulutnya gak lemes?"

"Hmm." Jawab Arun malas.

"Ih beneran ." Abel mengguncang-guncang tubuh Aruna, membuat Aruna semakin kesel dibuatnya

Aruna berdecak, dia langsung menghentikan aktivitas makannya. "Buru, mau ngomong apa sih sayangku?" Ucapnya masih bersikap lembut.

Abel malah diam, tidak menjawab Aruna. Dia masih memikirkan semua kalimat yang pas.

"Abel! Apaan sih buru." Aruna sudah tidak sabar, padahal dia sedang enak- enak makan.

"Iya- iya, sini lo nya deket tan." Arun menurut, dia mendekatkan dirinya dengan Abel.

"Gue pindah rumah." Bisik Abel tepat di telingan Arun. Arun membulatkan matanya kaget, kenapa Abel baru bilangnya sekarang. Kalau bilangkan Arun bisa membantu pindah- pindahin barang.

"Kok lo gak bilang- bilang sih?!" Arun ini sangat aneh, tadi dia yang peringati jangan heboh. Tetapi, sekarang marah dirinya sendiri yang berteriak.

"Stth. Jangan berisik Arun."

"Kenapa jangan? Gak masalah kali, gak ada yang salah ini." Herannya.

"Soalnya, gue pindah bareng Kak Azka." Bisik Abel lagi, karena takut jika ada orang yang mendengarkannya.

Aruna membulatkan matanya tidak percaya. "AZKA?!! LO BARENG AZKA?! KOK BISA?!!" Abel langsung membekap mulut Aruna dengan tangannya. Ia melihat sekeliling, sepertinya tidak ada orang yang mendengarkan. Syukurlah. Batin Abel.

"Sttt! Ih tuhkan! Jangan berisik, nanti ada yang denger."

"Heheh, tapi kok bisa? Lo kan belum sah maymunah! Apa jangan-jangan lo." Aruna menutup mulutnya dengan tangannya sendiri. "Bel sumpah! Lo–"

Abel menoyor jidat Aruna. "Jangan kotor pikiran lo! gue juga bingung sama pikiran orang tua gue. Kan kita belum sah nikah kan? Tapi mereka malah nyuruh kita seatap? Aneh gak sih? Katanya biar makin deket?" Ucap Abel panjang lebar. Kalau diingat- ingat lagi, Abel jadi kesal.

"Jadi lo sekarang tinggal sama Azka?" Abel ngangguk.

"Tapi orang tua lo ada benarnya juga, Bel. Lo berdua bisa deket, tapi cara mereka juga salah." Abel kembali mengangguk setuju.

AZKA MAHESPATIH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang