22- Diusir

815 124 9
                                    

Budayakan vote sebelum baca, jangan lupa tinggalin jejak kalian!! Makasi😽

                              Happy reading.

Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 10.38 wib.

Abel bangun sangat telat hari ini. Hari ini libur, jadi Abel berniat untuk bangun siang dan malas- malasan. Sepertinya yang akan Abel lakukan hanya rebahan, menonton, dan makan saja. Sungguh sangat enak bukan?

Abel menggeliat. "Huaahh." Abel bangun dari tempat tidurnya lalu langsung turun ke bawah karena menyium wangi enak masakan.

"Wah banyak makanan nih." Gumamnya sembari mengelus- ngelus perutnya yang lapar.

"Eh Non, udah bangun?" Tanya seseorang yang baru datang dari arah dapur.

Abel menoleh ke arah orang itu, dia baru teringat dengan pesan sang Bunda. Hari ini Bi Minah sudah masuk kerja lagi, pantas saja, masih pagi- pagi ginu sudah banyak makanan yang dihidangkan.

"Iya, Bi." Bi Minah hanya tersenyum mengangguk." Bibi apa kabar? Bayinya lahir dengan sehatkan, Bi? " Tanya Abel.

"Alhamdulillah, Bibi baik- baik saja. Bayinya juga lahir dengan sehat."

"Wah! Selamat ya Bibi, sudah jadi nenek sekarang"

"Iya nih Non, makasih banyak. Kalau gitu Bibi teh mau pamit kebelakang lagi, jangan lupa dimakan, keburu dingin."

"Siap Bi, makasih." Bi Minah mengangguk lantas pergi ke dapur untuk membereskan pekerjaannya yang masih belum selesai.

Abel duduk di meja makan, melihat semua makanan yang sudah tertata rapih lezat. Satu persatu makanan yang ada di sana masuk ke dalam mulut Abel.

Perut Abel sudah sangat kenyang sekarang, dia harus mencari udara segar di luar. Abel mengambil sendal miliknya lalu membuka pintu keluar.

Baru saja Abel membuka pagar rumah, dia melihat ada anak kucing yang menurutnya terlihat sangat lucu. Abel berjongkok mengajak kucing itu untuk berbicara layaknya manusia. Abel ini sangat menyukai kucing, ia juga pengen sekali merawatnya. Tetapi Bundanya tidak memberi izin. Katanya takut Abel tidak bisa mengurusnya.

"Heh Bocil, ngapain lo?" Laki-laki itu berjalan ke arah Abel. Abel yang mendengar namanya dipanggil pun langsung menoleh ke asal suara.

Abel memutar matanya malas ketika melihat ada Haikal yang  berjalan menghampirinya."Harusnya gue yang nanya, ngapain di sini?" Balik tanya Abel.

"Rumah, rumah gue! Gak boleh?"

Abel tidak sedikit terkejut dengan ucapan Haikal, karena keberapa hari yang lalu dia melihat ada orang- orang yang sedang mengangkut- ngakut barang. Abel tidak tahu kalau orang itu Haikal. Malas sekali dirinya harus bersebelahan sama Haikal yang super- super nyebelin itu.

"Ouh, jadi yang pindah kemarin itu lo ya, Kal?"

"Kal-kal." Haikal menjitak kepala Abel pelan, Abel meringis kesakitan." Yang sopan sama Kakak kelas."

"Iyadah, yang paling tua!!" Abel melirik Haikal sekilas lalu kembali mengelus kucing itu.

Haikal tidak berniat untuk membalas Abel, dia lebih memilih untuk pergi meninggalkan Abel saja. Lagi pula dirinya akan pergi.

Abel menahan tangan Haikal. " Lo mau ke mana?"

"Dih kepo!"

Abel menghela nafas panjang." Ish!! Kak Haikal gue mau ikut ya, yayaya." Ucap Abel dengan muka sedikit memelas.

"Astagfirulloh." Haikal berdigik ngeri." Ngapain lo? kesurupan setan ronggeng ya."

Abel mendengus kesal. "Nyebelin! Gue ikut dong Kak, bosen juga di rumah."

AZKA MAHESPATIH [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt