11‐ Khawatir

1.1K 172 17
                                    

Budayakan vote sebelum baca, jangan lupa tinggalin jejak kalian!! Makasih😽

                           Happy reading.

Sudah beberapa menit Abel pergi, namun dia 
masih belum kunjung datang juga. Rasa kesal dan khawatir menjadi campur aduk.

Azka merogok handphonenya dari saku lalu mengirim pesan pada seseorang.

Azka merogok handphonenya dari saku lalu mengirim pesan pada seseorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Azka memasukkan kembali handphone miliknya. Azka merasa kesal, Sudah beberapa menit ia menunggu Abel, tetapi Abel tidak kunjung datang juga. Pesan yang baru saja ia kirim pun tidak kunjung dibalas.

Sekolah sudah mulai sepi. Tidak ada orang satu pun selain Azka. Dan Abel? Entahlah!

Azka sempat terlintas untuk pergi meninggalkan Abel, tetapi Azka berpikir kembali. Ini bukan Abel, Abel tidak akan pernah meninggalkannya tanpa menghubunginya terlebih dahulu.

Saat Azka akan pergi, ia merasa cemas, bagaimana kalau sesuatu terjadi pada Abel? Tidak seperti biasanya Abel bersikap seperti ini. Kalau pun Abel pergi terlebih dahulu, pasti dia akan memberitahu Azka dulu. Gak mungkin kalau Abel pergi begitu saja tanpa pesan apa pun.

Tampa pikir panjang lagi, Azka langsung menyusul Abel sambil meneriak- riaki nama Abel, tetapi Azka tidak kunjung mendapatkan jawaban.

Azka memberanikan dirinya masuk ke dalam WC perempuan, tetapi sepertinya kosong. Azka tidak melihat ada orang, lampunya pun sudah dimatikan.

Azka semakin kesal dibuatnya. Azka akan berbalik pergi, tapi matanya tidak sengaja melirik pintu yang tertutup. Sepertinya ada yang janggal, kenapa pintu itu saja yang terutup? Sedangkan di sini saja tidak ada orang sama sekali.

Azka mengurungi niatnya untuk pergi dan mengintip di lobang pintu yang sangat kecil. Siapa tahu saja memang ada orang di dalam, Abel mungkin?

"Woy! Ada orang gak?"  Hening. Tidak ada yang menjawab perkataan Azka.

Rasa penasaran Azka semakin besar, ia masih terus mencoba untuk mengintip di lobang yang sangat kecil itu. Azka pun bisa melihat samar-samar seseorang yang sepertinya, sedang berbaring?

Azka membuka paksa pintu itu dengan mendobraknya. Azka sangat terkejut ketika melihat ada orang yang sudah tergeletak pingsan di sana.

"ABEL?!" Azka semakin panik ketika melihat wajah Abel yang kini sudah sangat pucat.

Tanpa pikir panjang lagi, Azka langsung menggendong tubuh Abel keluar lalu membawanya masuk ke dalam mobil miliknya.

Azka menancap gas dengan kecepatan tinggi.

Di perjalanan banyak kelakson kendaraan yang bersuara serta suara caci maki para pengemudi yang melihat Azka kebut- kebutan dengan mobilnya. Tetapi, Azka tidak peduli dengan omongan orang-orang tersebut. Azka semakin menancapkan gas supaya agar lebih cepat sampai rumah sakit.

AZKA MAHESPATIH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang