Azka?

859 165 14
                                    

Budayakan vote sebelum baca, jangan lupa tinggalin jejak kalian! Makasih😽

                              Happy reading.

Setelah melalui penerbangan yang panjang, pesawat yang dinaiki keluarga Herman sudah mendarat dengan selamat. Mereka akan tinggal di rumah yang mereka miliki di sini, lebih jelasnya rumah milik keluarga sang Ibu. Semua keluarga Herman tinggal diluar negeri, hanya Herman saja yang tinggal di Indonesia.

Sekarang mereka sudah berada di depan rumah yang bernuansa serba putih. Sudah beberapa kali dia memencet bel rumah.

Tidak lama, pintu dibuka oleh seorang wanita paruh baya. Senyum merekah terpancar, Ibu mana yang tidak bahagia ketika melihat sang Putra yang selama ini sudah sangat lama tidak lihat berada di depannya.

Sang Ibu langsung memeluk Herman erat, ia menangis terharu.

Herman memang sudah sangat lama tidak berkunjung ke rumah sang Ibu, terakhir dia ke sini waktu sang Ayang meninggal dunia, dan itu sudah sangat lama sekali. Apalagi sekarang dia sudah menjadi seorang Dokter, otomatis jadwalnya sangat padat setiap hari. Meski begitu, dia selalu mengabari sang Ibu melalui telepon.

"Oma." Azka menarik- narik tangan sang Nenek meminta untuk digendong. Oma berjongkok mensejajarkannya dengan Azka.

"Uuu, cucu Oma yang paling tampan ini minta digendong, Hm?" Azka mengangguk- nganggukkan kepalanya. Oma terkekeh lucu.

"Ayo, masuk-masuk." Dia menggeser posisinya supaya mereka bisa masuk ke dalam rumah.

Ketika sudah sampai di ruang tamu, Azka langsung berlari- larian pergi bermain. Di rumah Oma memang memiliki sebuah ruangan untuk para cucunya bermain. Sedangkan para orang tua, mereka memilih untuk mengobrol di ruang tamu, membiarkan Azka bermain.

Herman langsung menjelaskan niat kedatangannya datang ke mari. Herman bukan mau liburan sekarang, melainkan menemani sang Istri berobat.

Oma sangat terkejut mendengar perkataan sang anak. Oma tidak pernah menyangka hal seperti ini akan dialami oleh menantunya. Kenapa mereka berdua malah merahasiakan hal sebesar ini kepadanya.

Oma menitikan air matanya, hatinya sangat sakit. Ratih adalah menantu yang sangat baik, bahkan ia tidak menganggapnya menjadi menantunya saja, Oma sudah menganggap seperti anak sendiri.

Oma langsung memeluk Ratih erat, menguatkan sang menantu. Kenapa harus menantunya yang merasakan ini? Dia sungguh wanita yang sangat luar biasa.

Herman hanya bisa melihat mereka dengan mata yang sudah berkaca- kaca. Rasa sesak muncul di dadanya, tetapi dia tidak mungkin itu menangis?

Dia adalah wali di dalam keluarganya. Bagaimana bisa dia terlihat lemah di dekat dua orang yang paling dia sayangi. Terutama Azka, Azka masih sangat kecil untuk mengetahui semua kebenaran yang pahit ini.

Herman membawa Ratih untuk istirahat, besok pagi mereka harus pergi ke rumah sakit. 

"Kamu istirahat dulu, kalau ada apa-apa panggil aja. Aku ada di depan.” Kata sang suami sembari membelai rambut istrinya.

"Iya Kamu tenang aja. Gih sana, Aku mau istirahat dulu." Kata Ratih sembari menarik selimutnya.

Herman menatap Istrinya sebentar lalu keluar dan menutup pintunya dengan sangat pelan. Herman tahu, Istrinya adalah wanita kuat, tetapi dia pun bisa cape bukan?

Herman memutuskan untuk pergi ke balkon menenangkan dirinya sendiri. Pikirannya sangat kalut sekarang.

"Kenapa Kamu tidak istirahat?” Herman hanya menoleh ke arah sang Ibu.

AZKA MAHESPATIH [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin