31- Nebeng

656 107 15
                                    

Budayakan vote sebelum baca, jangan lupa tinggalin jejak kalian!! Makasi😽

Happy reading.

Seperti biasanya, Abel menjalankan tugasnya sebagai pelajar. Sekarang Abel sudah memakai seragamnya itu rapi.

Saat sedang menunggu, tidak sengaja Abel melihat Haikal yang sedang mengeluarkan motor dari bagasi rumahnya. Dengan senyuman yang sumringah, Abel berjalan mendekat ke arah Haikal.

Haikal terkejut ketika sudah ada Abel di depannya. Ia mendesah pelan, roman- romannya bakalan ada sesuatu yang akan terjadi.

Sesuai dugaan Ekal, kali ini Abel akan menebeng kepada Haikal. Sebenarnya Abel cukup malas berangkat bareng Haikal, tapi tidak ada cara lain selain ini. Pak Amin sedang mengantarkan Ayahnya bekerja, sedangkan Azka, entahlah. Dari semalam sampe pagi hari, Azka tidak ada menghubungi Abel.

Abel terus saja merengek agar dibolehkan untuk menebeng. "Ya ... boleh ya? Sekali aja." Ucapnya dengan wajah yang memelas.

Haikal menghela nafas panjang." Emang laki lo ke mana sih, Cil?" Tanya Haikal heran, biasanya pagi- pagi sekali Azka sudah nangkring di depan rumah Abel dengan wajah yang setiap harinya ditekuk.

"Au deh. " Abel langsung naik ke atas motor Haikal tanpa sepertujuannya. "Lets go." Katanya.

Haikal terkekeh. "Dasar bocil." Cibirnya.

Haikal menjalankan motor dikecepatan rata- rata. Haikal mah santuy, beda dengan Azka. Mereka saling bergurau satu sama lain. Sebenarnya, Haikal sama Abel itu nyambung, tetapi entah kenapa kalau lagi sama yang lain, mereka bakalan jadi musuh bubuyutan.

Lihat saja sekarang, mereka terlihat baik- baik. Tetapi entahlah beberapa jam kemudian, sepertinya mereka akan kembali bertengkar.

Tidak terasa, motor Haikal memasuki halaman sekolah, Abel melepaskan helm yang tadi dia pinjem kepada Haikal. Tanpa ucapan terima kasih dahulu, Abel langsung saja pergi meninggalkan Haikal yang kini sedang misuh- misuh kepadanya.

Baru saja akan masuk kelas, matanya ini sudah disuguhi dengan adegan bucin. Tidak salah lagi, orang itu adalah Celvin dan Aruna. Setiap pagi pasti Celvin akan menghampiri Aruna di kelas. Satu dua kali sih Abel maklum, soalnya mereka sudah lama tidak bertemu, tapi ini setiap hari. Malah setiap jam.

Mentang- mentang hubungan mereka sudah diketahui oleh Abel, sekarang mereka jadi lebih suka terang- terangan. Mana tidak tahu tempat lagi.

Sungguh, Abel sangat iri dengan Aruna. Celvin itu tipe cowok peka, lain dengan Azka. Cowok itu terlihat acuh kepada orang lain. Padahal mereka berdua sepupuan, tapi sikap mereka berdua sangat jauh berbeda.

Tetapi Abel selalu bersyukur. Tandanya Arun sudah menemukan cowok yang baik menurutnya, bisa menjaga Aruna kapan saja. Setidaknya kisah percintaan Arun berjalan dengan mulus, tidak seperti dirinya.

Abel terus diam diambang pintu merperhatikan mereka berdua. Abel jadi membayangkan dirinya sendiri, kira- kira kapan dirinya bisa seperti itu dengan Azka.

"Bel?!" Lamunan Abel pudar karena teguran itu. "Ngapain? Masuk." Suruh Arun menatap sahabatnya bingung. Bukannya masuk, Abel malah diam berdiri di sana seperti patung.

"Iya!!" Kata Abel sembari jalan mendekat ke arah Aruna.

Abel harus duduk di meja belakang Arun dulu, karena mejanya sedang dipinjam oleh Celvin. Dari pada melihat orang bucin di depannya, lebih baik Abel memainkan handphonenya.

Abel sudah mencoba acuh dengan orang di depannya, tapi tidak bisa. Abel jadi geram sendiri melihatnya.

"Ya alloh, lo berdua bisa gak sih, gak usah ngebucin di depan gue, hah?" Kesal Abel sembari menekuk wajahnya kesal.

AZKA MAHESPATIH [END]Where stories live. Discover now