Part 40 (END)

382 40 13
                                        


*****

YOONA MENINJU BAHU telanjang Taehyung.

Sungguh mengesalkan mendapati Taehyung benar-benar kembali ke tempat tidur dan tertidur dengan nyenyak. Pada tinju kasar kedua di bahunya, Taehyung berguling telentang dan dengan mata kabur menengadah pada Yoona.

“Kau masih di sini?” Tanya Taehyung.

“Kau tidak pernah menyebut-nyebut kau mencintaiku.”

“Perlukah aku memberitahumu?” Taehyung menopang kepala dengan sebelah siku.

“Yah, itu akan menyenangkan.”

Taehyung tertawa melihat kekesalan Yoona.

“Yoona, kalau aku tidak jatuh cinta, aku akan menidurimu pada hari pertama aku melihatmu. Aku bakal mengikutimu ke rumah dari pesta dan bercinta denganmu saat itu juga, mengenyahkanmu dari pikiranku."

“Dan—” Taehyung berkata, menudingkan jari memperingatkan pada mulut terbuka Yoona, menantangnya untuk menyela, “jangan berani menyangkal hal itu bisa terjadi. Sejak pertama kali kita bertatapan, tinggal tunggu waktu sampai kita memuaskan hasrat satu sama lain. Aku menunggu sampai semalam karena aku berharap bisa mendapatkan kepercayaanmu juga. Aku ingin kau tahu bahwa ini sudah bukan sekadar seks belaka buatku.”

“Kalau begitu kau bersungguh-sungguh waktu kau bilang kau menyukai dan mengagumi aku apa ada nya?”

“Ya.”

Yoona menggigiti bibir bawahnya.

“Aku tidak mau lebih dari dua anak.”

Taehyung melipat tangan ke belakang kepalanya. Posisinya masih terlentang diatas kasur dan Yoona berdiri disampingnya.

“Kedengarannya masuk akal, mengingat kau yang bakal mengandung mereka. Kau belum terlalu tua, kan?”

“Tiga puluh, pada ulang tahunku berikutnya,” sahut Yoona tersinggung.

“Tiga puluh, ya? Yah, kurasa itu boleh.”

Yoona mulai marah, “Aku juga tidak mau berpenampilan sederhana. Aku menolak untuk mengubah caraku berpakaian hanya untuk mengikuti mode kota ini yang sama sekali tidak trendi.”

“Bagus. Aku suka caramu berpakaian.” Tatapan Taehyung menuruni tubuh Yoona. “Dan melepaskannya.”

Yoona menahan diri dari tatapan Taehyung yang sanggup melelehkan itu, meski tidak mudah. Ia merasakan lututnya mulai lemas.

“Aku bakal perlu sering pergi ke New Orleans.”

“Aku mengerti.”

“Aku tidak mau berhenti bekerja.”

“Aku takkan memintamu melakukannya.”

“Aku berencana mengajukan pinjaman pada setiap bank di Louisiana dan Mississippi sampai aku mendapatkannya.”

“Itu tidak perlu. Aku punya simpanan uang.”

Yoona terdiam selama beberapa waktu, lalu berkata, “Aku tidak mau memakai uangmu untuk memulai bisnisku.”

“Ayolah, Yoona, jangan keras kepala. Itu akan menjadi uang kita saat kita menikah.”

Yoona hanya balas menatapnya dengan tatapan tak tergoyahkan.

“Oke, untuk sekali ini, mari berkompromi. Manfaatkan semua kesempatan yang kaumiliki, lalu kalau tak ada yang membuahkan hasil, kita akan meninjau kembali situasinya, menyimpan simpanan uangku sebagai upaya terakhir.”

Yoona mengangguk mantap. “Setuju.”

“Ada yang lain?”

“Aku tidak terlalu bisa masak.”

“Kita tidak akan kelaparan.”

“Aku tidak suka berkebun. Aku tidak suka serangga, ular, tanah, dan hal-hal macam itu, jadi jangan harap aku mengikutsertakan kacang hijau yang kutanam di kebunku sendiri dan ku kalengkan dalam bazar gereja.”

“Sejujurnya aku lebih suka Del Monte.”

“Aku orangnya rapi. Aku mengharapkanmu membantu—”

“Yoona?”

“Apa?”

“Apakah kau menyukaiku?”

Yoona menunduk ke wajah Taehyung, berpikir bahwa itu adalah wajah yang paling ia sayangi, walaupun saat ini sangat perlu dicukur.

“Sangat.”
“Apakah kau mencintaiku?”

Emosi bergulung dalam diri Yoona. Ia menelan ludah dengan susah payah sebelum menjawab parau,

“Sepertinya.”

Taehyung menyingkap selimut, “Kalau begitu tutup mulut dan naik ke sini, tempat kau seharusnya berada.”

Ketika Yoona berbaring telanjang di sebelahnya, Taehyung merengkuhnya dalam pelukan.

“Sekarang setelah semua hal teknis sudah kita bereskan, sekarang setelah kau tahu cintaku tidak akan mengancam kemandirian, karier, atau apa pun yang membuat dirimu menjadi dirimu, sekarang setelah kau sudah tenang, biar kuberitahu apa yang kurasakan.”

Taehyung mengusap rambut Yoona ke belakang seraya berbisik parau, “Aku mencintaimu, Im Yoona. Aku jatuh cinta padamu begitu aku melihatmu. Andaikata aku tidak bertaruh dengan Jimin pun, aku bakal tetap ingin bercinta denganmu sesegera mungkin, dan aku bakal tetap mengejarmu ke New Orleans kalau perlu demi mendapatkanmu."

“Terserah kalau kau menganggapku chauvinis, tapi aku ingin melindungimu seumur hidupmu. Aku akan memastikan semua orang tahu kau milik Taehyung Kim, kekasihnya, istrinya. Siapa pun yang menyakitimu bakal harus berhadapan denganku dan, seperti yang kau tahu, aku bisa sangat kejam. Kau sangat merepotkan sekaligus menyenangkan dan aku memujamu.”
Sambil tertawa pelan, Yoona menyapukan jemarinya di bibir Taehyung.

“Aku bisa mengatakan hal yang sama tentang dirimu.”

Matanya bersinar-sinar girang saat ia menikmati cara Taehyung memujanya.

“Kenapa kau tidak menggunakan pendekatan romantis ini sedari awal?”

“Itu tidak akan pernah berhasil. Aku harus membiarkan kau meyakinkan dirimu sendiri tentang gagasan mencintaiku.”

“Kaupikir kau pintar, ya?”

“Sangat,” jawab Taehyung tanpa sedikit pun kerendahan hati.

Yoona mengalungkan tangan ke leher Taehyung dan menariknya turun ke ciuman yang dalam dan panjang. Tangan Taehyung membelai Yoona penuh sayang. Ia menyentuh payudara Yoona dan memancing puncaknya agar mengeras di bawah usapan jemarinya. Sambil menundukkan kepala, Taehyung mencium puncak payudara Yoona bergantian dan menjilatinya dengan lidah.

Mereka bercumbu, secara sempurna mengimbangi hasrat satu sama lain. Tak lama kemudian, napas mereka mulai pendek-pendek dan cepat.

“Taehyung,” desah Yoona, “jangan menyentuhku di sana.”

“Kau tidak suka?”

“Ya, ya, tapi kalau kau tidak berhenti, semuanya akan berakhir untukku sebelum kau mulai.”

“Berani taruhan, Im Yoona?”

"Kau mau buat anak sekarang?"

"Kau sebut semalam itu apa?"

Tehyung kembali mencium Yoona dan keduanyapun terhanyut dalam pusaran gairahnya masing-masing.

***

The End.

Yoona's Return - Taehyung Yoona VersionDonde viven las historias. Descúbrelo ahora