Part 33

223 30 6
                                        

YOONA MENGHENTIKAN MOBIL tepat di ujung lalu berlari menaiki undakan. Ia masuk lewat pintu depan dan membanting pintu hingga tertutup di belakangnya, dan buru-buru menguncinya.

Ia berlari melewati ruang duduk yang luas menuju kamar tidurnya dan segera membuka ritsleting gaun di sepanjang punggungnya.

Ia harus membakar gaun ini. Ia tidak menginginkan apa pun yang mengingatkannya pada pernikahan atau perkawinan. Sekali lagi ia harus menyingkir jauh-jauh dari segala hal yang berhubungan dengan pernikahan, kali ini untuk selamanya. Ia harus meninggalkan tempat ini.

“Yoona, buka pintunya!”

Yoona mendengar teriakan Taehyung dan kepalan tangan laki-laki itu menggedor-gedor pintu depannya, tapi tidak mengindahkannya. Ia menanggalkan gaun sutranya dan melempar gaun itu melintasi ruangan, membuat benda itu teronggok di sudut seperti parasut yang mendarat di tanah.

“Aku memperingatkanmu!” teriak Taehyung.

Makeup-nya luntur ketika Yoona menghapus air mata dari matanya. Betapa tolol dirinya, menganggap masih mencintai Seokjin. Semua sakit hatinya sia-sia belaka.

Untuk apa ia menanggung semua rasa malu dan penghinaan itu? Untuk apa ia melindungi laki-laki itu? Yoona menendang lepas sepatu berhak yang dicelup warna yang serasi dengan gaunnya.

Lalu ia berdiri mematung.

Suara kayu terbelah, disertai sumpah serapah, segera diikuti langkah kaki berat melintasi ruang duduk.

Yoona melangkah keluar kamarnya, terperanjat mendapati Taehyung berani merobohkan pintunya.

Tapi pintunya sekarang menganga, menggantung hanya pada satu engsel, masih bergetar gara-gara hantaman yang menghancurkan kuncinya. Dan Taehyung, dengan mata sedingin bongkahan es Kutub Utara, rahang terkatup rapat seolah dipahat dari batu berderap melintasi ruang duduk dengan langkah yang begitu mantap hingga jantung Yoona yang tadinya berdebar kencang langsung berhenti berdetak.

Pada suatu waktu sejak meninggalkan gereja, Taehyung telah melepaskan jas tuksedonya dan membuka ikatan dasi kupu-kupunya. Dasi itu masih menggantung di sekitar lehernya dan membuat laki-laki itu entah bagaimana kelihatan lebih marah. Kancing kerah kemeja formalnya terbuka, walaupun manset oniksnya masih berada di lubangnya.

Terperangah hingga tak mampu bergerak oleh kemurkaan yang diperlihatkan Taehyung, Yoona bergeming di posisinya di lorong. Ketika Taehyung mencapainya, laki-laki itu menyentak tubuhnya begitu tajam dan tinggi hingga kaki Yoona menggelantung, nyaris tidak me- nyentuh lantai.

“Harusnya kupelintir lehermu karena menyetir seperti itu.” geram Taehyung khawatir.

“Jangan ganggu aku. Pergilah.”

Yoona tidak mau berurusan dengan Taehyung, apalagi setelah semalam, ketika laki-laki itu sekali lagi mengajaknya ke taman khayalan penuh bunga hanya untuk membangunkannya kembali dengan ucapan “selamat malam, Yoona” yang santai.

Ia tidak akan jatuh lagi dalam pesona laki-laki itu.

Tidak sekarang.

Tidak selamanya.

“Keluar dari rumahku!” teriak Yoona. “Berani-beraninya kau mendobrak—”

“Diam! Kau melihatku di belakangmu, kan?”

“Ya!”

“Lampu di atas mobilku?”

“Ya!”

“Kenapa kau tidak berhenti?”

“Aku tidak mau.”

“Apa yang kaucoba lakukan, bunuh diri?”

Yoona's Return - Taehyung Yoona VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang